2 Warga Tewas, Dedi Mulyadi Ngamuk Hingga Wajahnya Menyeramkan Saat Pedagang Ketahuan Sembunyikan Ciu

- 16 Februari 2022, 16:47 WIB
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi.
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi. /

GALAMEDIA - Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar Dedi Mulyadi kembali mendapatkan informasi keberadaan penjual minuman keras di pelosok desa.

Hal tersebut buntut pengembangan kasus bocah F (10) yang beberapa waktu lalu diselamatkan karena kecanduan miras.

Wakil Ketua Komisi IV ini bergerak menuju sebuah kampung di Desa Cadassari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta bersama aparat desa dan Satpol PP.

Dari informasi yang didapat ada seseorang bernama Rahmat Suganda alias Mang Ganda alias Mang Ciwo yang kerap menjual miras jenis ciu kepada pemuda kampung.

Dedi pun berhasil menemukan orang tersebut. Namun saat ditanya Mang Ganda mengaku sudah tidak menjual ciu karena baru saja dirazia oleh aparat desa.

“Aya beja Amang sok ngajualan ciu (Ada kabar Amang suka jualan ciu). Ulah dagang deui atuh, sok ku saya bantuan (Jangan dagang lagi, sama saya dibantu),” ujar Dedi Mulyadi.

“Teu aya, tos euren (Gak ada, sudah berhenti),” jawab Mang Ganda.

Baca Juga: Gawat! Aurel Hermansyah Ditimpa Kabar Buruk Jelang Persalinan Baby A: Astagfirullah

Menurut Dedi tidak ada berkah yang didapat dari menjual minuman keras terlebih merusak generasi muda. Bahkan dari informasi didapat Mang Ganda baru saja bercerai dengan sang istri yang meminta berhenti berjualan.

Tak lama berbincang, salah seorang petugas mendapati sejumlah kardus berisi ciu di sekitar rumah. Ciu tersebut dikemas dalam botol air mineral dan disembunyikan di tumpukan genteng di kebun Mang Ganda.

Dedi yang semula berniat membantu memberikan solusi agar Mang Ganda tak lagi berjualan miras langsung kecewa mendengarnya. Bahkan Dedi berubah marah.

“Amang bohong ka saya, iyeu dagang keneh. Iyeu nu ngaracun barudak jadi marabok, maling, gelut nepi ka silih paehan. (Amang bohong ke saya, ini masih dagang. Ini yang meracun anak-anak jadi pemabuk, maling, berantem sampai saling bunuh),” ujarnya.

Lantaran kecewa Dedi langsung meminta aparat Desa dan Satpol PP menindak Mang Ganda. Niatnya membantu mencarikan solusi pun sirna karena kebohongan tersebut.

“Kenapa berbohong? Kalau tidak bohong saya bantu tadi. Sekarang proses saja. Sok inum ku Amang, sok inum. Inum! (Coba minum ciu ini oleh Amang, coba minum. Minum!),” ucap Dedi dengan nama tinggi.

Baca Juga: Budiman Sudjatmiko Sebut Nalar Rocky Gerung Rusak Buntut Omongan 'Jokowi dan PDIP Sponsori Islamophobia'

Mang Ganda beralasan tetap berjualan miras tersebut lantaran masih terlilit utang. Ia diharuskan tetap membayar sejumlah miras yang kemarin baru dirazia petugas.

Pemilik barang haram tersebut, kata Ganda, adalah seorang oknum TNI asal Purwakarta yang biasa dipanggil Abang olehnya.

“Saya mah hanya ketitipan saja. Ini barang punya Abang orang Purwakarta, tentara. Kemarin kan diambilin (razia miras), tapi tetep disuruh ganti,” ujar Mang Ganda.

Dedi Mulyadi pun meminta Mang Ganda kooperatif dan jujur. Terlebih jika benar orang yang disebut Abang tersebut oknum maka akan sangat gampang untuk diproses.

“Amang ulah sieun (Amang jangan takut). Apalagi kalau bawa-bawa anggota lebih gampang ditindaknya. Tapi kalau Amang bohong, bisa bahaya loh. Tapi tetap kita tindak lanjuti. Kita cek benar tidak yang suplyainya adalah oknum,” ujar Dedi Mulyadi.

2 Orang Jadi Korban Tewas

Dua warga Purwakarta tewas usai menenggak minuman keras oplosan jenis ciu di Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta.

Sebelum kejadian, Kang Dedi Mulyadi gencar memberantas miras dan oplosan di Purwakarta setelah mendapat informasi seorang bocah berinisial F (10) kerap mabuk. F sendiri kini telah diselamatkan dan menjadi anak asuh Kang Dedi.

Belakangan Dedi menerima informasi dari Kades Sukajaya Nirwan yang menyebut ada warganya tewas usai minum ciu. Korban awalnya mengalami pusing, muntah hingga akhirnya divonis dokter meninggal dunia.

Baca Juga: Bom 9 Kg Tewaskan 170 Warga Afghan dan 13 Personel Militer AS, Pentagon Rilis Laporan Resmi Tragedi Kabul

“Malemnya minum ciu, pagi muntah-muntah, dibawa ke klinik gak sanggup kemudian dibawa ke RS Thamrin dan meninggal. Korbannya satu di Sukajaya satu lagi di Cilalawi,” ujar Nirwan.

Dedi pun langsung menemui salah satu keluarga korban yang anaknya meninggal dunia. Korban bernama Diki (19) tewas sehari setelah minum ciu bersama temannya.

“Dia (Diki) biasa nongkrong di Ciranti. Gak tau minum apa. Sama temenya itu keluar pulang habis lohor (zuhur) terus masuk kamar. Dia baru keluar lagi subuh bilangnya sakit perut. Dibawa ke klinik terus ke Thamrin, dibilang udah gak ada (tewas),” ujar orang tua Diki.

Orang tua Diki pun mengatakan selama ini anaknya terlihat baik dan pendiam. Sehingga ia tak curiga anaknya baru saja menenggak miras oplosan.

Tak jauh dari rumah Diki ada seorang korban lain bernama Yana. Beruntung Yana selamat setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit. Namun ia sempat terkendala karena tidak bisa klaim BPJS dalam kasus keracunan miras.

“Diki bawa ciu satu plastik dari Pasar Anyar. Diminum berdua. Saya minum sekitar 4-5 seloki,” ujar Yana yang masih terlihat lemas usai menjalani perawatan.

Menurutnya usai minum ciu beberapa menit kemudian perut terasa panas. Selanjutnya terasa sakit perut dan muntah-muntah. “Setelah itu saya gak inget apa-apa lagi. Sekarang alhamdulillah udah mending, katanya.

Melalui sambungan telepon, Dedi menghubungi Kasatres Narkoba Polres Purwakarta AKP Usep Supiyan untuk mendengar penjelasan kasus tersebut. Rupanya penjual miras kini telah diamankan dan ditetapkan sebagai tersangka.

“Pelaku sudah dinaikkan statusnya jadi tersangka. Jadi itu yang diminum menurut pengakuan tersangka adalah alkohol tapi kita belum tahu itu etanol atau metanol karena belum uji lab, terus dicampur sprite, dicampur dengan air mentah. Dia buka di Pasar Anyar Sukatani,” beber Usep.

Baca Juga: Wasiat Dorce Gamalama Sebelum Meninggal Dunia, Ingin Dimakamkan sebagai...

Terkait hal tersebut Dedi yang juga Anggota DPR RI menilai ciu sebagai ancaman karena banyak kasus akhirnya merenggut nyawa.

“Tidak boleh ada ciu lagi di desa, libas terus, operasi terus. Peredaran miras oplosan bukan hal sepele. Kita sebagai penyelenggara negara, ASN dan aparat jangan tunggu ada yang meninggal baru kita ambil tindakan pidana. Tetapi kita mencegah peristiwa ini agar tidak terjadi,” ujar Dedi.

Beberapa waktu lalu Dedi juga sempat menelusuri jejak bocah F saat menjadi pecandu miras. Akhirnya didapati beberapa penjual miras dan oplosan jenis ciu di pelosok desa. Terakhir ia mengamankan 150 botol ciu dari seorang pedagang.

Dari pengakuan penjual, ciu tersebut didapat dari Cikampek yang dipasok dari Cirebon. Namun lokasi pembuatan ciu tersebut berasal dari Solo, Jawa Tengah.

“Dulu orang jualan simpannya di tukang jamu, kalau sekarang mah di rumah. Makanya saya minta Kades, RT, RW, Babinsa dan Bhabinkamtibmas coba keliling semua pedagang di daerah, diamati masyarakatnya, dilihat apa kebiasaan pemudanya,” ujarnya.

Dedi menyadari saat ini aparat cukup sulit melakukan tindakan karena sanksi yang dikenakan pada pelaku penjual sangat ringan dibanding dengan efek jangka panjangnya.

“Tapi kalau menurut saya gampang, tinggal dibuat komitmen perjanjian bagi mereka yang masih jualan harus pergi dari tempat itu. Pakai hukum sosial saja karena kalau pidana itu ringan,” ucap Kang Dedi Mulyadi.

Ia berharap kasus kematian karena ciu kali ini adalah yang terakhir terjadi. Ia pun meminta aparat hingga ke tingkat desa untuk terus melakukan pembersihan terhadap para penjual miras dan oplosan. Sehingga hal serupa bisa dicegah dan tak terulang kembali.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x