WHO Kecam Vaksin Berbayar: Pasokan Vaksin dari COVAX Sama Sekali Tak Dipungut Pembayaran

- 15 Juli 2021, 17:38 WIB
Direktur Eksekutif Program Darurat WHO, Dr Michael J Ryan.
Direktur Eksekutif Program Darurat WHO, Dr Michael J Ryan. /

 

GALAMEDIA - Program Vaksinasi Gotong Royong atau vaksin berbayar pemerintah mendapat kritikan keras dari sejumlah kalangan.

Kritikan keras tersebut ternyata tak hanya datang dari kalangan nasional, melainkan juga datang dari luar negeri.

Salah satunya dari World Health Organization (WHO) atau Lembaga Kesehatan Dunia.

Kepala Unit Program Imunisasi WHO, Dr Ann Lindstrand menyatakan program vaksin berbayar di tengah pandemi bisa menimbulkan masalah etika dan mempersempit akses masyarakat terhadap vaksin.

"Penting bahwa setiap warga negara memiliki akses yang sama terhadap vaksin dan pembayaran apa pun dapat menimbulkan masalah etika dan akses, khususnya selama pandemi," ujar Lindstrand dalam jumpa pers di Jenewa seperti dilansir dalam situs resmi WHO, Kamis, 15 Juli 2021.

Baca Juga: Imbas Oknum Satpol PP Pukul Ibu Hamil di Razia PPKM, Mbah Mijan: Pelindung Masyarakat Kok Jadi Monster Biadab

"Di saat bersama, kita membutuhkan cakupan dan jumlah vaksin bisa menjangkau semua pihak yang paling rentan," lanjut dia. 

Ia menyatakan, alasan dasar penerapan vaksin berbayar saat ini tidak lah cukup kuat karena banyak negara yang mendapat jatah dosis vaksin Covid-19 melalui mekanisme kerja sama multilateral COVAX Facility yang berada di bawah WHO.

Meski setiap pengiriman vaksin ke negara-negara COVAX membutuhkan biaya transportasi, logistik, dan lainnya, Lindstrand mengatakan dana tersebut sudah ditanggung melalui bank pembangunan multilateral, Bank Dunia, dan lembaga internasional lainnya.

"Ada pasokan vaksin dari COVAX melalui kolaborasi UNICEF, WHO, dan lain-lain, tentunya mereka memiliki akses vaksin yang gratis hingga 20 persen dari populasi yang didanai para penyandang kerja sama COVAX. Jadi sama sekali tidak dipungut pembayaran dalam pelaksanaannya," jelasnya.

Baca Juga: Kapolri Pastikan Pembatasan Kegiatan Dilonggarkan Jika Kasus Covid Terkendali dan Vaksinasi Lebih Gencar

Sementara itu, Direktur Eksekutif Program Darurat WHO, Dr Mike Ryan, menyinggung situasi Covid-19 Indonesia yang tengah menghadapi lonjakan penularan virus corona dalam beberapa pekan terakhir.

Ryan pun menyinggung jumlah kematian harian Covid-19 Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara dan melebihi India.

"Kami telah melihat peningkatan kasus sebesar 44 persen selama sepekan terakhir dan peningkatan kematian sebesar 71 persen. Jadi tidak diragukan lagi bahwa Indonesia tengah menghadapi situasi sangat sulit," kata Ryan.

"Kita harus jauh lebih maju dengan vaksinasi dan Indonesia seharusnya memiliki lebih banyak akses ke vaksin melalui jalur inisiatif seperti COVAX. Jadi intinya, vaksinasi gratis dalam kampanye melakukan imunisasi massal terutama kaum rentan dan tenaga kesehatan adalah rencananya (Indonesia)," ujarnya.

Baca Juga: Covid-19 Masih Genting, Rachland Nashidik Beri Dua Pilihan ke Jokowi: Nyawa atau Pembangungan Infrastruktur?

Pemerintah Indonesia berencana membuka jalur vaksin berbayar mandiri atau Vaksinasi Gotong Royong.

Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.

Vaksin berbayar akan memanfaatkan jaringan klinik yang dimiliki oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk sebanyak 1.300 klinik yang tersebar di Indonesia.

Pemerintah mematok harga Rp321.660 per dosis dengan tarif maksimal pelayanan vaksinasi sebesar Rp117.910 per dosis.

Namun, pelaksanaan yang rencananya dibuka kemarin, Senin, 12 Juli 2021, ditunda sementara akibat protes dari sejumlah kelompok masyarakat.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x