Gunung Tambora Meletus, Ledakan di Sumbawa Terdengar Hingga Sumatera, 71 Ribu Meninggal, Sejarah 10 April

- 10 April 2022, 04:00 WIB
Kaldera Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.  Gunung Tambora di Sumbawa Meletus, Ledakan Terdengar Hingga Sumatera, 71 Ribu Meninggal, Sejarah 10 April.
Kaldera Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Gunung Tambora di Sumbawa Meletus, Ledakan Terdengar Hingga Sumatera, 71 Ribu Meninggal, Sejarah 10 April. //PORTAL JEMBER/Dok. NASA

GALAMEDIA - Gunung Tambora yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat meletus dahsyat.

Ledakan dari letusan Gunung Tambora bahkan terdengar hingga Pulau Sumatera dan Jawa, atau lebih dari 2.000 km.

Akibat letusan Gunung Tambora, tercatat sebanyak 71 ribu orang meninggal dunia, baik yang terkena dampak langsung letusan maupun akibat penyakit dan kelaparan yang terjadi.

Sejarah mencatat, letusan Gunung Tambora 1815 adalah salah satu letusan gunung berapi yang paling kuat dalam sejarah tertulis dan diklasifikasikan sebagai peristiwa dengan VEI-7.

Baca Juga: Harry Maguire Punya Andil Bikin Manchester United Takluk 0-1 dari Everton

Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah. Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km.

Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari. Aliran piroklastik menyebar setidaknya 20 km dari puncak.

Letusan Gunung Tambora ini dimulai pada 10 April 1815, diikuti oleh antara enam bulan sampai tiga tahun meningkatnya kepulan dan letusan freatik kecil.

Bumbungan letusannya menurunkan suhu global, dan beberapa ahli percaya hal ini menyebabkan pendinginan global dan kegagalan panen di seluruh dunia pada tahun berikutnya, kadang dikenal sebagai tahun tanpa musim panas.

Pada pukul 19.00 tanggal 10 April, letusan gunung semakin kuat. Tiga lajur api terpancar dan bergabung. Seluruh pegunungan berubah menjadi aliran besar api.

Baca Juga: Kondisi Setengah Bugil, 3 Pasangan Kumpul Kebo Diamankan dari Kosan di Kota Bima

Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani pada pukul 8 malam, diikuti dengan abu pada pukul 9-10 malam. Aliran piroklastik panas mengalir turun menuju laut di seluruh sisi semenanjung, memusnahkan desa Tambora.

Ledakan besar terdengar sampai sore tanggal 11 April. Abu menyebar sampai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Bau "nitrat" tercium di Batavia dan hujan besar yang disertai dengan abu tefrit jatuh, akhirnya reda antara tangal 11 dan 17 April 1815.

Dari berbagai sumber disebutkan, letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index. Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan gunung Krakatau tahun 1883.

Diperkirakan 100 km kubik piroklastik trakiandesit dikeluarkan, dengan perkiraan massa 1,4×1014 kg. Hal ini meninggalkan kaldera dengan ukuran 6–7 km dan kedalaman 600–700 meter.

Massa jenis abu yang jatuh di Makassar sebesar 636 kg/m persegi. Sebelum letusan, gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 meter, salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 meter.

Baca Juga: Di Hadapan Jenderal Polisi, Mahfud MD Keluarkan Warning Terkait Aksi Mahasiswa 11 April 2022

Akibat letusan, semua tumbuh-tumbuhan di pulau hancur. Pohon yang tumbang bercampur dengan abu batu apung masuk ke laut dan membentuk rakit dengan jarak lintas melebihi 5 km.

Rakit batu apung lainnya ditemukan di Samudra Hindia, di dekat Kolkata pada tanggal 1 dan 3 Oktober 1815. Awan dengan abu tebal masih menyelimuti puncak pada tanggal 23 April.

Ledakan berhenti pada tanggal 15 Juli, walaupun emisi asap masih terlihat pada tanggal 23 Agustus. Api dan gempa susulan dilaporkan terjadi pada bulan Agustus tahun 1819, empat tahun setelah letusan.

Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal 10 April, dengan ketinggian di atas 4 m di Sanggar pada pukul 10 malam.

Tsunami setinggi 1–2 m dilaporkan terjadi di Besuki, Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami setinggi 2 m terjadi di Maluku.

Tanguy merevisi jumlah kematian berdasarkan dua sumber, sumber dari Zollinger, yang menghabiskan beberapa bulan di Sumbawa setelah letusan dan catatan Raffles.

Tanguy menunjukan bahwa terdapat banyak korban di Bali dan Jawa Timur karena penyakit dan kelaparan. Diperkirakan 11.000 meninggal karena pengaruh gunung berapi langsung dan 49.000 oleh penyakit epidemi dan kelaparan setelah letusan.

Oppenheimer (2003) menyatakan jumlah kematian lebih dari 71.000 jiwa.***

Editor: Lucky M. Lukman

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah