Suka Begadang dan Beraktivitas Pada Malam Hari Terbukti Bisa Mencegah Terjadinya Penyakit Alzheimer

7 Maret 2024, 07:00 WIB
Ilustrasi sel /pexels/@ cottonbro studio/

GALAMEDIANEWS – Telah dibuktikan oleh para peneliti yang menemukan seseorang yang suka sekali begadang atau beraktvitas pada malam hari bisa mencegah terjadinya penyakit Alzheimer. Tak hanya itu, ini menghindari gangguan neurologis.

Selama tidur, sel otak akan menghasilkan semacam aliran listrik yang terakumulasi menjadi gelombang berirama yang menjadi terjadinya peningkatan fungsi sel otak. Diketahui, gelombang otak yang lambat erat kaitannya dengan tidur nyenyak.

Para Ilmuwan di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St Louis telah menemukan bahwa gelombang otak akan membantu mengeluarkan limbah dari otak saat tidur. Sel saraf individu berkoordinasi untuk menghasilkan gelombang ritmis yang akan mendorong cairan melalui jaringan otak padat dengan cara mencuci jaringan tersebut.

“Neuron ini semacam pompa mini, aktivitas saraf yang tersikonisasi akan memperkuat aliran cairan dan menghilangkan kotoran dari otak, jika dapat mengembangkan proses ini,” kata Li Feng Jiang Xie dikutip dari laman scitechdaily.com pada Kamis, 7 Maret 2024.

Baca Juga: 2 Cara Menekan Risiko Demensia Alzheimer

“Maka ada kemungkinan untuk menunda atau mencegah terjadinya penyakit neurologis termasuk penyakit Alzheimer dan Parkinson, dimana kelebihan limbah seperti sisa metabolisme dan protein sampah akan menumpuk di dalam otak dan menyebabkan degenerasi saraf,” ucap mahasiswa PHD tersebut lagi melanjutkan.

Sel otak mengatur pikiran, perasan, gerakan tubuh, serta membentuk jaringan dinamis untuk pembentukan memori dan pemecahan masalah. Namun, untuk suatu tugas yang menuntut energi, sel otak sangat memerlukan bahan bakar, konsumsi nutrisi akan menciptakan sisa metabolisme dalam prosesnya.

“Sangat penting bagi otak untuk membuang sisa metabolisme yang dapat menumpuk dan berkontribusi terhadap penyakit neurodegeneratif,” ujar Jonathan Kipnis, Professor Patologi dan Imunologi Alan A.

“Kami baru tau bahwa tidur adalah waktu ketika otak akan memulai suatu proses pembersihan untuk membuang limbah dan racun yang menjadi terakumulasi selama masa terjaga, tapi kami tidak tau pastinya bagaimana itu terjadi. Temui ini mengarahkan pada strategi dan terapi potensial untuk mempercepat pembuangan limbah berbahaya dan membuagnnya sebelum muncul konsekuensi mengerikan,” ucap Edith L Wolff dan penyelidik BJC.

Namun, membersihkan otak yang padat bukanlah perkara yang mudah. Cairan serebrospinal yang mengelilingi otak masuk dan menjalin jaringan seluler yang sangat rumit untuk mengumpulkan limbah beracun saat bergerak.

Saat keluar dari otak, cairan yang terkontaminasi harus melewati penghalang sebelum akhirnya masuk ke pembuluh limfatik di lapisan jaringna luar yang mana membungkus otak dibawah tengkorak.

Para peneliti akhirnya mempelajari mengenai cara otak tikus yang sedang tidur, hal ini membuat neuron mengupayakan pembersihan dengan menembakkan sinyal listrik secara terkoordinasi untuk menghasilkan gelombang ritmis di otak.

Gelombang yang terjadi pada saat tikus tidur akan mendorong pergerakan fluida. Para penliti menutupi wilayah otak tertentu sehingga neuron di wilayah itu tidak menciptakan gelombang berirama.

Baca Juga: Pilihan Aromatik untuk Otak Sehat: Espresso Menjadi Senjata Baru Melawan Alzheimer

Tanpa gelombang ini, cairan serebrospinal segar tidak dapat mengalir melalui daerah otak yang senya dan limbah yang terperangkap tidak dapat keluar dari jaringan otak.

“Salah satu alasan manusia tidur untuk membersihkan otak, dan jika ini dapat meningkatkan proses pembersihan, maka bisa mengurangi waktu tidur agar otak tetap sehat,” kata Kipnis.

Peneliti lain menunjukkan bahwa tikus yang secara genetis kurang tidur akan sebabkan memiliki otak sehat daripada tikus yang sering tidur. Pola gelombang pada otak akan berubah sepanjang siklus tidur.

Gelombang otak yang lebih tinggi dengan amplitudo yang lebih besar akan menggerakan cairan dengan kekuatan yang lebih besar. Para peneliti sangat tertarik untuk mendalami mengapa neuron menembakkan gelombang dengan ritme yang bervariasi dan wilayah otak yang paling rentan terhadap penumpukkan limbah.

“Kami sangat pikir proses pembersihan otak akan mirip dengan cara mencuci piring, akan memulai misalnya dengan pergerakan menyeka yang besar, lambat, dan berirama untuk membersihkan limbah yang berceceran di piring,kemudian mengurangi rentang gerakan dan meningkatkan kecepatan untuk menghilangkan noda sisa makanan yang lengket di piring,” ungkap Jiang Xie.

"Meskipun amplitudo dan ritme gerakan tangan setiap orang berbeda, tujuan utama tetap bagaimana caranya konsisten untuk membuang berbagai jenis sampah yang melekat di piring, otak juga melakukan hal yang sama dengna menyesuaikan metode pembersihan tergantung pada jenis dan jumlah sampah menumpuk di otak,” ujar Jiang Xie lagi menyambungkan.***

Editor: Tatang Rasyid

Sumber: scitechdaily.com

Tags

Terkini

Terpopuler