Antar Disabilitas Terjun di Industri Kreatif, Kemensos Gandeng Artherapy Center Widyatama

1 November 2020, 08:06 WIB
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat (memegang kain) usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara UKM Creative Business Of Difable Community (CIDCO) dan Artherapy Center Widyatama Bandung dengan Yayasan Komunitas Tionghoa Peduli dan PT Lintas Sinergi Jabarindo, di Artherapy Center Widyatama, Jln. PHH Mustofa, Kota Bandung, Sabtu 31 Oktober 2020. (IST) /

GALAMEDIA - Peluang penyandang disabilitas untuk bisa bekerja di dunia industri kreatif kini menjadi terbuka. Salah satunya berkat kerja sama Kementerian Sosial melalui Ditjen Rehabilitasi dengan berbagai pihak.

Kemarin, Sabtu 31 Oktober 2020, dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara UKM Creative Business Of Difable Community (CIDCO) dan Artherapy Center Widyatama Bandung dengan Yayasan Komunitas Tionghoa Peduli dan PT Lintas Sinergi Jabarindo.

Dua pihak yang disebut terakhir menjadi user/industri dalam program kerja bidang industri kreatif. Penandatanganan dilakukan di Artherapy Center Widyatama, Jln. PHH Mustofa, Kota Bandung dengan dihadiri Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat.

Baca Juga: Kecuali Tiga Nama Ini, Relawan Jokowi Minta Menteri Lainnya Diganti

Harry mengaku sangat menyambut positif penandatanganan MoU tersebut karena bisa membuka kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas, utamanya di dunia industri kreatif.

"Sekaligus saya ingin tahu lebih jauh apa yang dilakukan oleh CIDCO dan Artherapy Center, karena hal ini relatif masih jarang," katanya.

"Mereka menyelenggarakan pendidikan selevel Diploma 3 untuk penyandang disabilitas dan gunakan pendekatan art therapy (terapi seni), yang utamanya membangkitkan kreativitas mereka,” terang Harry.

Kementerian Sosial sangat mendukung upaya pengembangan lanjutan. Harry pun menyebut jika kerja sama yang dilakukan akan lebih konstruktif.

Khususnya menyangkut peningkatan kapasitas dan kelembagaan Balai Besar/Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas yang berada di lingkungan Kementerian Sosial.

Baca Juga: Peringatan Dini 1 November 2020, 4 Wilayah di Jakarta Diprediksi Dilanda Hujan Disertai Petir

"Masuk di Artherapy Center, nanti mereka akan mendapat sertifikat kompetensi dan ini menaikkan kelas mereka. Sehingga, stigma negatif terhadap penyandang disabilitas akan terkikis sedikit demi sedikit. Mereka pun akan mampu bersaing di dunia industri," tutur Harry.

Ditambahkan Harry, desain grafis, kriya, maupun musik, bisa memberikan penghidupan yang layak bagi penyandang disabilitas. Namun tetap ada catatannya, yakni produk yang dihasilkan berkualitas dan disukai pasar.

Konsumen sangat menyukai produk yang dihasilkan para penyandang disabilitas. Bahkan, desain salah satu gerai kopi ternama merupakan karya salah seorang penyandang disabilitas.

"Saya sangat antusias, karena ini bisa membangkitkan respek terhadap kondisi kaum yang memiliki kemampuan berbeda," ujarnya seperti siaran pers dari Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial.

Baca Juga: Hindari Lonjakan Kasus Covid-19, Ini yang Dilakukan Pemkab Bandung Saat libur Panjang

"Maka itu, saya menekankan ke Balai Besar/Balai Rehabilitasi Sosial untuk menjadikan art therapy sebagai kurikulum, sehingga ada prospek kedepan yang lebih maju. Karena akan ada peningkatan level, bukan sekedar terampil tapi ahli,” jelas Harry.

Penasehat Artherapy Center Widyatama dan Ketua Dewan Penasehat CIDCO, Anne Nurfarina menerangkan, art therapy merupakan sebuah peluang, karena memiliki fleksibilitas tinggi yang mengusung kemampuan fitrah seorang disabilitas.

"Contoh di kita adalah autistik, karena mereka memiliki hambatan di komunikasi. Kami menggunakan metode membangun respon komunikasi agar terjadi interaksi. Kemudian kami memberikan pengetahuan untuk mengubah stigma bahwa kecerdasan itu bukan hanya jago matematika,” jelas Anne.

Anne tak menyangkal, saat konsep tersebut dilempar ke publik, pihaknya dianggap mengeksploitasi kaum disabilitas. Padahal, dia menekankan, konsep yang ditawarkan pihaknya bisa menjadikan mereka mandiri secara finansial.

Apalagi, pihaknya pun mengajarkan sistem manajemen keuangan sederhana dan mudah dipahami.

"Ini konsep yang harus segera diwujudkan, tapi utamanya harus diterima oleh industri. Mudah-mudahan menjadi program berkelanjutan, dan berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan lain," harap Anne.

Baca Juga: Ringankan Warga yang Terdampak Pandemi Covid-19, Baznas Salurkan Bantuan

Sementara itu, Ketua Pembina Yayasan Widyatama, Sri Juniati mengaku, penandatanganan tersebut merupakan momen yang telah ditunggu sejak lama, yakni keterlibatan pemerintah dalam hal ini Kementerian Sosial.

Pasalnya, penanganan masalah sosial tak bisa dilakukan sendirian, baik orang tua, komunitas, hingga akademisi, namun perlu dukungan kuat dari pembuat kebijakan.

"Hadirnya Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial mempertegas tidak hanya kehadiran fisik, tapi keberlanjutan untuk sekarang dan masa mendatang," ujarnya.

"Kami berharap, para penyandang disabilitas ini bisa semakin mandiri, dan menjadi inspirator bagi masyarakat luas," harap Sri.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler