Rocky berpendapat bahwa ada semacam pemberontakan melalui vaksin ini.
“Tetapi terlihat bahwa ada semacam pemberontakan diam-diam untuk tidak menerima vaksin lain selain Vaksin Nusantara,” sambung beliau.
Karena kegaduhan mengenai vaksin ini, kita dituntut untuk mandiri dan memilih vaksin mana yang akan kita gunakan nantinya, menurut Rocky.
“Sebetulnya itu sikap yang, sinyal bahwa kita perlu mandiri di dalam riset tentang vaksin itu, masuk akal sekali karena vaksin itu kan, harusnya dia (vaksin) diuji di dalam ruangan sosiologis dan ruangan ekologis komunitasnya sendiri tuh,” kata Rocky.
Ia menilai, beredarnya banyak vaksin saat ini menuai debat akademis, apakah ada satu vaksin yang bisa secara umum digunakan oleh masyarakat dunia.
“Tetap jadi semacam debat akademis tuh, mana sebetulnya yang efektif, apa ada satu vaksin yang bisa secara umum disuntikkan pada setiap tubuh manusia sedunia tuh,” tandasnya.
Rocky juga melihat adanya semacam perlawanan politik melalui program vaksin ini karena banyak tokoh yang ‘pamer’ menggunakan Vaksin Nusantara.
“Tetapi lepas dari itu semua, kita merasa bahwa ada semacam perlawanan, sebut aja perlawanan politik, karena kita lihat tokoh-tokoh kok pamer,” Rocky menjelaskan.
Berangkat dari stok vaksin dunia yang terus menipis, Rocky menyarankan bahwa Vaksin Nusantara harus dipercepat prosesnya.