GALAMEDIA - Rekaman mengerikan menunjukkan para dokter dengan panik berusaha menyelamatkan pasien Covid-19 di bangsal perawatan intensif sebuah rumah sakit Mesir.
Pihak rumah sakit diduga mengalami “gagal oksigen”, entah karena kerusakan alat atau kehabisan stok. Sejauh ini belum ada keterangan resmi dari pihak rumah sakit.
Seorang paramedis begitu kewalahan hingga mengalami ‘keruntuhan mental’ dan terlihat hanya bisa terkulai di sudut ruangan sambil memeluk lutut, sementara kesibukan dan kepanikan terjadi di sekelilingnya.
Dikutip Galamedia dari DailyMail, Rabu (6 Januari 2021) petugas medis yang panik terlihat berusaha mati-matian untuk menyelamatkan pasien dengan memompa oksigen secara manual ke paru-paru mereka.
Baca Juga: 25 Tahun Stuffed Crust Pizza, Jadi Rebutan Pizza Hut Rilis Stuffed Crust Tanpa Pizza
Video menunjukkan sejumlah pasien yang tidak bergerak di tempat tidur di Rumah Sakit Pusat al-Husseineya di Kegubernuran Shargia negara itu.
Meskipun upaya terbaik dilakukan petugas medis tidak dapat menyelamatkan empat orang yang meninggal akibat virus corona di momen tersebut.
Seorang kerabat salah satu pasien yang merekam klip terdengar mengatakan, “Semua orang di perawatan intensif sudah meninggal ... tidak ada oksigen.”
Baca Juga: Rilis Karakter Berbokong Besar dan Perut Rata, Disney Dituding Promosikan Kecantikan Tak Masuk Akal
Belum ada komentar resmi dari pihak rumah sakit mengenai situasi tersebut, namun dikatakan persediaan oksigen telah habis.
Wakil Menteri Kesehatan Mesir di Sharqia, Hisham Masoud, mengeluarkan pernyataan setelah rekaman tadi viral. Ia mengatakan departemennya sedang menyelidiki insiden tersebut.
Dia mengatakan tim telah dikirim ke rumah sakit dan dipastikan empat orang meninggal dan salah satunya menggunakan ventilator.
Namun, Masoud membantah tuduhan kerabat yang merekam video tersebut bahwa kematian pasien hari iru disebabkan kekurangan oksigen.
Baca Juga: 161.242 Tenaga Kesehatan di Jabar jadi Sasaran Vaksinasi Covid-19 Pekan Depan
Dia menegaskan pasien meninggal karena menderita penyakit kronis penyerta selain terinfeksi virus. Kantor kejaksaan Sharqia mengatakan mereka sedang menyelidiki kematian pasien.
Direktur rumah sakit dan dokter kini diinterogasi, demikian menurut seorang pejabat kantor kejaksaan umum di Kairo.
Baca Juga: Jelang Pensiun, Kapolri Berkirim Surat ke Presiden Jokowi, Namun Tidak Mengajukan Nama Pengganti
Empat pasien tewas diketahui dua wanita berusia 60-an dan dua pria berusia 76 dan 44 tahun. Saat ini ada 36 pasien virus corona yang dirawat di bangsal isolasi rumah sakit, ujar juru bicara gubernur.
Sebelumnya seorang kerabat pasien juga menyebut dua orang meninggal karena kekurangan oksigen di rumah sakit yang dikelola pemerintah di tempat lain di Delta Nil.
Jaksa provinsi Menoufiya telah meluncurkan penyelidikan untuk penyebab kematian pasien pada hari Jumat.
Baca Juga: Para Pemain Persib Sudah Jenuh Lakukan Latihan Mandiri, Sekarang Butuh Kepastian Liga
Mesir, negara terpadat di Arab dengan lebih dari 100 juta jiwa penduduk menghadapi lonjakan kasus corona hingga tak sedikit pihak yang menyerukan pemerintah agar memberlakukan lockdown guna menahan gelombang kedua pandemi.
Kementerian Kesehatan Mesir mengumumkan ada lebih dari 1.400 kasus baru dan 54 kematian pada hari Sabtu saja.
Baca Juga: Kuasa Hukum Rizieq Shihab Akan Sampaikan Pembuktian pada Sidang Gugatan Praperadilan Hari Ini
Secara keseluruhan, Mesir telah melaporkan 140.878 kasus yang dikonfirmasi, termasuk 7.741 kematian. Namun, jumlah kasus riilnya diperkirakan jauh lebih tinggi, sebagian karena tes yang terbatas dan tak pastinya jumlah pasien yang dirawat di rumah atau di rumah sakit.
Otoritas kesehatan tertinggi Mesir mengumumkan vaksin China yang dibuat oleh Sinopharm telah disetujui untuk penggunaan darurat dan inokulasi akan dimulai dalam dua minggu.
Baca Juga: Kembali Edarkan Sabu, Warga Kota Bandung Ini Ditangkap
Dalam komentar yang disiarkan televisi pekan lalu Menteri Kesehatan Hala Zayed mengatakan negosiasi sedang berlangsung untuk mendapatkan dua vaksin lainnya. Yaitu dari Universitas Oxford dan AstraZeneca serta Pfizer dan mitra Jermannya BioNTech.
Menteri Keuangan Mohamed Maait mengatakan pemerintah telah menandatangani kontrak pembelian 20 juta dosis vaksin Pfizer/BioNTech dan 30 juta dosis vaksin AstraZeneca, demikian laporan harian Al-Ahram yang dikelola pemerintah.***