GALAMEDIANEWS - Bandel tak mau pindah, seorang warga Guangzhou, China kini tinggal tepat di tengah jalan bebas hambatan. Ini karena pemerintah setempat menolak menunda pembangunan overpass yang melintasi rumah tinggalnya.
Sepuluh tahun dibujuk untuk menjual tanah miliknya pada pemerintah, sang pemilik bergeming. Tak ada kompromi, jadilah jembatan jalan raya tadi terbelah dan mengurung sebuah rumah mungil.
Baca Juga: Tersedia di Diler November 2020, Mercedes-AMG GT 2020 Seharga Rp2 miliar Sudah Bisa Dipesan
Dikutip Galamedianews dari DailyMail, Jumat (7 Agustus 2020) bangunan yang terselip di antara jalan raya bukan hal aneh di Negeri Tirai Bambu. Dikenal dengan dingzihu atau rumah paku, semua terjadi karena pemilik menolak kompensasi dari pengembang ataupun pemerintah.
Video yang dirilis media lokal menunjukkan properti yang terjepit di antara dua sayap Jembatan Haizhuyong yang baru dibuka di kota metropolitan Guangzhou di Provinsi Guangdong.
Baca Juga: Empat Obat Covid-19 yang Digunakan Sejumlah Negara di Dunia Saat Ini
Rumah satu lantai itu memiliki luas 40 meter persegi dan berlokasi di tengah jalan tol empat jalur. Laporan stasiun TV Guangdong, pemilik yang bermarga Liang mengaku menolak pindah karena tawaran dari pemerintah tak sesuai keinginannya.
Soal konsekuensi yang dihadapinya, Liang tidak keberatan. Ia pun tak peduli dengan apa pun yang orang pikirkan tentang keputusannya. "Orang pikir ini lokasi rumah yang buruk, tapi aku merasa tenang di rumah sendiri. Rasanya bebas, menyenangkan dan nyaman," katanya.
Sumber stasiun TV Guangdong mengatakan Liang meminta pemerintah memberinya empat apartemen, tapi hanya dua yang disetujui. Sedangkan dalam wawancara lain yang direkam Pear Video, Liang mengklaim pemerintah menawarinya lahan pengganti di samping kamar mayat yang tentu saja ditolaknya.
Diposting di medsos rumah paku Liang langsung menjadi sensasi internet. Pemerintah distrik Haizhu, pekan lalu mengatakan viral video rumah paku Liang berawal saat pemerintah memutuskan untuk meratakan sejumlah bangunan di Jalan Huandao tahun 2010 untuk Jembatan Haizhuyong. Demikian laporan Guangzhou Daily.
Baca Juga: Respon Ledakan Beirut, Jajaran Polri Diminta Lakukan Pengecekan Gudang Penyimpanan Bahan Peledak
Liang satu-satunya dari total 47 warga dan tujuh perusahaan yang masih bertahan. Semua yang lainnya telah pindah pada September tahun lalu. Pihak berwenang menyebut telah menawarkan berbagai pilihan flat dan skema kompensasi tunai bagi warga tapi Liang menolak.
Namun dikatakan para insinyur telah mempelajari aspek keselamatan dengan menyeluruh sebelum membangun jalan layang yeng menjepit rumah paku Liang. Pemerintah juga berjanji untuk terus berkomunikasi dengan Liang.***