Gempa Turki Suriah, Ini Dia Hal-hal yang Perlu Anda Ketahui!

- 8 Februari 2023, 19:01 WIB
Gempa Turki Suriah, Ini Dia Hal-hal yang Perlu Anda Ketahui!
Gempa Turki Suriah, Ini Dia Hal-hal yang Perlu Anda Ketahui! /Twitter @hogrbe/

GALAMEDIANEWS - Gempa Turki Suriah terjadi pada hari Senin dini hari 6 Februari 2023. Pusat gempa berada tepat di utara wilayah perbatasan Turki Gaziantep, di provinsi Kahramanmaras, tetapi delapan provinsi telah terpengaruh.

Riak gempa menyebar dari Turki melintasi perbatasan ke barat laut Suriah. Gempa yang terjadi di pagi hari tersebut telah menewaskan lebih dari 5.000 orang.

Gempa tersebut berlangsung sekitar satu menit, menghancurkan lebih dari 6.000 bangunan di Turki dan Suriah dimana banyak ditempati oleh warga yang sedang tidur.

Survei Geologi Amerika Serikat (AS), yang melacak aktivitas seismik di seluruh dunia, mengatakan gempa terjadi pada kedalaman 17,9 km di mana lempeng tektonik Anatolia, Arab, dan Afrika bertemu.

Baca Juga: UPDATE Gempa Turki-Suriah: Korban Tewas Mencapai 8364 Orang

Baca Juga: Update Gempa Turki: Korban Meninggal Tembus Angka 5000-an

Di Suriah, di mana sebagian dari banyak kota telah dihancurkan oleh pengeboman selama 12 tahun dalam perang saudara yang berlarut-larut, banyak bangunan yang tidak kokoh secara struktural.

Daerah di mana gempa melanda juga berada di tangan kelompok-kelompok milisi yang sedang bersaing. 

Di bagian pedesaan Aleppo yang dikuasai oleh kelompok pemberontak, anggota unit pertahanan sipil yang dikenal sebagai kelompok Helm Putih bekerja untuk membebaskan mereka yang berada di bawah reruntuhan.

Kelompok itu mengatakan cuaca badai mempengaruhi kecepatan dan keamanan upaya penyelamatan.

Saluran TV lokal pemerintah menayangkan berbagai rekaman tim penyelamat dalam hujan lebat dan hujan es yang mencari korban selamat.

Pejabat kesehatan menyarankan orang untuk tetap berada di luar dan meminta masyarakat untuk membantu membawa orang yang terluka ke ruang gawat darurat.

Korban tewas di setiap negara mencapai ribuan saat tim penyelamat bekerja keras untuk menyelamatkan mereka yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang tumbang.

Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan gempa hanya akan menambah penderitaan jutaan warga Suriah yang sudah mengalami krisis kemanusiaan akibat perang saudara.

Adelheid Marschang, petugas darurat senior di Organisasi Kesehatan Dunia, mengatakan Turki memiliki kapasitas yang kuat untuk menanggapi krisis tetapi kebutuhan utama dalam jangka pendek dan menengah akan melintasi perbatasan di Suriah, yang sudah bergulat tidak hanya dengan perang tetapi juga wabah kolera.

"Ini adalah krisis di atas banyak krisis di wilayah yang terkena dampak," katanya pada pertemuan dewan World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia di Jenewa, Swiss.

"Di seluruh Suriah, kebutuhannya paling tinggi setelah hampir 12 tahun krisis yang berlarut-larut dan rumit, sementara dana kemanusiaan terus menurun."

Dia mengatakan 23 juta orang, termasuk 1,4 juta anak-anak, kemungkinan akan terpapar di kedua negara setelah gempa dan gempa susulannya telah membuat ribuan bangunan menjadi puing-puing.

"Sekarang berpacu dengan waktu," kata direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Setiap menit, setiap jam berlalu, peluang untuk menemukan orang yang selamat semakin berkurang.

Gempa berkekuatan 7,8 skala richter juga dirasakan di Lebanon dan Siprus. Di Beirut, tempat ledakan kimia yang mengguncang kota itu dua setengah tahun lalu, goncangan jendela dan tembok memicu ketakutan akan tragedi lain.

Di wilayah Duhok, tepatnya di bagian utara Irak, warga merasakan gempa yang begitu kuat sehingga mereka bergegas keluar untuk menyelamatkan diri.
Hampir 200 gempa susulan telah dilaporkan, serta gempa kedua. Badan survei geologi mengatakan lebih banyak yang bisa terjadi.

Sebelas menit setelah gempa awal, gempa susulan berkekuatan 6,7 skala richter menyusul, kata Survei Geologi AS. Besarnya gempa susulan lebih parah daripada banyak gempa terburuk di kawasan itu.
Turki tidak asing dengan gempa bumi.

Gempa besar terakhir di daerah tersebut terjadi pada 24 Januari 2020 di Elazıg. Gempa berkekuatan 6,8 skala richter menghasilkan ratusan gempa susulan, mengganggu upaya penyelamatan.

Lebih dari 17.000 orang tewas pada tahun 1999 ketika gempa berkekuatan 7,6 melanda Izmit, sebuah kota di tenggara Istanbul. Pada 2011, gempa bumi di timur kota Van menewaskan lebih dari 500 orang.

Ribuan orang yang masih terperangkap di bawah reruntuhan di Suriah dan Turki membutuhkan penyelamatan.

Sebastien Gay, kepala misi di Suriah untuk Doctors Without Borders, mengatakan fasilitas kesehatan di Suriah utara kewalahan, dengan tenaga medis bekerja sepanjang waktu untuk menanggapi sejumlah besar orang yang terluka.

Turki memiliki sejumlah besar pasukan di wilayah perbatasan dengan Suriah dan telah mengerahkan militer untuk membantu upaya penyelamatan, termasuk mendirikan tenda bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal dan membangun rumah sakit lapangan di provinsi Hatay.

Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar mengatakan brigade bantuan kemanusiaan yang berbasis di Ankara dan delapan tim pencarian dan penyelamatan militer juga telah dikirim.

Baca Juga: Lebih dari 5000 Orang Tewas Akibat Gempa Dahsyat di Turki, 30 Ribu Terluka

Baca Juga: Merespon Gempa Turki dan Suriah: BAZNAS RI Mengirimkan Tim dan Bantuan 10 Miliar untuk Membantu Korban Gempa

Lebih dari 45 negara telah menawarkan bantuan, kata Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dengan beberapa tim spesialis sudah berada di Gaziantep.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan dia bersiap untuk mengirim 60 orang tim pencarian dan penyelamatan, serta pasokan medis dan 50 tentara, sesegera mungkin.

Pemerintah Pakistan mengirim penerbangan yang membawa pasokan bantuan dan tim SAR beranggotakan 50 orang pada Selasa pagi 7 Februari 2023, dan mengatakan akan ada penerbangan bantuan harian ke Suriah dan Turki mulai Rabu.

India mengatakan akan mengirim dua tim pencarian dan penyelamatan, termasuk anjing terlatih khusus dan tenaga medis.

Lain halnya dengan negara Suriah, dimana negara tersebut akan berjuang untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan karena hanya satu perbatasan yang dibuka dengan Turki. ***

Editor: Nadya Kinasih

Sumber: thenationalnews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah