Patung Soeharto dan AH Nasution Dibongkar, Putri Ahmad Yani: Upaya Menghilangkan Jejak Sejarah?

- 30 September 2021, 17:41 WIB
Tangkap Layar Patung Jenderal Soeharto, Jenderal AH Nasution, dan Jenderal Sarwo Edhy pada Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad yang dibongkar.
Tangkap Layar Patung Jenderal Soeharto, Jenderal AH Nasution, dan Jenderal Sarwo Edhy pada Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad yang dibongkar. /Miftah's TV,/Miftah's TV

Diceritakan Amelia, dini hari 1 Oktober 1965, seluruh pimpinan TNI AD berkumpul di Markas Kostrad dan tengah menunggu perintah Presiden Soekarno, Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi yang tidak diketahui keberadaannya.

Beberapa saat kemudian, Radio Republik Indonesia (RRI) mengumumkan upaya pengambil-alihan kekuasaan oleh Dewan Revolusi, yang diprakarsai oleh unsur politik yang mempunyai kepentingan, Partai Komunis Indonesia (PKI).

Baca Juga: Pemberian Akses Jaringan Bisnis untuk UKM Indonesia Terus Diperluas Lewat Program Aksilerasi III

"Dalam situasi yang sangat mencekam, ketiga perwira tersebut telah mengambil suatu strategi untuk melumpuhkan Dewan Revolusi, yakni dengan menutup jalan keluar-masuk Ibukota Jakarta, menelusuri keberadaan para Jenderal TNI AD yang telah diculik dan memerintahkan Pangima Daerah Militer Jaya, Mayor Jenderal TNI (Purn.) Umar Wirahadikusumah untuk mengumumkan bahwa Ibukota Jakarta dalam keadaan darurat," papar Amelia.

Selain itu, strategi yang tidak kalah pentingnya adalah untuk merebut kembali kanal-kanal informasi yang telah dikuasai oleh Dewan Revolusi, yaitu RRI dan instansi Telekomunikasi.

Dalam menjalankan strategi ini, cerita Amelia, Komandan RPKAD, Kolonel Sarwo Edhi Wibowo diperintahkan untuk merebut kembali RRI dan instansi Telekomunikasi.

Kemudian, sejarah mencatat Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, yang kelak menjadi Mertua dari Presiden Republik Indonesia ke-6, Jenderal TNI (Purn.) DR. (HC) H. Susilo Bambang Yudhoyono, berhasil merebut dan menyelesaikan proses perebutan kedua instansi tersebut dalam waktu 25 menit.

Baca Juga: Selain Patung Soeharto, Gatot Nurmantyo Dapat Informasi Patung Pahlawan Revolusi Ikut Musnah

"Perwira-perwira inilah yang memainkan peran utama dalam memulihkan kestabilan politik Indonesia, sebagai insan yang menghargai sejarah, ada baiknya kita tidak melakukan upaya denialisme sejarah, atau penyimpangan sejarah," lanjut Amelia.

Selanjutnya, bangsa Indonesia mengalami masa-gelap yang cukup panjang dalam menumpas Partai Komunis Indonesia dan berbagai organisasi kemasyarakatan yang berada dibawah naungannya, sampai ke akar-akarnya.

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x