Kisah Heroik Jenderal Sutiyoso 5 Hari Tidak Makan dan Nyaris Tewas Saat Selamatkan 4 Nyawa Prajuritnya

- 8 Desember 2021, 11:18 WIB
Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso alias Bang Yos.
Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso alias Bang Yos. /Antara/Ricky Prayoga/



GALAMEDIA - Sepak terjang prajurit komando pasukan khusus (Kopassus) di Medan operasi selalu meninggalkan kisah heroik. Termasuk kisah Jenderal Sutiyoso.

Sutiyoso merupakan purnawirawan pasukan elit TNI Angkatan Darat Kopassus yang selalu siap memberikan segala-galanya. Termasuk nyawa sekalipun demi menjalankan tugas negara, karena bagi mereka kehormatan adalah segalanya.

Seperti yang dilansir Galamedia dari YouTube Erwin Tamatompo yang mengangkat kisah nyata buku berjudul Sutiyoso Devil's Jenderal.

Perjuangan Sutiyoso yang juga mantan Gubernur DKI Jakarta ini tidak tanggung-tanggung saat menjalankan tugas. Ia rela sampai tidak makan selama lima hari demi menyelamatkan empat anggotanya yang tertembak musuh.

Baca Juga: 5 Tips Bepergian Aman di Masa Omicron, Nomor Lima Sering Dilupakan

Kisah dramatis tersebut berawal ketika Sutiyoso yang kala itu berpangkat Kapten dipanggil oleh ketua G1 intelijen Hankam Mayjen TNI LB Moerdani.

Ia ditunjuk menjalankan tugas penting dan razia ke perbatasan Timor Portugis atau Timor-Timur.

Memasuki awal tahun 1975 Sutiyoso ditugaskan kembali secara clandestine atau rahasia pra operasi Sandi Yudha terbatas. Operasi ini dikenal dengan sandi operasi Flamboyan.

Sutiyoso menjadi orang pertama yang disusupkan Benny Moerdani ke Timor Timur untuk mengumpulkan informasi.

Bersamaan dengan itu satuan tugas intelijen khusus di bawah pimpinan Mayor Yunus Sofia yang beranggotakan 100 personel dipersiapkan seiring perkembangan situasi di Timor Portugis Satgas dikembangkan dengan membagi menjadi tiga tim yang diberi nama perempuan yakni sushi tidan Umi.

Pada saat itu semua anggota pun diberi nama samaran Sutiyoso memilih nama mennix nama tersebut terinspirasi dari film mata-mata hingga akhirnya Sutiyoso dikenal dengan panggilan Kapten manik.

Baca Juga: PBSI Nyatakan Mundur, Indonesia Tetap Miliki Wakil di BWF Championship 2021 Spanyol

Tepat pada 27 Agustus 1975 Umi yang dipimpin oleh Mayor Infanteri Sofyan Efendi dengan wakil komandan Kapten Infanteri Sutiyoso kemudian diterbangkan ke Kupang untuk selanjutnya ke Atambua kota terdekat Indonesia ke Timor Portugis.

Setibanya di Atambua upaya penyusupan yang Rencananya akan dilakukan melalui Kefamenanu untuk menguasai ambeno dibatalkan.

Tim diperintahkan melanjutkan perjalanan ke Motaain sebuah desa pantai di wilayah Republik Indonesia yang hanya berjarak 3 km sebelah barat kota Batu Gede wilayah Timor Portugis.

Namun karena situasi yang tidak memungkinkan akhirnya tim Umi diperintahkan untuk menyusup jauh ke daerah pedalaman pegunungan di selatan viqui.

Hal ini merupakan penyusupan terjauh saat operasi Flamboyan. Menjelang tengah malam ketika mendekati sasaran pasukan kemudian dibagi dua mengingat ada dua sasaran yang menjadi target yakni markas polisi dan markas tentara.

Baca Juga: 5 Manfaat Berjalan Tanpa Alas Kaki, Bikin Tidur Nyenyak Hingga Redakan Depresi

Sutiyoso menyasar markas tentara sedangkan pasukan kecil dipimpin oleh Letnan Bambang bergerak menuju markas polisi, tepat pukul 01:00 waktu setempat Sutiyoso memberi isyarat dengan melepaskan tembakan.

Kedua tim kemudian secara serentak melakukan penyerangan ke markas polisi dan tentara, terjadi perlawanan sengit setelah pertempuran selama 20 menit.

Sutiyoso melepaskan tembakan sebagai syarat untuk mundur sesuai strategi hit-and-run.

Kemudian pada saat itu Sutiyoso mendapatkan laporan bahwa Sersan Parman yang bertugas sebagai penembak rocket launcher tertembak di kakinya begitu pula pembantunya Sarwono tertembak sehingga satu jari tangannya putus, termasuk empat anggota lain yang tertembak.

Saat akan dijemput ternyata Sersan Parman dan Sarwono telah berpindah di tengah kejaran pasukan musuh.

Pertempuran sengit terus terjadi, pergerakan tim Jendral Sutyoso untuk kembali ke kota terhambat karena harus bertempur dan membopong empat anggotanya yang tertembak dalam perang.

Baca Juga: Bulutangkis Indonesia Mundur dari BWF World Championship 2021, Ini Alasan PBSI

Para senior yang menghubunginya melalui radio telah menyarankan supaya ditinggal saja. Tetapi Sutiyoso tidak tega.

Ia dengan tiga anggota kemudian membopong mereka yang terluka sambil memanggul senjata ditengah gempuran pasukan musuh.

Sutiyoso bersama timnya terus melawan sambil bergerak menuju tempat yang aman bahkan anggota yang digotog meminta supaya dia ditinggalkan dan dibekali granat jika sewaktu-waktu tertangkap mereka akan meledakkan diri dengan granat tersebut.

Saat itu hari sudah siang Sutiyoso bersama timnya belum makan rasa lapar dan haus mulai menyerang hingga di suatu tempat yang cukup aman Sutiyoso kemudian membuka radio dan meminta dikirim bantuan helikopter.

Namun karena terbang terlalu tinggi sehingga isyarat kepulan asap yang dibuat Sutiyoso tidak terlihat.

Sutiyoso tidak mau menyerah, Kolonel Dading kembali dihubungi untuk mengirim helikopter.

Baca Juga: PPKM Level 3 Dibatalkan, Plt Walikota Cimahi Tekankan Masyarakat Untuk Tetap Disiplin Prokes

Namun lagi-lagi helikopter tidak dapat melihat lima titik kepulan asap yang dibuat oleh pasukan Sutiyoso.

Hingga akhirnya Sutiyoso menembakkan pistol dengan tembakan isyarat berwarna hijau meski upaya tersebut berhasil namun hal itu juga membuat pasukan fretelin mengetahui keberadaan pasukan Sutiyoso.

Di tengah serangan pasukan fretelin Sutiyoso meletakkan senjata dan ransel untuk membopong anggotanya yang terluka naik ke helikopter setelah berjuang keras keempat anggota yang tertembak berhasil dievakuasi dengan menggunakan helikopter.

Sutiyoso kembali bergerak mencari jalan menuju perbatasan.
Namun karena fretelin sudah menyebar dimana-mana sehingga perjalanan yang semula direncanakan selama 10 hari harus ditempuh dalam waktu lima belas hari.

Sehingga selama lima hari mereka sudah kehabisan logistik makanan tidak ada juga air minum.

Keletihan yang amat sangat, ditambah rasa lapar dan haus mereka harus terus bergerak menghindari kejaran musuh, di tempat yang dirasa aman.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Persib vs Persebaya, Maung Bandung Siap Taklukan Bajul Ijo

Ia memerintahkan pasukannya untuk istirahat tetapi Sutiyoso terus menahan kantuk dan rasa letih lapar dan hausnya.

Sutiyoso tidak mau semua terlelap harus ada yang berjaga dan waspada di tengah keletihan rasa lapar dan haus yang luar biasa itu.

Sutiyoso tidak mau mengendorkan kewaspadaan dalam upaya melepaskan diri dari kejaran Fretilin setioso juga melarang anggotanya untuk melepaskan tembakan kecuali sangat perlukan.

Setelah beristirahat sejenak Sutiyoso bersama pasukannya kembali bergerak menyusuri jalur pantai mengingat beberapa jalur telah ditekan oleh pasukan fretelin.

Satu persatu pasukannya bergerak pada malam hari hingga akhirnya mereka selamat sampai di perbatasan dan masuk wilayah Nusa Tenggara Timur.

Semua anggota pasukan selamat meski kondisinya terlihat amat kurus tak terkecuali Letnan Jenderal TNI purnawirawan Sutiyoso karena selama lima hari mereka tidak makan.

Itulah kisah heroik Letnan Jenderal TNI purnawirawan Sutiyoso yang rela 5 hari tidak makan demi menyelamatkan empat nyawa prajuritnya yang nyaris tewas.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x