Ancaman Pemanasan Global Makin Terasa, Munculnya Bom Karbon Permafrost Arktik Bikin Resah Masyarakat Dunia

- 16 Februari 2024, 07:13 WIB
Pemanasan global saat ini makin terasa,Adanya bom karbon permaforst berdampak terhadap lingkungan, perlunya menjaga atmosfer
Pemanasan global saat ini makin terasa,Adanya bom karbon permaforst berdampak terhadap lingkungan, perlunya menjaga atmosfer /Pixabay/@TheDigitalArtist/

GALAMEDIANEWS – pemanasan global makin tahun kian meresahkan, pasalnya hal ini berdampak terhadap ekosistem dan tentunya sangat berbahaya. Tapi, baru-baru saja Arktik saat ini kembali memanas akibat ada sungainya yang melepaskan emisi karbon yang setara dengan emisi jutaan kendaraan.

Menurut temuan terbaru dari Dartmouth dan diterbitkan oleh Prosiding Akademi Nasional mengungkapkan adanya bukti bahwa lapisan es di Arktik secara signifikan berpengaruh terhadap sistem sungai di wilayah tersebut. Terdapat permaforst yakni lapisan tanah padat yang telah membeku sekitar 2 tahun lalu, sehingga menyebabkan sungai Arktik mengalir melalui lembah sempit.

Para peneliti bernama Joanmarie Del Vecchio, Paul, dan Del Vecchio menghitung dan menemukan, jika setiap 1,8 derajat Fahrenheit (1 derajat Celsius) telah melepaskan karbon yang jumlahnya sekitar polusi 35 juta mobil dalam kurun waktu setahun. Hal ini dikarenakan saluran air di kutub selalu meluas dan menjadi tanah yang mencair.

Baca Juga: Apa Perbedaan Antara Pemanasan Global dan Perubahan Iklim?

“Seluruh proses permukaan bumi saat ini memiliki proses tarik menarik seperti lereng bukit yang memperhalus lanksap dan memiliki kekuatan untuk membelah sungai,” ujar Joanmarie Del Vecchio dilansir dari YouTube NOVA PBS Official pada Jumat, 16 Februari 2024.

Para peneliti tersebut mengaku, jika karbon terperangkap di dalam tanah maka itu tak akan membahayakan, beda hal dengan karbon yang dilepaskan atmosfer akan membuat gas rumah kaca makin meningkat.

“ Kami sangat memahami fisika pada tingkat fundamental, namun ketika lapisan es mulai membeku dan mencair maka sulit sekali untuk memprediksi mana yang akan menang, sehingga jika memang lereng bukit yang menang maka hal ini akan menyebabkan terperangkapnya karbon di dalam tanah,” ucap peneliti tersebut.

“Tapi jika keadaan mulai hangat kembali maka itu artinya saluran sungai mulai memanas, maka kita bisa melihat seberapa besar karbon yang terlepas ke atmosfer dan akan menciptakan umpan balik pemanasan global yang mengakibatkan lebih banyak lagi pelepasan gas rumah kaca,” kata Joanmarie lagi melanjutkan.

Para peneliti akhirnya mengetahui alasan kenapa aliran sungai di Arktik cenderung memiliki wilayah sungai yang sempit dibandingkan aliran sungai di iklim tropis atau hangat. Hal ini dikarenakan total drainase antara sungai dan saluran air yang saling terhubung sehingga cenderung memiliki wilayah sungai yang sempit dan sedikit

“Kami ingin sekali menguji apakah memang suhu yang mempengaruhi lanskap sungai, tapi saat ini kami merasa sangat beruntung karena memiliki jumlah data permukaan dan ketinggian sungai secara digital dalam kurun waktu beberapa tahun,” ujar Del Vecchio.

Kemudian, para peneliti memeriksa kedalaman, topografi, dan kondisi tanah lebih dari 69000 aliran sungai di belahan bumi utara, mereka mengukur persentase lahan yang terdapat aliran sungai serta kecuraman lembah sungai. Ditemukan, 47% aliran sungai dibentuk oleh aliran es. Lembah sungai di wilayah Arktik lebih dalam dan curam sekitar 20% lebih sempit dari lanskap sekitarnya .

“Bagaimanapun memang kita telah membaginya, wilayah dengan saluran sungai yang lebih besar akan menjadi hangat dengan suhu rata-rata yang lebih tinggi dan lapisan es yang sedikit,” ujar Del Vecchio, salah satu peneliti.

Lapisan es yang telah membeku yang membatasi aliran sungai di Arktik memungkinkan untuk menyimpan sejumlah besar karbon di bumi. Maka dari itu untuk memperkirakan berapa banyak karbon yang dilepaskan, para peneliti menggabungkan jumlah karbon yang tersimpan di lapisan es dengan erosi tanah yang diakibatkan oleh pencairan tanah yang telah menyebar.

Para peneliti menunjukkan suhu Arktik saat ini telah memanas lebih dari 6 derajat Fahrenheit (2 derajat Celsius) di atas tingkat pra-industri dan pemanasan global ini telah berlangsung sejak tahun 1850., Lapisan es Arktik yang mencair secara bertahap dapat melepaskan sekitar 22 miliar hingga 432 miliar ton karbondioksida yang akan terjadi pada tahun 2100 jika emisi gas kaca dapat dikendalikan.

Baca Juga: KBB Bakal Gelar Pilkades Serentak, Hengky Kurniawan : Pemanasan Pesta Demokrasi Jelang Pilpres dan Pileg

Kendati demikian,akan lebih parah seumpama gas rumah kaca tak bisa dikendalikan karena bisa melepaskan sekitar 550 miliar ton. Berdasarkan pengamatan Badan Energi Internasional memperkirakan penggunanaan energi pada tahun 2022 telah melepaskan sekitar 36 miliar ton karbondioksida ke atmosfer dan menjadi angka tertinggi sepanjang dekade.

“Meskipun Arktik pernah mengalami pemanasan di masa lalu, hal yang sangat menakutkan apabila betapa cepatnya pemanasan global terjadi saat ini,” ujar Palucis.

“Inti sedimen yang telah terkumpul dari Arktik telah menunjukan lapisan tanah dan simpanan karbon yang melebar sekitar 10.000 tahun lalu, ini menunjukkan wilayah yang jauh lebih hangat dibandingkan saat ini, sehingga wilayah di Amerika Serikat seperti Atlantik, Pennsylvania dan jauh dari gletser pada saat zaman es menandakan masa depan Arktik modern,” kata Del Vecchio.

“Kami saat ini memiliki beberapa bukti dari masa lalu bahwa terdapat banyak sedimen yang terlepas ke laut saat terjadi pemanasa global dan sekarang Arktik akan mendapatkan lebih banyak saluran air dengan semakin hangatnya suhu,” ucap Del Vecchio menambahkan.

 

Editor: Feby Syarifah

Sumber: YouTube NOVA PBS Official


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x