GAWAT! Guru Besar UGM Sebut 3 Pulau Besar di Indonesia Defisit Air, 2 di Antaranya Bikin Kaget

- 26 Maret 2021, 10:11 WIB
BEBERAPA area persawahan mulai menampakan kekurangan air. Tanaman padi pun terancam mati kekeringan.*/NURHANDOKO WIYOSO/PR
BEBERAPA area persawahan mulai menampakan kekurangan air. Tanaman padi pun terancam mati kekeringan.*/NURHANDOKO WIYOSO/PR /NURHANDOKO WIYOSO/PR/

Baca Juga: Wali Kota Cimahi Nonaktif Ajay Ngatiana Segera Disidangkan di Pwngadilan Tipikor Bandung

Pria yang dianugerahi Kalpataru sebagai Pembina Lingkungan karena penemuan formulasi penghitungan dimensi sumur penyerapan air hujan ini mengutarakan, banyak warga yang belum menyadari keadaan ini karena mereka masih mendapatkan akses air bersih selama setahun, sementara warga yang tinggal di wilayah tertentu mulai rasakan kesusahan untuk mendapatkan air apalagi di saat masuk musim kemarau.

Walau sebenarnya, menurut dia, air yang ada di bawah tanah sangat tipis. Namun, air ini tampak masih dinikmati oleh warga, khususnya warga perkotaan. Perlu diketahui, air tersebut ialah cadangan air yang semestinya ditujukan untuk generasi ke depan.

“Kita tidak merasa kekurangan air, tapi kita ini sudah menggunakan hak generasi mendatang. Ini yang tidak kita sadari,” ungkap Sunjoto.

Baca Juga: Selamat, Beckham Pemain Terbaik Duel Persib Kontra Bali United

Menurut Sunjoto, cukup susah untuk mengganti keadaan minus jadi surplus air. Meskipun begitu, usaha ke arah hal itu harus dilaksanakan. Pemerintahan atau warga bisa ambil bagian dalam usaha ini lewat beberapa cara vegetatif atau konstruktif.

Metode vegetatif misalkan berwujud penghutanan kembali ke tempat yang berstatus hutan, tetapi secara peranan sudah berbeda karena vegetasi di dalamnya sudah ditebang.

Di samping itu, menurut dia, lahan-lahan kosong yang menyebar di beberapa tempat harus ditanam dengan pohon untuk tingkatkan kemampuan infiltrasi tanah.

“Penghijauan bisa di mana saja, harapan kami lahan kosong di pinggir jalan juga bisa ditanami. Bagi saya cara vegetasi itu tetap yang terbaik,” terangnya.

Baca Juga: RI Masuki Revolusi 4.0, Dosen IISIP: Jahe Aja Impor, Gaya-gayaan Ngomong Revolusi 4.0

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x