Mengambil Nama dari Sebuah Gereja, Brompton Semakin Laris Manis dan Mendunia

- 3 Agustus 2020, 15:59 WIB
Sepeda Brompton. /Twitter/BromptonBicycle
Sepeda Brompton. /Twitter/BromptonBicycle /

GALAMEDIA - Nama sepeda lipat Brompton di Indonesia mulai naik daun setelah dibawa masuk secara ilegal oleh Dirut Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara. Bersama sparepart Harley-Davidson, sepeda itu diangkut ke dalam pesawat baru pesanan perusahaan plat merah tersebut.

Belakangan, keberadaan sepeda lipat ini semakin ngetop di Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Orang-orang mulai membeli sepeda itu, meski harus merogok koceknya dalam-dalam. Di Indonesia, harga sepeda ini mencapai puluhan juta rupiah.

Brompton memang sudah menjadi salah satu merk terkenal di dunia. Sepeda lipat ini pertama kali dirancang pada tahun 1975 oleh Andrew Ritchie di South Kensington, London, Inggris.

Baca Juga: Terjadi Satu Kali dalam 100 Tahun, WHO Peringatkan Efek Covid-19 Akan Terasa dalam Beberapa Dekade

Dikutip dari wartaekonomi.co.id, nama sepeda Brompton sendiri berasal dari "Brompton Oratory", sebuah gereja di London yang bisa dilihat dari jendela apartemen Ritchie. Apartemen itu merupakan lokasi pembuatan prototipe sepeda lipat saat ia mulai merintis usahanya.

Sepeda Brompton
Sepeda Brompton amazon
Saat itu, desain awal Brompton masih belum secantik sekarang, masih kasar namun lipatannya sudah rapi, nyaman dan simpel. Ritchie merancang itu setelah dikenalkan oleh ayahnya dengan seorang broker saham bernama Bill Ingram.

Baca Juga: 40 Orang Penumpang dan Kru Kapal Pesiar Mewah Norwegia Tertular Virus Covid-19

Ia sedang mencari dana untuk Bickerton, perusahaan Inggris yang pertama kali membuat sepeda lipat. Pertemuan itu pun menginspirasi Ritchie untuk mencoba menggambar desain sepeda lipat. Lalu, percobaan membuat sepeda lipat pertama pun dimulai.

Awalnya, Ritchie mengajak 10 orang teman untuk menjadi investor yang masing-masing orang memberikan 100 poundsterling.

Dari uang itu, Ritchie membuat prototipe pertamanya yang selesai dalam satu tahun. Setelah berhasil membuat 3 sepeda lipat prototipe, awalnya Ritchie hendak menjual desainnya pada perusahaan sepeda raksasa, salah satunya Raleigh, namun tak ada hasil.

Baca Juga: Sinopsis 'I Can Hear Your Voice', Drakor Baru yang Tayang di NET TV Mulai Hari Ini

Meski begitu, Ritchie tak menyerah. Ia justru berhasil mendapatkan 30 pemesan yang bersedia membayar di muka, meski sepedanya belum dibuat. Saking semangatnya membuat sepeda, Ritchie justru membuat 50 sepeda lipat.

SEPEDA Lipat Brompton di bawah meja.*
SEPEDA Lipat Brompton di bawah meja.* https://www.sepeda.me/
Dengan 20 sepeda sisanya, ia berharap ada orang yang tertarik membelinya. Dan benar saja, setelah 18 bulan, pembuatan sepeda selesai dan semua sepeda Brompton laku terjual.

Baca Juga: Pemilihan Presiden Amerika Serikat Tetap Berlangsung 3 November 2020

Belakangan sepeda lipat ini menemukan desain terbaiknya dan menjadi merk global pada 2011 silam. Selain itu, Brompton juga memproduksi sepeda lipat listrik. Bobot baterai (2,9 kg) terpisah dengan sepeda listrik (13,7 kg) sehingga mudah dibawa, bahkan ditenteng sekalipun.

Seiring perkembangan zaman, sepeda lipat Brompton dapat dibuat khusus sesuai spesifikasi yang diinginkan penggunanya. Konsumen dapat memilih dari beragam warna, opsi persneling, sadel, dan aksesorisnya.

Pesanan khusus tersebut dirakit dalam waktu 6-8 minggu. Untuk spesifikasi terendah atau paling murah harga sepeda lipat Brompton B75 sekitar Rp 13,5 juta. Sedangkan harga sepeda lipat termahal saat ini di Indonesia yakni Brompton Electric M6LA Bolt Blue/Black dibanderol Rp 56 juta.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x