Australia Diguncang Kejahatan Perang Afghanistan, Sembilan Tentara Bunuh Diri dalam Tiga Minggu

- 23 November 2020, 16:01 WIB
AS-Taliban segera mengumumkan perjanjian 'pengurangan kekerasan' di Aafghanistan.
AS-Taliban segera mengumumkan perjanjian 'pengurangan kekerasan' di Aafghanistan. /Pexels/

GALAMEDIA - Sembilan tentara Australia bunuh diri hanya dalam tiga minggu di tengah rilisa laporan dugaan kejahatan perang di Afghanistan.

Penyelidikan selama empat tahun mengungkap 'catatan memalukan' pembunuhan di luar hukum yang terjadi di luar pertempuran.

Versi yang disunting dari laporan dirilis pada Kamis lalu setelah berminggu-minggu media dihiasi diskusi yang memicu kecaman global.

Baca Juga: Revitalisasi Pasar Bandrek, Pedagang Keluhkan Penarikan DP Sebelum Perizinan Pembangunan

Dan  dalam tiga minggu terakhir, satu tentara perempuan dan delapan tentara laki-laki dengan usia awal 20-an hingga 50-an diketahui mengakhiri hidup.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Senin (23 November 2020) banyaknya tentara yang bunuh diri dalam waktu sesingkat itu diyakini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah militer Australia.

Diyakini  tekanan dari penyelidikan yang mengungkap bukti 39 pembunuhan oleh Pasukan Khusus Australia  turut berperan dalam beberapa kasus bunuh diri mereka.

Baca Juga: 12 Fatwa Dikeluarkan MUI Selama Pandemi Covid-19, Ini Alasannya

“Kupikir beberapa media [yang memuat laporan dugaan kejahatan perang]  memberi kesan seolah semua personel terlibat  dan orang tampaknya  melupakan asas praduga tak bersalan. Ini menambah tekanan pada kesehatan mental para mantan prajurit infanteri dan veteran,” ujar  pengacara Neil Wallace kepada The Advertiser.

Sejauh ini tidak ada indikasi bahwa sembilan anggota ADF yang mengakhiri hidup  ada hubungannya dengan dugaan kejahatan perang yang didokumentasikan dalam laporan dimaksud.

Salah satunya veteran perang Afghanistan, Prajurit Shane Holt dari Brisbane, bunuh diri pada 16 November lalu.  

Baca Juga: Percepat Tangani Covid-19, Forkompinda Kabupaten Kumpulkan Ormas

Holt bergabung dengan Angkatan Darat Australia  tahun 2011 sebelum dikirim ke Shane dan sukses menyelesaikan misi Singleton.

Ia kemudian  ditempatkan di Batalyon 8/9, Resimen Kerajaan Australia sebagai infanter sebelum dikirim bersama Force Protection Element ke Afghanistan pada 2015.

“Dedikasi Shane adalah teladan, namun kualitas ini tak sebanding dengan  reputasinya sebagai ayah yang luar biasa dan sifatnya yang baik dan perhatian,” tulis komunitas online nasional The Pineapple Express.

Baca Juga: Dinkes : Anggaran BOK Digunakan Untuk Pelaksanaan Kegiatan Program di Puskesmas

Kasus bunuh diri terbaru terjadi Kamis lalu dan tidak terkait langsung dengan penyelidikan kejahatan perang.

"Jumlah kasus bunuh diri dalam rentang waktu sesingkat ini belum pernah terjadi sebelumnya dan tak ada yang menduga," ujar  seorang mantan anggota Angkatan Pertahanan Australia kepada Courier Mail yang meminta ditulis  anonim.

“Kami benar-benar tidak bisa berkata-kata. Dan ini hanya anggota dan veteran yang kami ketahui, kita tidak memperhitungkan jumlah upaya bunuh diri yang sebelumnya telah terjadi.”

Baca Juga: Anjing Kesayangan di Balik Nama Pangeran George Mati, Publik Inggris Hibur Pangeran William dan Kate

Setidaknya 56 veteran bunuh diri sejak tahun ini saja, naik dari 40 pada tahun 2019. Veteran Angkatan Darat Adelaide, Nathan Bolton mengatakan jumlah kasus saat ini terasa tragis dan menghancurkan.

Sementara itu dalam beberapa tahun terakhir, serangkaian laporan yang seringkali brutal muncul terkait perilaku unit pasukan khusus elite.

Mulai dari laporan pasukan membunuh seorang anak berusia enam tahun dalam penggerebekan rumah, hingga seorang tahanan yang ditembak mati untuk menghemat ruang di helikopter.

Baca Juga: Sebut Hubungan Rusia-Amerika Hancur, Putin Baru Akan Akui Kemenangan Biden Jika Trump Mengaku Kalah

Insiden lain melibatkan dua anak laki-laki berusia 14 tahun yang dihentikan SAS. Mereka “memutuskan” bahwa si bocah merupakan simpatisan Taliban. Anak laki-laki dimaksud  diduga digorok sebelum tubuhnya dikantongi dan dibuang ke sungai terdekat.

Salah satu pembunuhan  digambarkan dalam laporan yang sama sebagai episode paling memalukan dalam sejarah militer Australia dengan rincian yang telah disunting seluruhnya.

"Dalam keadaan tertentu saya tidak dapat berbicara," kata kepala Angkatan Pertahanan Australia Angus Campbell.

“Itulah mengapa catatannya disunting.. benar perlu disunting secara hukum tapi pada waktunya, saat sejarah akhirnya ditulis lengkap, itu akan memalukan.”

Baca Juga: KPU Distribusikan Surat Suara Pilkada Bandung ke PPK

Sementara itu, Abdullah Abdullah, kepala Rekonsiliasi Nasional Dewan Tinggi Afghanistan mengecam dugaan pembunuhan tersebut.

“Tidak ada cara yang bisa  mendefinisikan kebrutalan ini. Tidak ada cara untuk menjelaskan apa yang telah terjadi. Itu tidak bisa dimengerti,” kata Abdullah kepada Anadolu Agency.

“Ini kejahatan terhadap orang yang tidak bersalah.. Pada saat yang sama, pemerintah Australia telah menjelaskan dengan sangat jelas  tentang apa yang telah terjadi.”

Baca Juga: 1.099 Guru Lolos Pendaftaran Seleksi Bakal Calon Kepala SMA/SMK di Jawa Barat

“Direktur Human Rights Watch Australia Elaine Pearson mengatakan kepada Al Jazeera bahwa para korban Afghanistan berhak mendapatkan keadilan yang cepat dan independen atas pembunuhan yang disengaja dan berdarah dingin.”

"Pada akhirnya, berbicara tentang akuntabilitas, ini seharusnya tidak hanya berhenti pada orang-orang yang menarik pelatuk dan membunuh orang-orang di Afghanistan," katanya kepada BBC.

Baca Juga: Habib Bahar Diperiksa Polda Jabar Soal Penganiyaan Terhadap Pengemudi Ojek Oline Tahun 2018

“Ini tentang tanggung jawab komando dan jadi saya pikir sangat penting bahwa mereka yang tahu atau yang seharusnya tahu juga dimintai pertanggungjawaban dan dimintai pertanggungjawaban pidana atas tindakan ini.”

“Karena pada akhirnya, ini dipicu  budaya di mana pembunuhan dinormalisasi, bahkan dalam beberapa kasus, didorong. Budaya ini perlu diubah.”***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah