Membangun Semangat Literasi di Kalangan Pelajar

19 Oktober 2023, 09:02 WIB
Ilustrasi./ist /

Oleh : Rahmat Suprihat, S.Pd
Aktivis Pendidikan Kota Bandung

GALAMEDIANEWS - Rendahnya minat baca pelajar Indonesia menjadi isu lama dan tetap menarik. Mengingat di beberapa riset dan penelitian yang dilakukan baik oleh lembaga regional maupun internasional sangat jelas tergambarkan bahwa minat baca anak Indonesia khususnya pelajar memang sangat mengkhawatirkan.

Hal ini Tentunya menjadi PR bagi entitas pendidikan yang selama ini menjadi garda paling depan dalam menghadirkan sebuah budaya dan minat baca yang lebih tinggi di kalangan pelajar.

Baca Juga: Film Napoleon Sutradara Ridley Scott, Jadwal Rilis, Sinopsis, dan Trailer Terbaru

Rahmat Suprihat, S.Pd, aktivis pendidikan Kota Bandung./ist

Rendahnya kecakapan literasi pun dapat terpotret pada lembaran Rapot Pendidikan yang ada di satuan pendidikan. Hal ini bisa dilihat secara jelas dengan parameter yang boleh dikatakan akurat.

Rendahnya nilai literasi yang ada di Rapot Pendidikan bukanlah sesuatu hal yang berdiri sendiri. Rendahnya literasi berbanding terbalik dengan kecakapan intelegensi peserta didik.

Rendahnya kecakapan intelegensi peserta didik ini berimplikasi terhadap kemampuan baca tulis yang menggiring peserta didik pada dimensi minat baca yang rendah dan pada akhirnya nilai literasinya rendah.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mendorong nilai literasi peserta didik ke arah yang lebih baik. Di antaranya, di awal tahun pelajaran, sekolah sejatinya melaksanakan tes diagnostik baik kognitif maupun non kognitif.

Hal ini bukan hanya bicara tentang kelemahan yang dimiliki peserta didik, namun hasil tes ini dapat memberikan feedback positif tentang potensi yang dimiliki oleh peserta didik baik secara akademis maupun non akademis.

Baca Juga: SMA Terbaik di Kota Mataram, Cuma Satu Sekolah Ini yang Menjadi Top Nasional dan Idaman Para Siswa

Dengan adanya tes ini diharapkan sekolah melalui PTK akan lebih terarah lagi dalam memberikan pelayanan pendidikan sesuai kebutuhan peserta didik.

Pelayanan yang jauh dari kata "Klasikal", pelayanan yang sama yang diberikan tanpa berdasarkan kebutuhan peserta didik.

Pemutakhiran perpustakaan sebagai salah satu sumber literasi warga sekolah sebagai sebuah tuntutan wajib. Pemutakhiran melalui kemasan Digitalisasi Perpustakaan menjadi sebuah keharusan.

Hal ini sangat memungkinkan mengingat sampai saat ini dukungan media IT ke satuan pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah melalui pengadaan smart tV, tab, notebook, laptop, smartboard dll dan tidak tertinggalkan dukungan jaringan internet.

Dengan pemutakhiran kemasan perpustakaan diharapkan peserta didik akan lebih melek informasi tanpa harus membuka halaman demi halaman dari buku yang dibaca.

Selain itu keberadaan buku referensi di perpustakaan tidak menjamin rasa ingin tahu peserta didik akan terjawab. Hal ini tentunya berbeda dengan e-Library yang tanpa batas ruang dan waktu.

Baca Juga: SMA Terbaik di Kabupaten Sragen, Terdapat 4 Sekolah yang Memiliki Nilai UTBK Tinggi se-Jawa Tengah

Ruang lain yang dapat dijadikan pemantik semangat literasi berbasis kreasi adalah pemberdayaan Mading Kelas yang terus dioptimalkan dan disesuaikan tuntutan literasi itu sendiri.

Selain itu sekolah harus mengembangkan semangat mengapresiasi setiap gerakan literasi dengan menghadirkan reward dan punishment secara proporsional.

Semua terobosan itu adalah menjadi sebuah keniscayaan manakala sekolah sebagai sebuah sistem tidak menempatkan semangat literasi sebagai bagian dari PR yang termaktub dalam visi dan misi sekolah.

Bukankah visi dan misi sekolah harus berdasarkan kajian kebutuhan sekolah?

Dan yang paling utama dari keberpihakan sekolah sebagai sebuah sistem adalah adanya kebijakan yang berpihak dalam mewujudkan visi dan misi tersebut melalui keberpihakan anggaran.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler