Jungkir Balik Jemput Cuan di Sukabumi, Suami Istri Kompak Resign demi Buat Tempe Mendunia

- 28 Maret 2024, 16:45 WIB
Proses pembuatan olahan kripik tempe asal Sukabumi, Kahla yang berhasil menembus pasar internasional
Proses pembuatan olahan kripik tempe asal Sukabumi, Kahla yang berhasil menembus pasar internasional /Dok. Kahla Persada Grup/

GALAMEDIA – Sepasang suami istri memutuskan pulang ke kampung halamannya dengan rasa gamang setelah kehilangan pekerjaan di tahun 2008. Tak tahu harus apa, Handry Wahyudi (50) dan Vivi Herviany (49) memilih untuk kembali ke daerah asalnya, Kampung Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Perusahaan tempat keduanya bekerja terpaksa gulung tikar hingga memberhentikan para pekerjanya, termasuk Handry dan Vivi.

Mencoba aji mumpung dengan mereplikasi tren bisnis di ibu kota, nyatanya tak selalu berjalan mulus. “Awalnya saya coba buka konter hape dan pulsa karena di Jakarta laku, tapi ketika dicoba di Sukabumi, ternyata tidak laku," ujar Vivi dalam sambungan telepon ke tim Galamedia pada Rabu, 27 Maret 2024. Bisnis pertama Vivi bersama sang suami itupun berakhir gulung tikar pada tahun 2009. Keduanya kemudian memutuskan untuk bekerja di perusahaan rokok lokal di Sukabumi.

Lima tahun bekerja di perusahaan tersebut, perempuan yang bekerja sebagai sales ini berniat  untuk resign. “Masih terbesit hati untuk berbisnis. Saya sering berpikir, ngapain promosiin barang orang terus. Kenapa saya nggak mencoba membuat produksi sendiri. Saya juga bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang-orang sekitar di sini,” sambungnya.

Lika-liku bisnis Vivi dan Handry mulai menemukan titik cerah. Tempe dipilih keduanya sebagai produk yang ingin diseriusi. “Alasannya sederhana. Tempe ini makanan Indonesia banget. Bisa dimakan sebagai lauk, bisa juga sebagai cemilan,” ungkap Handry menceritakan alasannya memilih tempe sebagai produk bisnisnya. Hingga di akhir tahun 2014, menjadi titik balik bagi pasangan asal Nagrak itu untuk memulai perjalanan baru dengan berbisnis keripik tempe krispi.

Dari Jualan ke Warung Desa hingga Pameran Bisnis Bertemu Para Buyer

Proses pengolahan bisnis tempe Kahla yang melibatkan 50 karyawan lokal asal Nagrak, Sukabumi, Jawa Barat.
Proses pengolahan bisnis tempe Kahla yang melibatkan 50 karyawan lokal asal Nagrak, Sukabumi, Jawa Barat.

Saat awal merintis, Vivi dan Handry hanya bekerja berdua, mulai dari tahap produksi, pengemasan hingga menitipkannya ke warung-warung. Saat itu, jumlah keripik tempe yang diproduksi tidaklah banyak dan mereka pun belum mengambil untung yang signifikan. “Ke warung, kami kasih harga Rp800 dan mereka ambil untung Rp200. Alhamdulillah, dari situ tempe saya laku,” ujar Vivi saat mengenang kembali awal mula dirinya merintis usaha bersama sang suami.

Ketika keripik tempenya mulai disukai warga Nagrak, keduanya mulai merambah penjualannya ke kampung-kampung yang lain. Vivi dan Handry pun memutuskan untuk berhenti bekerja dari perusahaan rokok lokal pada tahun 2015 dan fokus membangun bisnis keripik tempe miliknya. Bisnis keripik tempe itupun berkembang pesat dan berhasil menembus persaingan produk yang dijajakan di Alfamart Sukabumi.

Vivi dan Handry pun mengubah tampilan kemasannya jadi lebih menarik dengan desain bungkus dari alumunium foil dari yang sebelumnya hanya plastic biasa. Packing keripik tempe Kahla  yang berubah lebih elegan itu kemudian Vivi jual Rp15.000 per bungkus. “Agak nekat waktu itu, kami memberanikan diri mengubah standar tempeyang identik dengan makanan kelas bawah menjadi kudapan yang disukai banyak kalangan,” sambung Vivi.

Apabila sebelumnya Vivi dan Handry berjualan dari warung ke warung, kini keripik tempe Kahla dijual dari pameran ke pameran. “ Di pelosok-pelosok pun saya ikuti, karena di sanalah kesempatan untuk memasarkan produk Kahla ke pelanggan baru,” ucap Vivi. Berkat keahliannya sebagai sales, dengan cepat Kahla banyak dikenal masyarakat di luar Sukabumi.

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x