Pembiasaan Bukan Pemaksaan, Mengenakan Jibab Sejak Dini

1 Oktober 2020, 11:31 WIB
/


GALAMEDIA - Bagi seorang muslimah jilbab dan kerudung bukan sekedar pakaian yang wajib dikenakan ketika keluar rumah. Namun, itu adalah ekspresi dari ketaatan dan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Dengan mengenakan jilbab, seorang muslimah sedang memakai baju kebesarannya yang merupakan anugrah dari Allah SWT sebagai perlindungan kepada para muslimah itu sendiri.

Sungguh disayangkan, bila ada yang berpendapat bahwa jilbab dan kerudung merupakan bentuk pengekangan terhadap para perempuan yang beragama islam. Seperti sebuah video liputan berita dari Jerman Deutch Welle (DW) yang membuat konten yang mengulas tentang sisi negatif anak pakai jilbab sejak kecil.

Konten video ini dibagikan DW Indonesia melalui akun Twitternya, @dw_indonesia pada Jumat 25 September 2020.

“Apakah anak-anak yang dipakaikan #jilbab itu memiliki pilihan atas apa yang ingin ia kenakan?,” tulis DW Indonesia.

Baca Juga: Dianggap Utusan Tuhan, Fakta Tak Terbantahkan Oarfish Monster Laut Dalam Pembawa Pesan Tsunami Besar

Postingan DW Indonesia menarik perhatian netizen. Mereka menghujat DW Indonesia karena dianggap membuat konten islamofobia.

“Liputan ini menunjukkan sentimen “islamofobia” n agak memalukan utk kelas @dwnews,” kata anggota DPR yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon melalui akun Twitternya, @fadlizon.

Wajar jika anggota DPR berpendapat bahwa video tersebut menunjukan sentimen islamophohia, kerena memang selama ini yang sering menyerang ajaran islam adalah orang-orang yang terkena islamophohia, serta kaum liberalis termasuk juga para feminis. Kali ini yang disoal adalah pendidikan ketaatan dalam berpakaian, hal itu dianggap pemaksaan dan berakibat negatif bagi perkembangan anak. Padahal, pembiasaan tentu berbeda dengan pemaksaan.

Baca Juga: LPDP Kembali Buka Beasiswa Pendidik dan Perguruan Tinggi Utama Dunia, Buruan Daftar!

Taklif syariah memang belum dibebankan kepada anak-anak. Ia hanya dibebankan kepada orang-orang yang telah dewasa atau balig. Rasulullah saw., “Diangkat pena (taklif hukum) dari tiga golongan; orang tidur hingga bangun, anak-anak hingga balig dan orang gila hingga sadar.” (HR al-Baihaqi).

Hanya saja Islam memerintahkan kita untuk melatih dan membiasakan anak-anak perempuan kita sejak dini. Dengan itu, kelak saat mereka balig, mereka sudah paham dengan hukum menutup aurat dan siap serta istiqamah dalam menjalankannya.

Ibnu Abbas berkata: Suatu hari aku membonceng Nabi saw. Beliau bersabda kepadaku, “Nak, sungguh aku akan mengajari kamu beberapa kalimat: Jagalah (syariah) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (syariah) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa di hadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah. Bila engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi).

Baca Juga: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Lintasi Jembatan Sepanjang 2,8 km di Sungai Citarum

Betapa besar dan betapa dalam pendidikan yang diberikan oleh Rasulullah saw. kepada anak pamannya, Abdullah bin ‘Abbas, yang saat itu belum balig. Begitupun kaitannya dengan penggunaan jibab dan kerudung bagi muslimah. Hendaknya diajarkan sejak usia dini agar anak terbiasa untuk senantiasa menutup auratnya. Ia akan merasa malu jika suatu saat tidak menutup aurat karena kebiasaan itu sudah menjadi bagian dari dirinya.

Tuduhan para liberalis sungguh tidak beralasan. Pembiasaan untuk mentaati perintah sang Pencipta sejak masa usia anak-anak adalah bentuk tanggung jawab orang tua. Karena kelak di hari pembalasan, kita sebagai orang tua akan dimintai pertanggungjawaban atas anak-anak kita.

Besar kemungkinan, para liberalis memang ingin mengaruskan islamophohia di tengah-tengah masyarakat agar kaum muslim takut terhadap ajaran agamanya sendiri. Apalagi sampai kaum muslim menganggap ajaran agamanya sudah tidak relefan lagi di masa kini. Hingga tak patut lagi untuk diajarkan dan dilaksanakan.

Baca Juga: Kementrian Luar Negeri Indonesia Bela Vanuatu, Kok Bisa?

Sebagai tandingan, para liberalis menyuguhkan pendidikan yang serba bebas untuk anak-anak, pendidikan parenting yang diambil dari barat dengan mengatasnamakan kebebasan dan hak asasi manusia. Mereka beranggapan dengan membebaskan anak-anak memilih segala seuatu yang mereka sukai, akan melejitkan potensi anak dan menjadikan anak lebih berkarakter. Walhasil, anak dibiarkan memilih sendiri karakter kepribadiaanya, terlepas dari baik ataukah buruk berdasrkam ajaran agama.

Memang, pendidikan ala barat akan sangat berbeda dengan pendidikan cara islam. Di dalam islam, saat anak melakukan sesuatu yang dapat mencelakakannya atau melakukan hal yang ditentang syariat, maka wajib bagi orang tuanya untuk melarang dan menjelaskan. Anakpun diarahkan agar mempunyai kepribadiaan islam, berpola pikir islam dan bertingkah laku islami. Islampun mengajarkan pada umatnya untuk senantiasa taat pada seluruh aturan agamanya. Bagi muslim yang taat, aturan tersebut tak akan dimaknai sebuah pengekangan. Justru aturan tersebut merupakan wujud kasih sayang Allah SWT pada umat manusia. Dengan mengikuti aturan Sang Pembuat Kehidupan, kita bisa berjalan dengan selamat di dunia juga akhirat.

Baca Juga: Kesehatan Madrid Adalah Kesehatan Spanyol, Saking Spesial Akhirnya Pemerintah Lockdown Madrid

Saat ini peran negara memang sangat minim dalam mengkaunter berita-berita negatif yang merugikan masyarakat. Hal ini karena memang sistem kapitalisme demokrasi yang diadopsi negeri ini, lebih Menonjolkan aspek kebebasan walupun itu bertentangan dengan norma agama. Islam memang tidak akan pernah bisa sejalan dengan sistem ini, kerena islam mempunyai aturan dan hukum yang berbeda. Didalam islam, kedaulatan ada ditangan sang pembuat hukum yaitu Alloh SWT, sebagaimana dalam firmannya :

" Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus." [Yusuf/12:40].
Adapun hukum-hukum yang telah ditetapkan Alloh bagi hambanya, pastilah merupakan hal yang terbaik baik atas apa-apa yang diperintahkan maupun apa-apa yang dilarang.

Baca Juga: Olahraga Yoga Salah Satu Alternatif untuk Menenangkan Tubuh dan Pikiran di Masa Pandemi Covid-19

Wallohua'lam

Penulis Lilis Suryani
Ibu Rumah Tangga Tinggal di Bandung

 

 

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler