Sehingga ia lantas mempertanyakan proyek strategis nasional apa yang dikerjakan oleh mereka.
“Saya menemukan WNA China yang bekerja di Morowali di berbagai tempat itu menggali lubang, menggali saluran seperti yang ada di Halim untuk proyek kereta api cepat. Jadi itu yang misalnya yang antara lain misalnya yang mencerminkan tidak adanya etika di antara pejabat itu dengan enak mengatakan mereka datang karena menyelenggarakan proyek strategis nasional. Strategis nasional apa,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Guru Besar ini menyoroti pejabat negara lain yang mengundurkan diri akibat gagal menanangi Covid-19.
“Kemarin itu ada beredar misalnya di beberapa negara ada pejabat-pejabat tinggi yang merasa gagal menangani pandemi mundur diri, minta maaf dan mengundurkan diri,” paparnya.
Sementara itu, kata dia, berbeda dengan pejabat Indonesia. Pejabat Indonesia tidak ada yang meminta maaf maupun mengundurkan diri.
Baca Juga: Para Selebriti Terjerat Narkoba Pasti Dipertontonkan ke Publik, Gus Umar: Kenapa Nia dan Ardi Tidak?
“Terus ada kritik pejabat-pejabat kita ini tidak ada etika sama sekali. Jangan kan mundur, minta maaf aja tidak ada. Tidak berhasil mengendalikan pandemi, meminta maaf saja tidak ada merasa tidak bersalah apa-apa, gitu kan,” katanya lagi.
Sehingga Azyumardi menyimpulkan lemahnya etika pejabat negara di Tanah Air.
“Jadi tidak ada, lemah sekali etikanya, melakukan pelanggaran, menimbulkan kesengsaraan ke Indonesia, tidak ada merasa tidak bersalah,” pungkasnya. ***