Peran Psikolog Bagi Korban Pelecehan Seksual

- 11 Juni 2021, 10:49 WIB
Kasus pelecehan seksual dapat terjadi di mana pun dan kepada siapa pun namun ada beberapa cara mencegahnya.
Kasus pelecehan seksual dapat terjadi di mana pun dan kepada siapa pun namun ada beberapa cara mencegahnya. /Pexels.com/ RODNAE Productions



GALAMEDIA - Seperti yang kita ketahui akhir-akhir ini, semakin banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi. Siapakah yang paling sering menjadi korban pelecehan seksual itu?

Ya, tentu saja kaum perempuan. Komnas Perempuan pada tahun 2020 mencatat bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan mencapai 299.911 kasus dengan bentuk kekerasan yang paling menonjol adalah kekerasan fisik 2.025 kasus (31%) menempati peringkat pertama.

Disusul kekerasan seksual sebanyak 1.983 kasus (30%), psikis 1.792 (28%), dan ekonomi 680 kasus (10%). Pelecehan ini rupanya dapat terjadi dimana saja, seperti di tempat kerja atau di sekolah.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta 11 Juni 2021: Andin dan Al Ungkap Kejahatan Elsa pada Papa Surya

Sebenarnya apa yang menjadi penyebab kasus pelecehan seksual masih sering terjadi? Dengan minimnya perlindungan terhadap perempuan, mudahnya mengakses materi pornografi.

Termasuk kurangnya pengetahuan mengenai seks, serta norma hukum yang tidak memberikan efek jera kepada pelaku dapat menjadi faktor-faktor terjadinya kasus pelecehan seksual (Rahmat, 2020).

Bagaimana peran psikolog bagi korban pelecehan seksual?

Pertama-tama perlu kita pahami apa itu pelecehan seksual Sebenarnya apa itu pelecehan seksual?

Baca Juga: Bintangi Film Mencuri Raden Saleh, Pesona Iqbal Ramadhan dan Angga Yunanda Bikin fansnya Meleleh

Menurut Theofani & Herdiana, (2020), pelecehan seksual adalah setiap bentuk perilaku yang bermuatan seksual yang dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak disukai dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran.

Sehingga menimbulkan akibat negatif, seperti rasa malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri, kehilangan kesucian, dan sebagainya, pada diri orang yang menjadi korban.

Ternyata terdapat jenis-jenis dari pelecehan seksual, menurut Fulero dan Wrightsman (2009) pelecehan dibagi menjadi dua yaitu

1) Quid Pro Quo, yaitu pelecehan seksual yang dilakukan dengan imbalan tunjangan pekerjaan dengan melibatkan tawar-menawar dimana pelaku menanjikan hadiah atau mengancam.

Baca Juga: Buku Harian Seorang Istri 11 Juni 2021: Reza Sigap Selamatkan Nana, Dewa Tak Berbuat Apa-apa

2) Lingkungan kerja yang tidak aman, yaitu perilaku pelecehan seksual terang-terangan atau penyuapan karena lingkungan kerja yang mengintimidasi, bermusuhan, atau menyinggung dengan menggunakan pelecehan.

Lalu, apa saja dampak yang mungkin dirasakan oleh para korban? Berbagai dampak baik psikologis dan sosial dirasakan oleh para korban (Theofani & Herdiana, 2020), seperti:

1) Perasaan dendam, marah, benci kepada pelaku lalu menyebar kepada objek atau orang di sekitarnya;

2) Trauma dan stres;

3) Perasaan tidak berharga dan tidak punya harapan;

4) Celaan dari orang sekitar; dan

4) Merasa gagal, menyalahkan dan pandangan negatif terhadap dirinya. Untuk mengatasi dampak tersebut tentunya memerlukan dukungan dari orang sekitar serta seorang yang ahli seperti psikolog.

Baca Juga: Wakil Bupati Sangihe, Helmud Hantong Meninggal Dunia dalam Penerbangan Lion Air JT-740, Begini Kronologinya

Bagaimana psikolog berperan dalam membantu para korban pelecahan seksual?

Seorang psikolog dapat melakukan analisis psikologis untuk menyimpulkan penyebab dari kasus pelecehan seksual tersebut.

Analisis psikologi tersebut dilakukan dengan berbagai tes sesuai dengan kebutuhannya.

Karena pria dan wanita memiliki persepsi yang berbeda mengenai perilaku yang dianggap sebagai bentuk pelecehan, maka persepsi ini bisa diukur menggunakan Sexual Harassment Inventory dan Beliefs about Sexual Harassment Scale (Fulero & Wrightsman, 2009).

Lalu apa gunanya kesaksian ahli psikologi?

Baca Juga: Hari Jumat, Ini Alaman yang Harus Dilakukan, Jangan Lupa Baca Alquran Surat Alkahfi

Bagi korban atau tim penuntut dalam proses pengadilan kesaksian ahli psikologi dapat mendukung pengambilan keputusan juri atau hakim dengan cara menghubungkan suatu teori dengan kasus.

Selain itu, pembela dan pengacaranya pun dapat menggunakan kesaksian dari ahli psikologi untuk membantah suatu teori yang berlaku untuk kasus tersebut. ***

Referensi
Fulero, S. M., & Wrightsman, L. S. (2009). Forensic Psychology : Third Ed.

Rahmat, D. (2020). Penyuluhan Hukum Di Desa Sampora Tentang Perlindungan Hukum Korban Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan Di Indonesia. Empowerment : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(01), 36–44.  https://doi.org/10.25134/empowerment.v3i01.2684

Theofani, E., & Herdiana, I. (2020). Meningkatkan resiliensi penyintas pelesual melalui terapi pemaafan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 8(1), 1. https://doi.org/10.22219/jipt.v8i1.9865

Pengirim:
Asyifa Fajriani Nur Salsabilla
Departement Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected]

Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x