China Ciptakan Teknologi Pembaca Pikiran dan Pengukur Loyalitas Anggota Partai Komunis

- 6 Juli 2022, 14:56 WIB
Ukur Loyalitas, China Kembangkan Teknologi Artificial Intelligent Pembaca Pikiran Anggota Partai Komunis
Ukur Loyalitas, China Kembangkan Teknologi Artificial Intelligent Pembaca Pikiran Anggota Partai Komunis /Reuters/Thomas Peter/

GALAMEDIA - China dikabarkan telah menciptakan sistem kecerdasan buatan (AI) yang dapat mengukur loyalitas anggota Partai Komunis.

Menurut Didi Tang, reporter Times in Beijing, sistem tersebut telah dikembangkan para peneliti di Pusat Sains Nasional Komprehensif Hefei.

Sistem ini dapat menganalisis ekspresi wajah dan gelombang otak anggota Partai Komunis untuk menentukan seberapa reseptif mereka terhadap 'edukasi pemikiran'.

Baca Juga: Spesifikasi Samsung Galaxy A33 5G Harga Mulai 3 Jutaan

Tang mengatakan teknologi dimaksud  dirinci dalam sebuah artikel yang diunggah ke internet pada 1 Juli dan dihapus tak lama kemudian.

Artikel menyebut, “Di satu sisi, teknologi ini bisa menilai bagaimana anggota partai menerima pemikiran dan pendidikan politik. Di sisi lain juga  akan memberikan data real untuk pemikiran dan pendidikan politik sehingga dapat ditingkatkan dan diperkaya.”

Teknologi AI diyakini mampu  memperkuat keyakinan dan tekad anggota Partai Komunis untuk berterima kasih kepada partai, mendengarkan partai dan mengikuti partai.

Baca Juga: Harga HP Samsung A03 dan Spesifikasi Lengkap

Pusat Sains Nasional Komprehensif Hefei dilaporkan iku  mendorong 43 anggota Partai Komunis yang juga berada di tim peneliti untuk menguji teknologi tersebut.

Sebuah video yang diterbitkan dengan artikel, yang juga telah dihapus, menunjukkan seorang peneliti memasuki ruangan, duduk di depan layar dan melihat artikel yang mempromosikan kebijakan dan pencapaian partai.

“Dari sana dapat terlihat ekspresi peneliti, mungkin melalui kamera pengintai,” kata Tang.

Baca Juga: Spesifikasi HP 1 Jutaan Infinix Hot 12i

Tidak jelas apakah teknologi pembacaan gelombang otak berada di ruangan yang dimasuki atau tidak.

Belum diketahui juga bagaimana seluruh sistem akan diluncurkan untuk memantau jutaan anggota Partai Komunis di seluruh penjuru negeri.

Tetapi membaca gelombang otak bukan hal baru di China. Tahun 2018, South China Morning Post melaporkan teknologi pemindaian otak digunakan pada pekerja pabrik di Hangzhou.

Baca Juga: Banpol Adalah Apa? Cek di Sini Penjelasannya

Secara praktis teknologi yang digunakan  melibatkan helm pembaca gelombang otak untuk membaca emosi pekerja. Algoritma kecerdasan buatan ini dapat  mendeteksi lonjakan emosi seperti depresi, kecemasan atau kemarahan.

Partai Komunis China yang berkuasa di bawah pimpinan Presiden Xi Jinping, diduga percaya 'pemikiran dan pendidikan politik' sangat penting untuk loyalitas partai.

Partai Komunis China sejauh ini memiliki ‘aplikasi indoktrinasi’ untuk anggotanya, yaitu Xuexi Qiangguo atau Studi untuk membangun China yang Kuat.

Baca Juga: WhatsApp Bakal Punya Stealth Mode Alias Mode Siluman, Anti-Stalking!

Aplikasi ini memaksa 96,77 juta anggota Partai Komunis untuk mengumpulkan  poin dengan membaca artikel, menonton video, dan menjawab kuis tentang pahlawan Komunis.

Aplikasi yang sama melacak jumlah waktu yang dihabiskan pengguna saat  menelusuri kutipan inspirasional dari Presiden Jinping dan menonton video pendek dari pidato dan perjalanannya.

Anggota juga dapat menukarkan skor mereka dengan hadiah seperti kue kering dan tablet, demikian AFP melaporkan sebelumnya.

Baca Juga: Vaksin Booster akan Menjadi Syarat Masuk Mal di Kota Bandung

Sementara itu, pemerintah China kian diawasi ketat terkait kebijakannya dalam menerapkan pengawasan berteknologi tinggi.

Mulai dari kamera keamanan dengan pengenalan wajah hingga aplikasi yang digunakan polisi untuk mengekstrak informasi pribadi dari ponsel cerdas di pos pemeriksaan.

China juga diketahui melacak warganya menggunakan teknologi terbaru,  terutama sistem penilaian sosial seperti Black Mirror dengan tujuan  ‘memulihkan moralitas' dan memiliki daftar hitam warga negara yang dinilai 'tidak dapat dipercaya'.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x