Tawarkan 'Permen Gila' Berefek 5 Linting Ganja, Akun Instagram Para Pengedar Diungkap Media Inggris

- 3 November 2021, 10:45 WIB
Olah foto kolase Instagram DailyMail
Olah foto kolase Instagram DailyMail /

GALAMEDIA - Ratusan pengedar menggunakan Instagram untuk menawarkan  ganja termasuk pada anak-anak dalam “industri narkoba medsos” bernilai triliunan. Demikian diungkap tim investigasi Daily Mail.

Dikutip Galamedia dari DailyMail pekan ini, penjualan narkoba di platform medsos milik Facebook itu kian menjamur di masa lockdown. Hal ini mengarah pada  kekhawatiran akan 'bom waktu psikosis'.

Psikosis sendiri merupakan kondisi di mana seseorang kesulitan membedakan kenyataan dan halusinasi atau imajinasi.

Baca Juga: Buka Praktik Mengerikan Ala Squid Game, Profesor Terkemuka Serukan Boikot Ahli Bedah China

Seorang raja obat bius online yang terang-terangan mengaku melakukan penculikan dan memotong jemari klien, menjadi satu dari sekian pengedar yang menggunakan situs media sosial untuk mendapatkan gelimang uang.

Para pengedar yang beberapa dari mereka memiliki 30.000 pengikut, mempromosikan barang dagangan mereka dengan postingan dan packaging menarik. Termasuk  ganja yang dikemas bak permen. Penjualan pun dilakukan melalui layanan pesan pribadi semacam direct message.

Ketika dihubungi melalui Instagram oleh reporter Mail yang menyamar sebagai remaja 16 tahun, mereka dengan senang hati menjual dan mempromosikan “efek lintingan gila” yang akan membuat high.

Hadiah bahkan dijanjikan jika mereka berhasil merekrut teman sekelas sebagai pelanggan.

Baca Juga: Jabar Diguyur Hujan Siang hingga Malam, Berikut Prakiraan Cuaca Wilayah Jawa Barat pada Rabu, 3 November 2021

Produk yang ditawarkan termasuk permen yang dicampur ganja dengan efek setara 50 linting. Polisi memasukkan “permen gila” yang telah memakan banyak korban ini sebagai bahaya besar.

Ratusan bocah beberapa di antaranya masih berusia sekolah dasar sampai dilarikan ke rumah sakit dengan gejala jantung berdebar, serangan kecemasan, muntah tak terkendali, paranoia hingga halusinasi.

Para ahli mengatakan kepada MailOnline pengedar narkoba kini beralih dari jalanan ke media sosial karena kemudahan penjualan online.

Baca Juga: Tiap Hari Petugas Razia Penegakan Disiplin, Kasi Tantrib: Selalu saja Ada Warga yang Tak Taat Prokes

Eksis di platform seperti Instagram memberi mereka legitimasi lebih besar dan memungkinkan  untuk membangun brand dan identitas.

Seorang konsultan psikiater memperingatkan  perdagangan ganja booming selama lockdown dan mendorong kaum muda dalam lingkaran psikosis, depresi, kecemasan serta kecenderungan melukai diri sendiri dan bunuh diri.

Diperkirakan 8 persen siswa sekolah di Inggris telah menggunakan ganja. Akibatnya tahun lalu 13.000 anak di bawah 18 tahun membutuhkan perawatan khusus, termasuk lebih dari 1.000 anak dengan usia 13 tahun ke bawah.

Baca Juga: Bukan Pebalap Sean Gelael, Anya Geraldine Malah Pamer Potret Bareng Pria Ini, Pacarnya?

Pasar ganja ilegal di Inggris bernilai setidaknya £2 miliar atau Rp 39 triliun. Awal tahun 2014, satu dari empat penjualan dilakukan secara online dan sekarang proporsinya diyakini jauh lebih tinggi.

Investigasi DailyMail sendiri mengungkap sejumlah hal seperti algoritma Instagram yang ikut memicu perdagangan narkoba.

Ini karena banyaknya calon pembeli yang mencari pengedar ganja secara online membuat menjamurnya pengedar yang “buka lapak online”.

Baca Juga: Alami Gangguan Irama Jantung, Ini Kondisi Terkini Sergio Aguero yang Rencananya akan Diistirahatkan 3 Bulan

Fakta lainnya, kemasan ganja kini dirancang untuk menarik anak muda dengan karakter seperti Postman Pat, Robin Hood, Monster Munch hingga Ben and Jerry.

Ada juga spesialis branding yang secara terbuka membantu pengedar mendesain kemasan dan brand demi memaksimalkan penjualan.

Seorang ibu yang putrinya bunuh diri setelah menderita psikosis akibat ganja khawatir akan ada lebih banyak anak-anak yang kehilangan nyawa  karena pengaruh media sosial yang kian berkembang.

Baca Juga: Tondi Hasibuan Gelar Pameran Tunggal di Roma, Munculkan Kosmos Warna yang Monumental Tapi Menyenangkan

Katya Kowalski, dari kelompok advokasi dampak buruk narkoba Volteface  mengatakan aplikasi media sosial mempermudah para pengedar untuk menarget kaum muda.

“Mereka mampu menciptakan lebih banyak komunitas dengan mekanisme yang mudah dan tampilan yang tidak berlebihan atau mengintimidasi. Salah satu masalah utamanya, pengedar narkoba kini bisa menjadi teman para pembelinya,” paparnya.

Menurutnya ikatan semacam ini ditambah transaksi virtual membuat pengedar narkoba tak lagi menakutkan. Berbeda dengan mereka yang selama ini beroperasi di gang-gang gelap di malam hari.

Baca Juga: Mulai 13 November 2021 Kendaraan Tak Lolos Uji Emisi Akan Kena Tilang atau Denda Maksimal Rp250.000

Dokter Niall Campbell, salah satu ahli kecanduan narkoba terkemuka di Inggris mengaku khawatir dengan kian banyaknya kalangan  muda yang dapat membeli ganja atau obat-obatan lain melalui internet via media sosial.

“Efek kesehatan mentalnya dapat mencakup psikosis, depresi, gangguan kecemasan hingga menyakiti diri sendiri dan perilaku yang mengarah pada bunuh diri.”

Reporter Mail yang menyamar sebagai remaja 16 tahun mencoba menghubungi sejumlah pengedar di Instagram, termasuk SpaceshakeUK yang berbasis di London.

Baca Juga: Catat! Berikut Lokasi SIM Keliling di Jakarta-Bandung-Bekasi Hari Ini

SpaceshakeUK yang berbasis di London mengiklankan berbagai makanan berganja, seperti permen karet rasa buah yang ditawarkan kepada 27 ribu followers dengan tagline “Pernahkah kamu ke luar angkasa?“

Sementara Stonechester yang berbasis di Manchester, mempromosikan berbagai ganja berkekuatan tinggi  kepada lebih dari 19.000 pengikut.

Menggunakan video rapper terkenal, mereka menawarkan produknya dengan nama Loaded Cannons dan Jet Fuel yang bisa dikirim dalam waktu 24 jam.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x