Beratnya Tanggungan Dosa Bagi Pelaku Korupsi di Hadapan Allah

- 15 Februari 2021, 22:10 WIB
   Ilustrasi pelaku korupsi. /pixabay.com/
  Ilustrasi pelaku korupsi. /pixabay.com/ /

 

GALAMEDIA – Prilaku korupsi sudah banyak ditemukan dimana-mana, baik itu pejabat pemerintah pusat hingga berbagai tingkatan daerah.

Dalam islam, kata korupsi disebut sebagai ghulul, artinya khianat. Adapu secara istilah disebut sebagai mengambil sesuatu dari ghanimah (harta rampasan perang) sebelum pembagian, lansir dari situs Almanhaj.

Rasulullah telah menyebutkan bahwa prilaku menyembunyikan sesuatu yang bukan haknya disebut sebagai ghulul (korupsi).

“Barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan (urusan), lalu dia menyembuyikan dari kami sebatang jarum atau lebih dari itu, maka itu adalah ghulul (belenggu, harta korupsi) yang akan dia bawa pada hari kiamat,” (HR. Muslim no. 3415)

Baca Juga: Tak Berikan Rasa Keadilan, Presiden Jokowi Buka Peluang Revisi UU ITE

Baginda Nabi Muhammad menegaskan larangan untuk tidak mengambil harta di luar hak yang sudah ditetapkan.

“Barangsiapa yang kami tugaskan dengan suatu pekerjaan, lalu kami tetapkan imbalan (gaji) untuknya, maka apa yang dia ambil di luar itu adalah harta ghulul (korupsi).” (HR. Abu Dawud no. 2943)

Imam Asy-Syaukani dalam Nailul Authar, menafsirkan hadits tersebut bahwa terdapat dalil keharaman bagi pekerja mengambil tambahan di luar upah yang sudah ditetapkan oleh pihak yang menugaskannya.

Selain itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan peringatan bahwa pelaku yang mendapat harta secara haram tidak akan masuk surga.

Baca Juga: Alhamdulillah, Keterisian Tempat Tidur Ruang Isolasi Covid-19 di Jawa Barat Alami Penurunan

“Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka lebih pantas untuknya.” (HR. Ahmad dan ad-Darimi, dalam Shahihut Targhib no. 1728)

Bahkan Allah pun tidak akan menerima amalan dari pelaku yang menggunakan harta korupsinya sebagai sedekah atau infaq. Amalannya hanya akan sia-sia di hadapan Allah.

“Barangsiapa mengumpulkan harta haram kemudian ia menyedekahkannya maka ia tidak memperoleh pahala darinya dan dosanya terbeban atas dirinya.” (HR. Ibnu Hibban no. 3367)

Bersedekah dengan harta haram tidak akan diterima, bagaikan sholat tanpa berwudhu sama halnya tidak akan diterima serta tidak sah.

Baca Juga: Bupati Muara Enim Diduga Terima Suap Rp 4 M, Jadi Tersangka KPK dan Langsung Ditahan

“Sholat tanpa bersuci tidak akan diterima, demikian juga sedekah dari ghulul (tidak akan diterima).” (HR. Muslim no. 224)

Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al-Kaba’ir menjelaskan bahwa ghulul merupakan salah satu dosa besar.

“Dosa besar yang ke-22 adalah ghulul dari ghanimah, yaitu dari baitul mal kaum muslim, atau harta zakat.”

Tidak berbeda jauh dengan kondisi saat ini, para pejabat telah melakukan korupsi dengan mengambil uang masyarakat yang jelas bukan haknya, maka justru mendapat dosa yang amat besar.

Baca Juga: Bobby Nasution Resmi Wali Kota Medan Terpilih Pasca MK Gugurkan Gugatan Akhyar

Allah akan memberikan balasan bagi siapa saja saat hidup di dunia telah melakukan perbuatan ghulul (korupsi).

“Barangsiapa berkhianat dalam urusan rampasan perang itu (ghulul), maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatinya, kemudian tiap-tiap jiwa akan diberi pembalasan tentang apa yang dia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.” (TQS. Ali Imran: 161).

Baca Juga: Nyatakan GAR ITB Tidak Wakili Alumni, Mantan Anggota DPR: Jadinya Wakili Siapa Dong?

Orang yang melakukan korupsi Allah sebut sebagai pengkhianat dan akan diberikan neraka untuknya. Oleh karena itu jauhilah perbuatan korupsi karena begitu berat pertanggungjawabannya di akhirat kelak.***

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x