Tersembunyi di Tenggorokan, Ilmuwan Belanda Tak Sengaja Temukan Organ Baru pada Manusia

- 22 Oktober 2020, 16:06 WIB
ILUSTRASI tenggorokan.*
ILUSTRASI tenggorokan.* /Pexels/

GALAMEDIA - Ilmuwan Belanda menemukan organ baru di tenggorokan manusia. Para peneliti yang tengah menguji pemindai kanker baru ketika tanpa sengaja menemukan satu set kelenjar di bagian atas tenggorokan.

Dinamai kelenjar ludah tubarial, tim percaya organ temuan terbaru ini  membantu menjaga area di belakang hidung terlumasi dengan baik.

Menghindari kelenjar ini saat engobatan radiasi pasien kanker dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Demikian laporan yang diterbitkan bulan lalu via Radioterapi dan Onkologi.

Baca Juga: Gapai 222 Juta Penduduk Indonesia, JKN-KIS jadi Asuransi Terbesar di Dunia

Ilmuwan dari Institut Kanker Belanda di Amsterdam melakukan pemindaian PSMA PET-CT baru yang berfungsi mengidentifikasi kanker prostat dengan menggunakan kombinasi pemindaian tomografi terkomputerisasi (CAT) dan pemindaian tomografi emisi positron (PET).

Untuk melakukannya, dokter menyuntikkan pelacak radioaktif pada pasien untuk melacak jalurnya. Menurut Live Science, prosedur ini sangat baik untuk mendeteksi tumor prostat yang bermetastasis, sekaligus mendeteksi jaringan kelenjar ludah.

Baca Juga: Motor Hadiah dari Panglima Milik Anggota TNI AD akan Ditarik, Sejumlah Debt Collector Kena Getahnya

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Kamis (22 Oktober 2020) ketika tim  menyuntikkan pelacak pada pasien, dua area yang tidak terduga menyala di bagian belakang nasofaring, area di belakang hidung.

“Kelenjar yang panjangnya sekitar 1,5 inci tersebut mirip dengan kelenjar ludah utama yang sudah dikenal pada tubuh manusia,” ujar ahli onkologi radiasi Wouter Vogel. "Kita  memiliki tiga set kelenjar ludah yang besar, tapi tidak di area itu," lanjutnya.

Baca Juga: Kemenperin: Transformasi Industri 4.0 Pacu Produktivitas Saat Pandemi

“Sejauh yang kami ketahui, satu-satunya kelenjar ludah atau mukosa di nasofaring berukuran kecil secara mikroskopis, dan sekitar 1.000 tersebar merata di seluruh mukosa. Jadi, bayangkan betapa terkejutnya kami ketika menemukan ini.”

Kelenjar terlihat pada 100 pasien yang scannya mereka pelajari. Vogel dan ahli bedah Matthijs Valstar menyelidiki efek samping radiasi pada pasien dengan tumor kepala dan leher.

“Terapi radiasi dapat merusak kelenjar ludah, yang dapat menyebabkan komplikasi. Pasien mungkin mengalami kesulitan makan, menelan atau berbicara, ini bisa menjadi beban.”

Baca Juga: Pesan dari Tuhan, Televangelis Ingatkan Trump Kembali Menang Pemilu Dunia Berakhir dalam Lima Tahun

Vogel mengatakan radiasi dapat menyebabkan efek samping yang sama pada kelenjar ludah tubarial.

Melihat lebih dari 700 kasus, Vogel dan Valstar menemukan semakin banyak radiasi yang dikirim pada kelenjar yang baru ditemukan ini, semakin banyak komplikasi yang dihadapi pasien.

"Secara teknis sangat mungkin menghindari efek radiasi pada lokasi yang baru ditemukan dari sistem kelenjar ludah ini, caranya sama seperti yang kami coba lakukan untuk menyelamatkan kelenjar yang sudah diketahui sebelumnya," papar Vogel.

Baca Juga: Sosok Cai Chang Pan Mencengangkan, Pernah Ikut Pendidikan Militer Hingga Menjadi Mualaf

"Langkah kami selanjutnya adalah mencari cara terbaik untuk menyelamatkan kelenjar baru ini dari radiasi."

Jika berhasil, tambahnya, pasien akan mengalami lebih sedikit efek samping yang tentunya meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan setelah perawatan.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x