Network
GALAMEDIA - Konduktor kondang Tanah Air, Addie MS kembali memberikan pujian sekaligus dukungan pada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dukungan disampaikan Addie MS pada Presiden RI ke-7 itu melalui Twitter di tengah kritik dari kalangan mahasiswa dan oposisi yang justru menguat.
Addie mengaku beruntung dilahirkan di masa Presiden Soekarno dan dapat mengenal presiden selanjutnya.
Baca Juga: Sering Merasakan Gejala Ini, Bisa Jadi di Bulu Mata Kita Ada Kutu
"Aku lahir di era Presiden Soekarno dan beruntung bisa berkenalan dengan semua presiden berikutnya,” cuitnya yang Galamedia Kamis, 1 Juli 2021.
Addie menyebut dirinya belum pernah menyaksikan presiden yang dicela bertahun-tahun seperti Jokowi namun tidak terpancing emosi bahkan terus fokus bekerja.
"Belum pernah kusaksikan Presiden Indonesia yang dicela bertahun-tahun seperti Presiden Jokowi."
Baca Juga: Bikin Istana Pusing, Ketua BEM UI, Leon Disebut Sebagai Intelejen Penguasa Agung Sejagat
"Hebatnya, beliau tidak terpancing emosinya, tapi terus fokus bekerja," paparnya.
Suami dari penyanyi Memes itu juga mengatakan Jokowi kerap kali dicela dengan berbagai sebutan seperti plonga-plongo, otoriter hingga komunis.
"Disebut plonga plongo tapi besoknya disebut otoriter," katanya.
"Disebut komunis tapi besoknya disebut liberal dan seterusnya.”
Addie menegaskan tidak ada yang sempurna termasuk Presiden Jokowi.
Baca Juga: Tak Mau Arab Saudi Bergantung pada Minyak, Putra Mahkota Mohamed bin Salman Buat Strategi Baru
"Tak ada manusia yang sempurna. Presiden Jokowi pun bukan manusia yang sempurna. Tapi setidaknya aku belajar mengenai akhlak dari sikap dan perilakunya," tegasnya.
Ia menekankan akan selalu mendukung Jokowi khususnya dalam menjalankan tugas sebagai presiden.
"Pak Jokowi, aku bersamamu," pungkasnya.
Baca Juga: Geram dengan Jokowi, Tagar #Jokowi7TahunCukuplah Trending: Jangan Pernah Memberi Harapan
Seperti diketahui, gelombang kritik terhadap Jokowi meningkat seiring kritik yang dilontarkan BEM UI.
Kendati Jokowi telah menanggapi kritik tersebut, alih-alih mereda, gelombang kritik justru kian berdatangan dari gerakan mahasiswa yang lain.***
