"Kita bisa mencontoh Jepang yang sebelum terjadinya gempa, masyarakat sudah diberi warning melalui ponselnya. Akibatnya korban pun dengan gempa sebesar 7,6 SR itu pun bisa diminimalisir. Saya baca sih korban meninggal dunia mencapai 67 orang," ungkap dia.
Baca Juga: Banjir Karawang dan Longsor Purwakarta, BPBD Jabar Kirimkan Bantuan Logistik
Alat Deteksi Bencana
Djoni berpandangan, di Kota Bandung dan Kota Cimahi pun sebenarnya hal itu sangat mungkin dilakukan. Ini karena Kota Bandung memiliki universitas-universitas teknologi kelas atas baik negeri maupun swasta.
"Di Bandung misalnya ada ITB, Itenas, STT Mandala dan lainnya. Di Cimahi ada Unjani juga yang memiliki jurusan teknologi yang baik yang bisa mengembangkan alat-alat deteksi bencana dini," katanya.
Sementara terkait penanganan bencana, untuk Kota Cimahi memang sudah memiliki BPBD sendiri. Terlebih Kota Cimahi, kata Djoni, hanya memiliki 3 kecamatan sehingga penanganan bencana bisa termaksimalkan.
Berbeda dengan Kota Bandung, ujarnya, instansi penanggulangan bencana masih bersatu dengan dinas pemadam kebakaran. Padahal seharusnya terpisah sendiri.
"Jika nanti saya terpilih tentunya saya akan dorong pemerintah setempat untuk membuat dinas baru yang khusus menangani bencana dan mencegah terjadinya bencana seperti BPBD," katanya.
Meski begitu, ada juga penguatan penanggulanggan bencana di Kota Bandung melalui instansi lainnya seperti PMI Kota Bandung. "Di PMI Kota Bandung terdapat Seksi Bantuan dan Penanggulangan Bencana yang sudah sangat membantu. Ini harus kita apresiasi," katanya.
Baca Juga: Longsor Subang Dekat Pabrik Aqua Tewaskan Warga, BPBD Jabar Terjunkan Tim
Selain itu, Djoni pun berjanji akan terus mendorong pemerintah setempat untuk melakukan perbaikan sarana prasarana di Kota Bandung dan Cimahi. Misalnya jalan-jalan yang rusak dan gorong-gorong yang mampet karena bisa menyebabkan jalanan macet dan banjir.