Ketiga alat tersebut sering digunakan kaum perempuan Sunda jaman dulu saat menghadiri suatu pesta untuk mempercantik diri, selain mengenakan kebaya dan sinjang (kain samping)
Walaupun menggunakan senjata seadanya, pertarungan tidak seimbang ini bisa dimenangkan pendekar perempuan. Bahkan, sobrah yang digunakan menjadi senjatan mematikan, setelah selendang dan tusuk konde bisa direbut oleh dua pendekar laki-laki tersebut.
Baca Juga: Di Subang Aksi Bela Palestina Mulai Muncul
Ditangan pendekar perempuan, sobrah yang terbuat dari kumpulan rambut palsu menjadi sebuah senjata ampuh sekaligus mematikan.
Kekuatan energi yang disalurkan dari tangan ke kumpulan rambut palsu, menjadikan Sobrah sangat kuat. Inilah yang disebut Ibing Nyi Mas Ratu Sobrah Kancana.
Hal ini yang ingin disampaikan Asep Gunawan kepada masyaramat, bahwa persatuan dan kesatuan akan menjadi kekuatan yang maha dahsyat untuk melawan siapapun yang merongrong bangsa ini.
Sebelumnya, keempat pendekar ini mendapat doa doa dari sang maha guru melalui upacara Serepan Patalèkan. Upacara ini merupaka warisan dari Ki Tarmedi, yang diturublnkan pada Asep Gurwawan ketua Panglipur Pamager Sari, Padepokan Pasir Ipis.
Upacara Serepan Patalèkan dilakukan setelah murid paguron melakukan Usik Sanyiru Padanan.
Ibing Nyi Mas Ratu Sobrah Kancana ini merupakan pengembangan dari ibing Sobrah karya Rd. Hj. Eni Rukmini Sekarningrat bin Aleh.