Ada Ancaman Magnitudo 8,9 Disertai Tsunami 10 meter, Sumbar Diguncang 11 Kali Gempa Bumi

- 20 November 2020, 15:25 WIB
Gempa Bumi
Gempa Bumi /Pixabay/psc631798


GALAMEDIA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang, Sumatera Barat, mencatat sepekan terakhir terjadi 11 kali kejadian gempa bumi di wilayah Sumatera Barat (Sumbar) yang terhitung sejak 13 hingga 19 November 2020.

"Berdasarkan pantauan BMKG Padang Panjang, terdapat 11 kali kejadian gempa bumi di wilayah Sumbar sejak sepekan terakhir, yakni tiga kali gempa dirasakan dan delapan kali tidak dirasakan oleh masyarakat," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Padang Panjang, Mamuri di Padang Panjang, Jumat 20 November 2020.

Dari tiga kali kejadian gempa yang dirasakan oleh masyarakat, Mamuri menyebutkan dua kali berpusat di Kepulauan Mentawai, yakni di Tuapejat dengan kekuatan 6,3 magnitudo pada Selasa 17 November 2020. Gempa tersebut juga dirasakan di Padang, Bukittinggi, Solok Padang Panjang, Pariaman, dan beberapa daerah lainnya.

"Kemudian di Pulau Siberut dengan kekuatan 4,9 magnitudo yang terjadi pada Kamis 19 November. Gempa tersebut juga dirasakan di Padang, Solok Selatan, Tanah Datar, Padang Panjang, dan beberapa daerah lainnya," katanya.

Baca Juga: Sekolah Mulai Diperbolehkan Melaksanakan Kegiatan Belajar secara Tatap Muka Januari 2021

Ia menjelaskan gempa yang dirasakan oleh masyarakat juga terjadi di Pesisir Selatan pada Rabu 18 November dengan kekuatan 5,3 magnitudo. Gempa tersebut juga dirasakan di Padang, Padang Panjang, Padang Pariaman, Solok Selatan, dan beberapa daerah lainnya.

"Dari kejadian gempa tersebut tidak berdampak terhadap kerusakan bangunan yang ditimbulkan akibat gempa dan tidak berpotensi tsunami," katanya.

Ia menyebutkan delapan kali kejadian gempa bumi lainnya di Sumbar yang tidak dirasakan masyarakat, yakni di Kepulauan Mentawai 4,0 magnitudo, Pasaman 3,3 magnitudo, Pesisir Selatan 3,6 magnitudo, Kepulauan Mentawai 3,8 magnitudo, Pulau Siberut 3,5 magnitudo, Pulau Siberut 3,5 magnitudo, Kepulauan Mentawai 3,2 magnitudo, dan Pesisir Selatan 3,8 magnitudo.

Baca Juga: Klaim Bisa Copot Anies Baswedan, Mendagri Tito Karnavian 'Diceramahi' Pakar Hukum Tata Negara

Dari 11 kejadian gempa bumi yang tercatat di Sumbar merupakan gempa bumi dengan magnitudo besar dari lima sebanyak dua kali, bermagnitudo tiga sampai lima sebanyak sembilan kali.

"Kemudian 11 kejadian gempa bumi tersebut merupakan gempa dengan kedalaman dangkal dan satu gempa bumi dengan kedalaman menengah," katanya.

Ia mengatakan wilayah Sumbar merupakan salah satu daerah yang berpotensi terjadinya gempa bumi. Namun untuk potensi tsunami belum bisa diprediksi.

"Masyarakat tidak perlu cemas dengan informasi yang tidak jelas," katanya.

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tetap waspada. "Informasi resmi terkait gempa bumi bisa hubingi kami. BMKG juga telah mengeluarkan link telegram resmi yang akan menginformasikan gempa bumi secara riltime," demikian Mamuri.

Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumbar mengungkapkan jika terjadi patahan Megathrust Mentawai, maka akan terjadi gempa bumi magnitudo 8,9.

Baca Juga: Pangdam Jaya: FPI Bubarkan Saja! Turunkan Rantis, Baliho Habib Rizieq Dicopot Aparat

"20 sampai 30 menit kemudian disusul gelombang tsunami di Kota Padang setinggi enam hingga 10 meter dengan jarak dua hingga lima kilometer," kata kata Kepala Bidang (Kabid) PK BPBD Provinsi Sumbar Syahrazad Jamil pada diskusi virtual terkait upaya pengurangan risiko bencana tsunami di Provinsi Sumbar, pekan lalu.

Bencana alam tersebut diprediksi setidaknya berdampak pada 1,3 juta penduduk. Dengan menggunakan skenario terburuk, diperkirakan 39.321 jiwa meninggal dunia, 52.367 hilang dan 103.225 mengalami luka-luka.

"Pelabuhan Teluk Bayur dan Bandara Minangkabau hancur, itu prediksi para ahli," katanya.

Merespons hal itu, Kepala Center of Disaster Monitoring and Earth Observation (DMEO) Universitas Negeri Padang (UNP) Pakhrur Razi menyebutkan hal itu merupakan hasil kajian dari penelitian para pakar gempa Belle Philibosian dari California Institute of Technology.

“Peluang kekuatan gempa dengan M 8,9 di dapat karena mereka mempelajari pergeseran coral (karang) di dasar laut, kemudian melakukan perhitungan sehingga dapatlah angka M 8.9,” jelasnya.

Baca Juga: Sejumlah Pejabat di Pemkab Bogor, Kecuali Ade Yasin Mulai Jalani Pemeriksaan di Mapolda Jabar

Disebutkan, peluang gempa besar itu berpeluang berpusat di sekitar kepulauan Siberut. Kata dia, sejak 2006 pihaknya telah melakukan observasi dengan memanfaatkan satelit dan menemukan adanya pergeseran dan terjadi deformasi di daerah kepulauan Mentawai.

Ia  menyatakan bahwa gempa dengan kekuatan M8,9 tersebut tinggal menunggu waktu karena sudah masuk kedalam siklus 200 tahun kegempaan di Kepulauan Mentawai.

“Dari catatan sejarah, gempa bumi terbesar dengan kekuatan magnetudo M 8,6-8,8 di Kepulauan Mentawai terjadi pada tahun 1797, sedangkan gempa dengan kekuatan M 8,8-8,9 terjadi di tahun 1833. Pada saat ini kita telah memasuki siklusnya,” ucapnya.

Ia pun menyarankan, karena Sumbar berada di daerah rawan gempa, pemerintah dan masyarakat harus selalu waspada dan siap siaga terhadap potensi gempa dan tsunami jika suatu saat terjadi.***

Editor: Dicky Aditya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah