Kendati begitu, Setiawan mengatakan bahwa ada tantangan yang harus dihadapi pelaku pertanian, yakni suplai dan permintaan. "Permintaannya tinggi, maka bagaimana sekarang suplai terjamin. Lalu, logistiknya seperti apa. Itu juga harus kita pikirkan," katanya.
Selain itu, Setiawan mengatakan bahwa porang (tanaman umbi-umbian) saat ini menjadi komoditas yang menjanjikan. Tidak hanya berpeluang menjadi komoditas ekspor, porang juga memiliki nilai jual tinggi.
"Dulu porang ini dianggap makanan ular, tapi sekarang sudah tidak. Bahkan sudah banyak kisah sukses petani porang," ucapnya.
Baca Juga: Penyaluran Bansos Beras Belum Capai Target, Ini Alasan Kemensos
Keadaan tersebut menjadi peluang Jabar untuk mengembangkan porang. Apalagi masih banyak lahan subur di Jabar yang dapat dimanfaatkan untuk menanam porang.
"Kalau kita lihat skala budi daya Porang masih sifatnya individu bukan usaha besar-besaran. Maka, kita harus bergerak lebih," kata Setiawan.
Porang sendiri dikenal dengan nama iles-iles adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus Muelleri. Porang dapat digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, dan penjernih air.
Baca Juga: La Nina dan El Nino, Ini Perbedaan dan Dampak Keduanya pada Perubahan Iklim di Bumi
"Kalau lihat khasiatnya, ini sangat banyak dan mungkin lebih dari ini. Kesempatan emas manfaatkan dengan baik. Harapannya, (budi daya porang) bisa menyerap tenaga kerja," ucap Setiawan.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jabar Dadan Hidayat mengatakan, pihaknya akan mendorong budi daya porang di Jabar. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.