Indonesia Jadi Tuan Rumah International Halal Lifestyle Conference 2021

- 29 Oktober 2021, 10:21 WIB
KETERANGAN FOTO : Dari kiri: Iskandar Simorangkir, Deputi Kemenko Perekonomian, Gubernur BI, Perry Warjiyo dan Chairman IHLC, DR. Sapta Nirwandar.
KETERANGAN FOTO : Dari kiri: Iskandar Simorangkir, Deputi Kemenko Perekonomian, Gubernur BI, Perry Warjiyo dan Chairman IHLC, DR. Sapta Nirwandar. /Boedi Azwar

GALAMEDIA- Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) kembali hadir pada 25 hingga 30 Oktober 2021. Acara tahunan ekonomi dan keuangan syariah terbesar di Indonesia ini mengangkat tema "Magnifying Halal Industries Through Food and Fashion Markets for Economic Recovery".

Salah satu bagian dari acara ISEF tersebut, Indonesia International Halal Lifestyle Conference (INHALIFE) 2021 resmi dibuka pada 27–28 Oktober 2021 secara virtual.

Hal tersebut dilakukan Untuk menjaga keamanan, mengingat kondisi pandemi didunia belum pulih 100% maka event kali ini masih diselenggarakan secara virtual.

Acara ini dihadiri Gubernur Bank Indonesia, Dr. Perry Warjiyo, Deputi Bidang Koordinasi Makroekonomi dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Dr. Iskandar Simorangkir, dan Deputi Bidang Usaha Mikro, Kementerian Koperasi UKM Republik Indonesia, Eddy Satriya.

Baca Juga: Masyarakat Korea Utara Diambang 'Kematian', Kim Jong Un Minta Rakyatnya Irit Hingga 2025

Hadir juga Deputi Bidang Industri dan Investasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Fadjar Hutomo, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Didi Sumedi, dan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, DR. Sapta Nirwandar.

Dalam sambutannya, DR. Sapta Nirwandar sebagai Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center menyampaikan beberapa hal, seperti optimisme bangkitnya dunia dari pandemi Covid-19.

"Insya Allah pandemi ini sudah berkurang dan akan segera berakhir. Dunia kembali bangkit, masyarakat Indonesia, bersama masyarakat global harus bangkit dari kesulitan akibat pandemi Covid-19," ujar Sapta.

Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) tahun ini didukung Bank Indonesia, Dinar Standard dengan pimpinan Br. Rafi-uddin Shikoh dan IHLC telah menyelesaikan Indonesia Halal Market Report 2021/2022.

"Laporan ini dipersembahkan atas kerjasama dan dukungan kuat dari Bank Indonesia. Laporan ini tidak hanya tentang temuan tetapi juga dilengkapi dengan strategi dan rekomendasi yang dapat diterapkan secara luas oleh pemerintah, korporasi maupun UKM. Kami yakin laporan ini akan menarik Perdagangan dan Investasi Global menuju Industri Halal Indonesia," kata Sapta.

Baca Juga: Askar Kauny, Sahira dan IPB Bangun Pesantren Pemuda Agropreneur, Ciptakan Santri Produktif Berbasis Agribisnis

Sejalan dengan kebijakan Bank Sentral Indonesia, untuk mengembangkan industri halal khususnya di Halal food and simple fashion, IHLC juga bekerjasama dengan Indonesia Fashion Chamber menyelenggarakan Fashion Show Parade.

"Pada hari Jumat kita akan mengadakan Muslim Modest Fashion Mastermind Class dan Business Linkage dengan sesi interaktif antara perwakilan bisnis fashion sederhana terkemuka Indonesia dan Desainer," katanya.

Pada saat yang sama, Deputi kementerian Koperasi UKM Republik Indonesia, Eddy Satriya menjelaskan, Industri halal menjadi peluang untuk meningkatkan level Usaha Mikro Kecil Menegah (UMKM) yang memerlukan bantuan dari pemerintah.

"Salah satu implementasi daru UU cipta kerja, sudah di syaratkan 30% untuk infrastuktur publik untuk fasilitasi dari UMKM. Kami ingin UMKM memiliki tempat-tempat yang premium. Untuk kawasan sedang dipersiapkan, seperti kawasan industri dan KEK. Secara khusus peraturannya belum ada, tetapi merujuk dengan UU dan pelaksanannya sudah berjalan di kawasan industri dan memprioritaskan industri halal," jelas Eddy Satriya.

Baca Juga: November Mendatang 9 Idol Kpop Cowok Ini Ulang Tahun, Ada Idola Kamu?

Oleh karena itu menurutnya, memberikan edukasi efektif bagi masyarakat mengenai industri halal sangat penting lantaran penerimaan industri halal belum begitu tinggi.

"Tidak sempat lagi menyusun regulasi untuk halal industri. Sebagai gantinya kita Menggunakan program edukasi dan mendampingi melalui, didampingi hingga keluar sertifikat halalnya," ujarnya.

Sementara itu, Didi Sumedi, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, menjelaskan mengapa penerimaan industri halal belum begitu tinggi lantaran masih terbentur masalah literasi.

"Ini merupakan masalah literasi. Menurut saya, kebutuhan akan sandang dan pangan yang memenuhi syariah belum begitu mendalam,” ujarnya.

Ada dua hal yang menjadi penekanan, literasi dari pemahaman agama dan pentingnya suplier untuk memiliki sertifikasi halal. “Serta edukasi kepada masyarakat akan memberikan pemahaman mengenai pentingnya mengkonsumsi sandang pangan yang halal," ujar Didi Sumedi. ***

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah