50 Tahun Sentra Keramik Kiaracondong Tak Lekang oleh Waktu dan Diburu Wisatawan

23 September 2020, 15:53 WIB
Sentra Keramik Kiaracondong Bandung /Retno/job/

GALAMEDIA - Bandung kota yang terkenal dengan tempat wisata dan kulinernya ini, ternyata juga menyimpan beragam daya kreativitas warganya. Salah satu yang menjadi daya tarik galamedia adalah sentra industri keramik yang sudah berdiri sejak tahun 1960 silam.

Terletak tidak jauh dari Stasiun Lama Kiaracondong, membuat usaha sentra keramik ini menjadi lokasi strategis untuk berbisnis. Sampai saat ini, sentra keramik Kiaracondong masih terus berproduksi.

Inovasi kreatif yang terus diciptakan oleh warga Bandung, membuat karya yang dihasilkan tidak pernah padam. Keramik merupakan salah satu daya tarik masyarakat yang masih melegenda hingga sekarang, seperti yang diungkapkan salah seorang pemilik sentra keramik Kiaracondong, Oma Rukmana saat ditemui Galamedia, Rabu 23 September 2020.

Baca Juga: [Update] Kasus Covid-19 di Indonesia Mencapai 257.388 Orang, Luhut Binsar Panjaitan Tak Berdaya

Dia mengungkapkan saat ini sudah masuk generasi ketiga penerus usaha keramik tersebut.


“Sebenarnya terus berlanjut aja, sebelumnya orang tua saya, sekarang anak saya yang melanjutkan, saya sudah pensiun. Dari seluruh mancanegara sudah mengetahui tempat ini, karena kami sering mengirim hingga ke wilayah Bali, Kalimantan, Sumatera pokonya seluruh Indonesia saja. Asalnya di sini itu banyak jika dihitung koperasi ada 30 perusahaan sekarang hanya tinggal 5 perajin paling,” tuturnya saat ditemui di sentra keramik, di Jalan Stasiun Lama Kiaracondong, Kelurahan Jayanti, kecamatan kiaracondong, Rabu.

Dahulu, pendirinya adalah orang tua Oma Rukamana yaitu Itong wanta. Namun karena saat ini, dirinya sudah berumur sehingga usaha tersebut dilanjutkan oleh kedua anaknya, yaitu Diki dan Iwan.

Sentra Keramik Kiaracondong Kota Bandung

Usaha yang dirintis bersama istrinya itu sudah terkenal hingga seluruh Indonesia bahkan hingga luar negeri, seperti Prancis dan Amerika. Sudah sekitar 70 tahun lebih sentra usahanya ini berdiri. Oma memproduksi beragam jenis kerajinan keramik mulai dari gucci, piring hias, asbak dan kerajinan lain dari tanah liat lainnya.

Baca Juga: Jabar Intens Tingkatkan Tes PCR, Dua Daerah Tembus Standar WHO

“Saya suka produksi sampai luar negeri, karena banyak wisatawan luar yang tertarik dengan desain keramik yang kami buat. Untuk bahan pembuatan keramik sendiri ada kaolin dan tanah sukabumi, sama dengan pembuatan produk lain yaitu dibakar, kalau dulu kan pake bakaran tradisional kalau saat ini sudah memakai teknik terbaru dengan menggunakan panas mencapai 1500 derajat celcius,” katanya.

Di tempat sentra keramik milik Oma ini, pengunjung atau pembeli diperbolehkan melihat langsung proses pembuatannya mulai dari pencetakan, pembakaran, pengecetan hingga beragam hasil keramik yang telah dibuat. Jenis kerajinan keramik yang paling banyak dicari yaitu Gucci dan piring keramik.

Ia menyayangkan sudah sejak lama dirinya melakukan usaha ini tetapi belum pernah ada media elektronik yang meliput.

Sentra Kemarik Kiaracondong Kota Bandung

“Alhamdulillah tidak pernah sepi, bahkan barusan ada yang mengambil dari Bangka Belitung karena toko ini sudah terkenal sampai mancanegara. Banyak juga dari kalangan mahasiswa yang datang melakukan penelitian sambil belajar bersama disini, tetapi yang disayangkan sudah lama saya bisnis ini tapi belum pernah ada televisi yang meliput dari pembuatan bahan mentah sampai jadi padahal itu merupakan saranan edukasi untuk anak-anak,” tegasnya.

Baca Juga: Jika Tak Bisa Ditunda, Pemerintah Harus Terbitkan Perppu Pilkada di Masa Pandemi Covid-19

Salah seorang pedagang lain yang juga berjualan di sentra keramik kiaracondong ialah Maesaroh. Dirinya menjelaskan jika sebelumnya bisnis nya tersebut juga memperlihatkan proses pembuatan dari mentah hingga jadi. Namun sudah berapa tahun belakangan ini, dirinya hanya menjaga toko sementara proses pembuatannya dilakukan di Garut. Dia meneruskan usaha orang tuanya yang sudah berjalan sekitar 40 tahun lalu.

“Dulu ini ada tempat pembuatannya, tapi sekarang sudah tidak saya ambil di Garut, Cianjur, Sukabumi dan Cicalengka. Saya ini meneruskan usaha orang tua saya, yang paling banyak di pesan yaitu piring keramik oleh orang Irian, karena mereka menggunakan piring tersebut sebagai maskawin tradisi orang sana,” tuturnya saat ditemui di toko miliknya, Jalan Kiaracondong.

Terhitung setiap 3 bulan sekali 1 kontener dikirim ke daerah Irian Jaya Papua, dan setiap seminggu ada 500 biji yang diantar dengan truk ke beberapa kota. Kalau dahulu pembuatan keramiknya ini menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya, tetapi sekarang sudah menggunakan bahan bakar gas.

Sentra kemarik Kiaracondong Kota Bandung

Bahan bakar gas
Saat itu banyak yang memprotes karena penggunaan minyak tanah mengganggu tetapi sekrang sudah diperbolehkan hanya saja biaya untuk pemindahan cukup mahal.

“Kalau dulu kan pembuatan di sini, tapi karena tidak enak dengan tetangga polusi jadi dipindahkan kesana ke Cianjur, tapi sekarang sudah boleh. Cuma biayanya mahal jadi udah aja di sana diantar ke sini. Biasanya penjualannya sampai Medan, Jayapura, Lampung, Bali,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia menceritakan suka duka berbisnis keramik ini yaitu dikala pandemic seperti saat ini penjualannya menjadi sedikit lebih sepi, walaupun sudah memiliki pelanggan. Dirinya juga mengatakan setiap toko memiliki ciri khas nya masing-masing dan cara pengelolaan tersendiri. Tetapi untuk bahan dan harga di kedua toko tersebut juga cukup bersaing, mereka memiliki pelanggan tetap yang berbeda.

Baca Juga: Asep Rohman Dimyati Resmi Jadi Ketua DPK Apindo Subang

“Kalau lagi corona begini sepi, tapi ini karena sudah ada adaptasi kebiasaan baru jadi ramai lagi. Sekarang sudah penuh sama orderan sampai bulan desember nanti untuk ke jayapura dan kota lainnya, untuk barang yang paling mahal terjual itu Gucci dengan ukuran besar harganya mencapai Rp 1,5 juta per bijinya,” tutupnya.

Sentra Keramik Kiaracondong Kota Bandung

 

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler