Keterbatasan Dana Bikin Yogyakarta dan Jabar Tak Mampu Lockdown, Rizal Ramli: Jokowi Sibuk Proyek IKN dan Tol

- 22 Juni 2021, 15:58 WIB
Ekonom senior Rizal Ramli.
Ekonom senior Rizal Ramli. /Twitter.com/@RamliRizal

GALAMEDIA - Ekonom senior Rizal Ramli kembali menyoroti perihal kasus covid-19 di Indonesia yang semakin parah.

Rizal menyinggung Presiden Jokowi dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang disebut malah sibuk dengan proyek.

Menurut Rizal, Yogyakarta dan Jawa Barat tidak mampu lockdown lantaran saat ini pemerintah tidak lagi memiliki dana.

Hal yang sama pun dialami DKI Jakarta, yang menurutnya Jakarta harus lebih dulu menerapkan sistem lockdown.

Baca Juga: Pamer Foto Kegiatan Rapat Virtual, Sandiaga Uno Malah Disebut Pemimpin Minus Ide

Lebih lanjut, Rizal menyebut bahwa kejadian tersebut terjadi karena mismajemen pandemi, sebab tidak fokus terhadap pandemi.

"Jogja dan Jabar tidak mampu lock down karena tidak punya uang ! Jkt juga harusnya lock down dari dari awal," tulis Rizal dilansir Galamedia dari akun Twitter @RizalRamli pada Selasa 22 Juni 2021.

Ekonom senior tersebut juga turut menyoroti kinerja Jokowi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang malah sibuk dengan sejumlah proyek, seperti pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru serta pembangunan tol.

"Inilah mismanagement pandemi, bukannya fokus atasi pandemi, Jokowi & Menkeu Terbalik masih sibuk proyek2, ibukota barulah, tol ini itulah," terangnya.

Baca Juga: 10 Negara Terkecil di Dunia, Salah Satunya Cuma 0.44 KM Lho, Sempit Banget

Seperti yang diketahui bahwa saat ini Indonesia tengah mengalami lonjakan kasus covid-19 yang tidak terkendali.

Untuk itu, dorongan penerapan lockdown disuarakan berbagai pihak setelah kasus Covid-19 melonjak tinggi.

Salah satunya disampaikan oleh Ketua Dewan Pertimbangan PB IDI, Prof Dr dr Zubairi Djoerban.

Zubairi mengakui meskipun kebijakan lockdown tidak populer di Indonesia, namun kebijakan itu diterapkan beberapa negara dan efektif.

Baca Juga: Sebut Indonesia Masuki Masa Genting Covid-19, Susi Pudjiastuti: Hati-hati dan Selain Waspada!

Dirinya memberikan contoh India yang sempat terjadi lonjakan mengerikan hingga 400 ribu kasus per hari turun menjadi 70 ribu.

Karena itulah lanjut Zubairi, pandemi Covid-19 ini akan sulit terkendali jika jarak sosial ekstrem tidak dilakukan.

"Meski tak populer di Indonesia, namun kebijakan lockdown terbukti efektif di beberapa negara. Sebut saja di India, yang dari 400 ribu kasus per hari, turun menjadi 70 ribu. Saya rasa, pandemi akan sulit terkendali jika jarak sosial ekstrem tidak dipraktikkan," lanjutnya.

Zubairi juga menegaskan alasan kebijakan lockdown mesti diambil pemerintah yakni karena pandemi Covid-19 sedang serius sehingga dibutuhkan pembatasan pergerakan.

Baca Juga: Blak-blakan! Tokoh Papua Ini Berani Sebut Demokrasi Indonesia Hancur hingga Beberkan Permasalahan Rezim Jokowi

Selain itu, rumah sakit yang penuh, kasus melonjak, tenaga kesehatan dan medis banyak yang terpapar juga menjadi alasan lockdown haru segera diterapkan.

"Kenapa harus lockdown? Karena pandemi Covid-19 sedang serius. Kita butuh banget pembatasan pergerakan masyarakat," jelasnya.

"Saat ini kan rumah sakit penuh, kasus melonjak, beberapa tenaga kesehatan dan medis telah terinfeksi yang bisa menyebabkan kualitas layanan menurun," pungkasnya.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x