Kisah Penyintas Covid-19 dan Cara Mengatasi Efek Pasca Sembuh

- 5 Juli 2021, 11:00 WIB
Foto Ilustrasi: Aktivitas tenaga kesehatan di Hotel Grand Asrilia, Kota Bandung, yang sudah dijadikan tempat pemulihan pasien Covid-19, Senin, 28 Juni 2021.
Foto Ilustrasi: Aktivitas tenaga kesehatan di Hotel Grand Asrilia, Kota Bandung, yang sudah dijadikan tempat pemulihan pasien Covid-19, Senin, 28 Juni 2021. /Yogi P/Biro Adpim Jabar/

GALAMEDIA - Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia masih belum tahu kapan berakhir. Akhir-akhir ini kasusnya masih meningkat. Sudah lebih dari setahun, Indonesia dilanda pandemi Covid-19.

Selama itu pula ribuan orang meninggal dunia dan menyisakan duka mendalam bagi keluarga maupun masyarakat luas. Serangan Covid-19 tak mengenal usia, gender, maupun status. Seluruh kalangan tak luput dari potensi paparan virus ini.

Sivitas akademika Universitas Pasundan (Unpas) yang pernah terinfeksi Covid-19, Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syiar Islam (LPPSI), Dr. H. Tata Sukayat, M.Ag, membagikan ceritanya. Mulai dari awal terpapar hingga upaya untuk sembuh.

Baca Juga: Covid-19 Semakin Menggila, Fadli Zon: Perlu Intervensi Global, Pemerintah Sudah Tidak Mampu

Tidak diceritakan kapan tepatnya ia positif Covid-19, namun ia menduga terinfeksi di salah satu kegiatan pengajian. Kebetulan, kondisi tubuhnya memang tengah drop karena bergejala tifus.

“Saat itu, aktivitas pelayanan publik tidak memungkinkan buat dihentikan, dan saya mengira terkena di sebuah titik pengajian, walaupun prokes sudah diberlakukan dengan ketat. Dari situ, saya merasakan demam begitu tinggi, badan menggigil, batuk, dan sesak napas yang sangat menyiksa,” katanya melalui siaran pers yang diterima Galamedia, Senin 5 Juli 2021.

Begitu mengalami gejala serupa Covid-19, ia memutuskan untuk tes PCR dan sesuai dugaan, hasilnya positif. Ketika mengetahui dirinya positif, ia langsung mengambil langkah sigap untuk menjalani isolasi mandiri. 

Baca Juga: PPKM Darurat: Onlinenisasi Pilihan UMKM Bertahan

Negatif Setelah 3 Hari

Meski psikisnya terpukul, fisik melemah, nafsu makan berkurang, dan ventilator tidak membantu mengurangi sesak, tetapi ia berusaha tenang sembari mengikuti anjuran dokter.

Selama isoman, ia rutin mengonsumsi vitamin, minyak ikan, obat yang diresepkan dokter, dan dikombinasikan dengan pengobatan herbal.

“Saya berusaha memperketat isoman, tidak bersentuhan dengan keluarga, makan dipaksakan, dan tentunya sambil bermuhasabah. Terpenting, empat aspek yaitu biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual harus saling berimbang,” tuturnya.

Baca Juga: Surati Kim Jong-un, Presiden Korea Selatan Minta Perdamaian?

Dari sisi biologis, untuk mempercepat penyembuhan, ia mengatakan pentingnya olahraga ringan, makan minum secara teratur, serta konsumsi vitamin, obat, dan produk herbal. Sedangkan psikologis, kejiwaan harus tetap tenang dan tabah.

“Secara sosiologis, saya menjaga dan memproteksi diri, jadi sementara tidak bergaul dengan siapapun. Untuk spiritualnya, saya menguatkan doa, berzikir, dan bermunajat. Alhamdulillah, berkat kombinasi keempatnya, setelah tiga hari saya sudah bisa sembuh dan negatif,” lanjutnya.

Selama isolasi mandiri ia bisa cepat pulih salah satunya karena keluarga dan kolega di Unpas terus memberikan support, peduli, dan meyakinkan bahwa dirinya akan segera sembuh. Ditambah, sepanjang isoman, ia menghindari berita dan informasi yang sekiranya bisa membuat kondisinya semakin down.

Baca Juga: Muannas Alaidid 'Sentil' UAS yang Ngamuk Karena Masjid Ditutup: Hobi Bener Provokasi Pakai Isu Agama

“Keluarga maupun kerabat di Unpas Alhamdulillah banyak yang peduli, bahkan sampai mengirimkan vitamin, menanyakan perkembangan, dan mendoakan kesembuhan saya. Satgas Covid-19 yang telah dibentuk juga betul-betul menjalankan fungsinya,” ujarnya.

Efek Long Covid dan Upaya Menanganinya

Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Unpas dr. Trias Nugrahadi, Sp.KN (K) menyampaikan, beberapa penyintas masih bisa merasakan sejumlah efek setelah pulih dari Covid-19, seperti mudah lelah, sakit kepala, nyeri otot, mual, gangguan mental, hingga sulit tidur.

Gejala tersebut mungkin terjadi dan harus diwaspadai, baik bagi yang memiliki komorbid maupun orang tanpa gejala. Apabila efek memanjang, harus segera kontrol dan konsultasi ke dokter.

 “Berdasarkan pengalaman dan penelitian, kadang ada yang mengalami gejala sisa. Biasanya orang-orang yang punya penyakit berat bisa terkena dampak di organ vitalnya. Nah, organ yang berisiko tersebut harus diperiksa secara berkala,” jelasnya.

Baca Juga: Heboh Soal 'Pipis Onta' Ferdinand Hutahaean, Ketua Umum DPP KNPI Sebut Arogan: Malah Ngajak Ribut

Selain efek pasca sembuh, penyintas Covid-19 juga memiliki kemungkinan terinfeksi kembali. Hal ini disebabkan terbentuknya imunitas atau kekebalan alami di tubuh manusia berbeda-beda.

“Jika ada efek sesak napas, lakukan prone position untuk memperbaiki ventilasi pernapasan agar oksigen yang masuk ke tubuh lebih banyak. Bagi yang muslim, cukup dengan sujud saat salat,” imbaunya.

Di samping itu, suara yang serak dapat dipancing membiasakan bernyanyi atau membaca Alquran, sebagai pemantik. Untuk gangguan menelan, jangan dibiasakan makan dan minum sambil berbaring, tapi usahakan dengan posisi tegak.

“Jadi kalau ada gejala yang berkepanjangan, dapat melakukan hal-hal tadi, dibantu olahraga ringan, makan makanan bergizi, tidur yang cukup, menerapkan pola hidup sehat, menjalankan 5M, 3T, dan vaksin. Itu menjadi tameng penjagaan dan pencegahan bagi kita, karena siapapun bisa kena,” tutupnya. ***

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x