AS Kembali Perpanjang 1 Perjanjian Terakhir Senjata Nuklir dengan Rusia

- 4 Februari 2021, 19:43 WIB
Ilustrasi New START AS- Rusia
Ilustrasi New START AS- Rusia /Arahkata/


GALAMEDIA – Amerika dan Rusia sama-sama berlomba dalam memproduksi senjata nuklir di era Perang Dingin (1947-1991).

Amerika dengan ideologi Kapitalismenya dan Rusia dengan Sosialisme Komunisme akhirnya
membuat kesepakatan nuklir.

Dilansir dari AP News, bahwa para pejabat Amerika Serikat telah mengadakan pertemuan dengan Rusia untuk memperpanjang satu-satunya perjanjian nuklir terakhir kedua negara tersebut pada Rabu, 27 Januari 2021.

Hal ini dilakukan karena batas kadaluarsa perjanjian yang berlaku habis pada 5 Februari 2021.

Robert S. Norris dan Hans M. Kristensen (2006) dalam jurnalnya ‘U.S. Nuclear Forces’ menyebutkan bahwa Amerika sudah memangkas jumlah hulu ledak nuklir dari 9.960 menjadi 5.735 unit.

Baca Juga: Soo Ae dan Kim Kang Woo Bakal Bintangi Drama Terbaru JTBC, Simak Sinopsisnya

Kemudian disebutkan juga bahwa Rusia pun telah membatasi jumlah hulu ledaknya dari 16.000 menjadi 5.830 unit.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken turut memberi penjelasan bahwa Amerika Serikat mengggunakan lima tahun perpanjangan perjanjian START untuk membuat pembatasan jumlah senjata nuklir.

Strategic Arms Reduction Treaty (START) merupakan perjanjian yang ditandatangani pada 2010. Di dalam perjanjian ini Amerika dan Rusia harus mengurangi jumlah hulu ledak nuklir hanya menjadi 1.550 unit pada masing-masing negara.

Pelaksanaan perjanjian ini pun merupakan upaya pemerintah AS untuk memperbaiki perjanjian serupa setelah sebelumnya pemerintahan Trump keluar dari kesepakatan.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Netflix, Mulai Dari Komedi Romantis, Politik, Thriller Hingga Plot Twist, WAJIB TAU

“Selama masa ketegangan, batas yang diverifikasi pada senjata nuklir antarbenua Rusia sangat penting. Memperpanjang perjanjian START membuat AS, sekutu, mitra, dan dunia aman,” ucap Blinken seminggu setelah pertemuan itu, Rabu, 3 Februari 2021.

Pada waktu yang sama, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengapresiasi tindakan kedua negara tersebut dalam memperpanjang perjanjian yang sempat dilupakan oleh Trump.

“Ini langkah pertama untuk menjalankan kembali rezim kendali senjata nuklir,” tuturnya.

Sebelumnya pada Januari 2021 majelis parlemen Rusia telah mengadakan pertemuan dan memberikan suara bulat untuk memperpanjang perjanjian START dengan AS.

Presiden Vladimir Putin turut menandatangani Rancangan Undang-Undang (RUU) yang memuat perpanjangan perjanjian tersebut.

Baca Juga: Angka Kasus Sudah Lewati 1 Juta, Luhut Pandjaitan Susun Strategi Terbaru Berantas Covid-19

Ini merupakan manuver pemerintahan Biden yang baru berumur kurang dari satu bulan untuk menjaga perjanjian tersebut tetap berjalan.

Biden berencana pula untuk menyusun langkah-langkah pengendalian gudang hulu ledak nuklir China yang saat ini menjadi saingan baru bagi Amerika Serikat.

Berdasarkan data yang dipaparkan pada jurnal karya Norris dan Hans (2006) berjudul ‘Chinese Nuclear Forces’, menyebutkan bahwa jumlah hulu ledak yang dimiliki negeri tirai bamboo tersebut sebanyak 130 unit.***

Editor: Dicky Aditya

Sumber: AP News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x