Legislator Ini Ajak Pemuda Jadikan Pancasila Sebagai Panduan Hidup

- 29 Juni 2020, 13:18 WIB
Ketua Komisi I DPRD Jabar dari Fraksi PDI Perjuangan, Bedi Budiman saat berbicara di Webinar Festival Pancasila bertajuk "Implementasi Nilai-Nilai Pancasila" di Tengah Covid-19", pada kegiatan puncak Parlemen Mengabdi di Gedung DPRD Provinsi Jabar, Jln. Diponegoro, Kota Bandung, Senin 29 Juni 2020. (istimewa)
Ketua Komisi I DPRD Jabar dari Fraksi PDI Perjuangan, Bedi Budiman saat berbicara di Webinar Festival Pancasila bertajuk "Implementasi Nilai-Nilai Pancasila" di Tengah Covid-19", pada kegiatan puncak Parlemen Mengabdi di Gedung DPRD Provinsi Jabar, Jln. Diponegoro, Kota Bandung, Senin 29 Juni 2020. (istimewa) /

GALAMEDIA - Di tengah maraknya pengaruh asing, generasi muda di Indonesia harus tetap berpegangan pada Pancasila sebagai ideologi bangsa. Menumbuhkan kembali nilai Pancasila dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari menjadi sebuah keharusan.

Hal itu disampaikan Ketua Komisi I DPRD Jabar dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP), Bedi Budiman. Ia mengajak generasi muda menjadikan Pancasila sebagai panduan atau cara hidup (way of life) dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

"Saya mengajak generasi muda untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dimulai dengan hal-hal sederhana," ujar Bedi.

Baca Juga: Jokowi Omeli Menkes Terawan Soal Berbelitnya Pencairan Dana Covid-19

Ia menyampaikan hal itu saat membuka Webinar Festival Pancasila bertajuk "Implementasi Nilai-Nilai Pancasila" di Tengah Covid-19", pada kegiatan puncak Parlemen Mengabdi di Gedung DPRD Provinsi Jabar, Jln. Diponegoro, Kota Bandung, Senin 29 Juni 2020.

"Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, telah berkembang secara alamiah dari perjalanan panjang sejarah. Dia berisikan pandangan hidup, karakter dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia," terang Bedi.

Dikatakannya, nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila itu sangat menyebut sendir kehidupan masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Anak Durhaka, Gara-gara Sepeda Motor Ingin Penjarakan Ibu Kandung

Mulai dari semangat bersatu, menghormati perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, hingga patriotisme. Termasuk juga didalamnya soal nasionalisme, optimisme, harga diri, kebersamaan, serta percaya pada diri sendiri.

"Tahun 1960 Presiden pertama RI, Soekarno menyampaikan pidato bertajuk To Build A World The New atau Membangun Dunia Kembali. Hebatnya dalam pidato itu Soekarno mengucapkan salam muslim yaitu Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," terang Bedi.

Bahkan, sambung dia, dalam pidato itu Soekarno juga menyertakan ayat Alquran. "Itu pertamakalinya, apalagi dalam mukadimahnya juga ditulis petikan Alquran surat Al-Hujurat ayat 13," tambah dia.

Baca Juga: Jadi Google Doodle, Ini Fakta Menarik Subak Asal Bali yang Mendunia

Menurut Bedi, hal itu merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Dari pidato itu, bisa terlihat jika Soekarno menawarkan Pancasila pada dunia.

Padahal kondisinya di masa itu, lanjut Bedi, dunia sedang terbelah menjadi dua blok yakni liberal kapitalis di blok barat dan sosialis komunis di blok Timur.

"Betapa hebatnya Indonesia, dengan percaya diri Bung Karno menegaskan kami tak akan mengikuti dua blok itu, karena kami memiliki pandangan sendiri yakni Pancasia," ujarnya.

Baca Juga: Pria Ini Gugat Perusahaan karena Tak Mengizinkannya Shalat 5 Waktu

Lebih lanjut Bedi menambahkan, pidato Soekarno tahun 1960 bukan macan kertas. Lantaran 5 tahun sebelumnya yakni di tahun 1955, telah dilakukan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang menghasilkan Dasasila Bandung.

KAA ini, ujarnya, menjadi inspirasi bagi negara-negara di kawasan Asia dan Afrika. Mereka bertambah semangat meraih kemerdekaan dan juga mengikuti gerakan non blok seperti yang diserukan Soekarno.

"Hikmahnya untuk generasi milienal, bila kita berjuang atas mana Pancasila maka persatuan adalah kata kuncinya. Kata persatuan memang mudah diucapkan tapi sesungguhnya berat dilaksanakan," paparnya.

Baca Juga: Berkibar di YouTube, Raffi Ahmad 'Tolak' Tawaran Mengelola TV Swasta

Dalam kesempatan itu Bedi juga mengatakan, para tokoh yang berjuang untuk mempersatukan satu bangsa, bahkan menyatukan antar bangsa, harus memahami relung-relung jiwa. Termasuk nilai-nilai yang mereka yakini, serta mental yang sabar dan bijaksana.

"Intinya dia harus cerdas secara intelektual dan spiritual, seperti halnya Soekarno untuk Perjuangan kemerdekaan Indonesia dan KAA 1955," katanya.

"Bahkan Mahatma Gandhi mengalami kekerasan hingga beliau terbunuh karena pejuang kemerdekaan India itu menginginkan kembalinya India bersatu dengan Pakistan dan Bangladesh," pungkasnya.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x