BMKG Ungkap Potensi Tsunami Besar Bukan Akibat Gempa, Dwikorita: Kedatangan Gelombang Bisa Sangat Cepat

- 8 September 2021, 17:09 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. /Instagram.com/@dwikoritakarnawati


GALAMEDIA - Wilayah Pulau Seram, Maluku Tengah memiliki potensi bahaya tsunami besar akibat nontektonik atau tsunami yang bukan disebabkan gempa.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 9 September 2021.

Ia mengungkapkan, hasil dari penelusuran dan verifikasi zona bahaya yang dilakukan BMKG di Pulau Seram terpantau bahwa sepanjang garis pantai pulau tersebut merupakan laut dalam dengan tebing-tebing curam yang sangat rawan longsor.

"Gempa menjadi trigger terjadinya longsor yang kemudian menyebabkan gelombang. Dalam pemodelan, dapat disimpulkan apakah berpotensi menimbulkan tsunami atau tidak," katanya.

"Bisa saja tidak, tapi ternyata gempa tersebut malah membuat longsor bawah laut yang kemudian memicu tsunami," lanjutnya.

Dalam kunjungannya ke Pulau Seram, Kepala BMKG ini mengunjungi Negeri Samasuru, Negeri Amahai, Kota Masohi, dan Negeri Tehoru.

Baca Juga: 3 Kode Redeem FF SG 2 Ungu 8 September 2021, Ayo Berburu Undergrown Howl hingga Bundle Wolfrahh

Di daerah tersebut, selain melakukan verifikasi peta bahaya dan menyusuri jalur evakuasi, Dwikorita dan tim BMKG juga secara langsung mendengar kesaksian dan cerita warga tentang terjadinya gempa dan tsunami.

"Di Negeri Tehoru saya melihat langsung jejak tanah yang longsor ke laut. Di Samsuru, warga setempat bahkan telah melakukan perhitungan kedalaman laut dari batas bibir pantai. Jarak 3 meter dari bibir pantai, kedalaman laut sudah mencapai 23 meter," terangnya.

Ia mengungkapkan, sampai saat ini belum ada negara yang mampu mendeteksi tsunami non tektonik secara cepat, tepat dan akurat.

Sistem peringatan dini yang dibangun negara-negara di dunia adalah sistem peringatan dini tsunami akibat goncangan gempa bumi.

Selama ini, kata dia, yang bisa dilakukan adalah memantau muka air laut dengan buoy dan tide gauge.

Namun, cara tersebut kurang efektif karena sifat alat yang menginformasikan usai kejadian tsunami. Jadi saat alat tersebut memberikan warning sudah terlambat, tsunami sudah datang.

"Karena dipicu oleh longsoran bawah laut maka estimasi waktu kedatangan gelombang bisa sangat cepat. Hanya dalam hitungan menit, seperti yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah," imbuhnya.

Terkait hal itu, ia meminta masyarakat yang berada di sepanjang garis pantai di Pulau Seram untuk segera melakukan evakuasi mandiri apabila merasakan guncangan gempa bumi tanpa harus menunggu peringatan dini BMKG.

Baca Juga: 24 Kode Redeem Free Fire 8 September 2021 Masih Bisa Diklaim, Ada Justice Fighter hingga Airspeed Ace Bundle

"Belajar dari pengalaman, tidak usah menunggu peringatan dini tsunami. Segera lari begitu merasakan getaran tanah atau gempa. Jauhi pantai dan segera lari ke bukit-bukit atau tempat yang lebih tinggi," ujarnya.

Disebutukan, Kepulauan Maluku memiliki sejarah panjang gempa bumi dan tsunami. Oleh karenanya, Ia berharap Pemerintah Daerah dapat melakukan berbagai upaya mitigasi guna mengurangi dampak dan risiko kerugian jika sewaktu-waktu bencana gempa dan tsunami terjadi.

"Masyarakat harus terus dilatih sehingga tahu apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi disamping penyiapan shelter dan jalur-jalur evakuasi aman beserta rambu-rambu," tandasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x