GALAMEDIA - Polemik impor beras yang akan dilakukan pemerintah menimbulkan pro kontra dari berbagai pihak. Hal itu terjadi berawal dari pernyataan pemerintah yang merencanakan impor beras, di saat masa panen raya di setiap daerah di Indonesia.
Saat itu, pemerintah menyatakan akan impor 1 juta-1,5 juta ton beras yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Ia mengatakan, hal itu dilakukan demi menjaga ketersediaannya di dalam negeri supaya harganya tetap terkendali. "Salah satu yang penting adalah penyediaan beras dengan stok 1 juta -1,5 juta ton," ujarnya dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis 4 Maret lalu.
Baca Juga: Ridwan Kamil Unggah Kolase Ibu-Ibu Kasepuhan Ciptagelar yang Sedang Nonton Ikatan Cinta, Seru Kah?
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan impor beras tersebut digunakan untuk iron stock alias cadangan. Ia menuturkan impor beras tersebut sudah disepakati, bahkan Kementerian Perdagangan telah mengantongi jadwal impor beras tersebut.
"Iron stock itu barang yang memang ditaruh untuk Bulog sebagai cadangan, dia musti memastikan barang itu selalu ada. Jadi, tidak bisa dipengaruhi oleh panen, atau apapun karena memang dipakai sebagai iron stock," ucapnya.
Menanggapi polemik impor beras tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta polemik terkait impor beras segera dihentikan. Dia menilai polemik tersebut justru akan memicu harga jual gabah di tingkat petani menjadi anjlok.
"Saya minta segera hentikan perdebatan yang berkaitan dengan impor beras. Ini justru bisa membuat harga jual gabah di tingkat petani turun atau anjlok," kata Jokowi, Jumat 26 Maret 2021.