Ibu Korban Syok Berat, Empat Bocah SD Bergantian Gagahi Balita Empat Tahun

- 9 September 2020, 11:24 WIB
/Tim Galamedia/

GALAMEDIA - Empat bocah sekolah dasar dengan usia 10 hingga 13 tahun ditahan dengan tuduhan yang tak terbayangkan.

Keempat anak laki-laki itu kini menempati ruangan khusus di pusat tahanan anak-anak setelah menjadi tertuduh aksi pemerkosaan.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Rabu (9 September 2020) insiden terjadi  di Muldersdrift, tak jauh dari ibu kota Afrika Selatan, Johannesburg, belum lama ini.

Laporan Eyewitness News yang membuat netizen merinding, korban dari kasus yang memicu kemarahan dan keprihatinan diketahui balita berusia empat tahun. Pemerkosaan terjadi di permukiman kumuh di mana jutaan warga berjejalan.

Ibu korban mengetahui aksi para pelaku yang dipastikan bakal menghadapi tuntutan hukum dari keponakannya saat mengepang rambut pelanggan di salon tempatnya bekerja.

Baca Juga: Percaya atau Tidak, Ini Delapan Gaya Tidur Karyawan Berpenghasilan Tinggi

Tak terima dengan peristiwa yang menimpa buah hatinya, ibu korban yang tak disebutkan namanya mendatangi kantor polisi. Membawa serta putrinya, ia lega penyelidikan mulai dilakukan.

Dalam kasus terpisah, seorang pria berusia 24 tahun ditangkap karena diduga memperkosa seorang gadis berusia lima tahun di Khutsong. Pelaku membobol rumah korban dan menculiknya.

Kala itu korban dan kakak laki-lakinya ditinggal sendirian di rumah. Setelah perburuan yang cukup lama, aparat berhasil menangkap pelaku.  Sementara di tengah duka sang ibu kemungkinan juga menghadapi tuduhan kelalaian atas anak.

PBB menyatakan kekerasan terhadap perempuan dan anak meluas di kawasan Afrika Selatan meskipun upaya reformasi hukum terus dilakukan. Saking mengkhawatirkannya jumlah kejadian, aktivis menjuluki Afsel, Republik Pelecehan Seksual.

Selain itu, kekerasan terhadap perempuan meningkat tajam setelah berakhirnya larangan penjualan alkohol awal tahun ini. Sebanyak 21 perempuan dan anak-anak tewas dalam tiga minggu pertama saat penjualan alkohol kembali diizinkan usai lockdown pada bulan Juni.

Presiden Afsel, Cyril Ramaphosa menggambarkan kekerasan di negaranya  sebagai 'pandemi lain yang juga berkecamuk. Ia dengan tegas mengutuk semua   kebrutalan yang bertentangan dengan segala bentuk nilai kemanusiaan.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x