“Kami ini sebagai aparat negara ngelihat sosok presiden dibikin kayak begitu, itu kan pimpinan negara, lambang negara. Kalau untuk media kan beda lagi penampakan, pengertian penafsiran. Kalau kami, itu kan pimpinan, panglima tertinggi TNI-Polri,” pungkasnya.
Tanggapi ini, Gus Umar lantas mengatakan bahwa buzzer pembela Jokowi terlalu heboh. “Hebohnya buzzerp krn lukisan ini,” ujarnya melalui Twitter @UmarChelsea_75 Sabtu, 14 Agustus 2021.
Menurutnya ini wajar karena merupakan kritikan yang disampaikan dalam bentuk seni, terlebih tidak ada kalimat ‘Jokowi’ dalam mural tersebut.
“Pdhl ya ini kan kritik dlm seni dan lagian Gak ada kalimat Jokowi disini,” paparnya. Lebh lanjut, Gus Umar mempersilahkan para buzzer untuk membela tuannya demi jabatan komisaris.
“Saatnya buzzerp yg pengen jadi komisaris beraksi belain tuannya. Akhir pekan yg riuh oleh buzzerp. Wkt dan tempat disilahkan,” pungkasnya. ***