“Buzzer dari Partai Demokrat atau pendukung Partai Demokrat punya opini sendiri, buzzer yg lain punya opini lain jg sehingga beradu opini, bahkan akhirnya ada yg sampai saling menghujat dlm adu opini. Jadi aneh saja jika buzzer demokrat misalnya menuding org lain adalah buzzer,” imbuhnya.
Teddy juga mengaku sering diserang secara berjamaah ketika mengomentari pernyataan dari tokoh PD, namun dia tidak pernah menuduh mereka sebagai buzzer karena tidak ada bukti.
“Saya sering ketika habis mengomentari statement para tokoh Partai Demokrat, di jam tertentu tiba-tiba secara berjamaah menyerang saya di media sosial dan selesainya pun secara berjamaah. Saya tdk pernah menuduh itu buzzer Demokrat atau bayaran Demokrat, karena tidak ada bukti,” ujarnya lagi.
Di akhir cuitannya, Teddy sempat menggunkana peribahasa dan mengutip ucapan SBY.
“Saya jadi ingat ada peribahasa maling teriak maling. (Jangan di framing bahwa saya mengatakan Demokrat maling ya..), sama seperti saat ini buzzer teriak buzzer. Atau pinjam pernyataan SBY, Sesama bus kota jangan saling mendahului.. Toh sesama bus ini. Hehehe.. Terima kasih,” pungkasnya. ***