Ketika Allah SWT Menggulung Langit di Hari Akhir, Rasulullah Ungkap Keberadaan Manusia pada Saat Itu

- 18 Agustus 2020, 04:40 WIB
ILUSTRASI langit.*
ILUSTRASI langit.* //pexels

GALAMEDIA - Para ilmuwan telah banyak melakukan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui akhir alam raya ini. Dalam melakukan penelitian tersebut, mereka menggunakan hitungan energi yang mendorong alam raya ini agar secara terus-menerus mengalami penambahan.

Penggunaan energi ini dimaksudkan untuk menciptakan pemuaian alam secara terus-menerus dengan batasan. Ia tidak boleh melampaui kuantitas penambahan energi yang telah ditentukan, yang dapat mengakibatkan alam raya ini meledak.

Penelitan yang mereka lakukan, menghasilkan dugaan bahwa suatu saat energi yang terdapat di alam raya ini akan melampaui batas keseimbangannya yang menyebabkan kehancurannya.

Sebagaimana dulu, benda-benda yang ada di alam raya ini terbentuk setelah terjadinya ledakan besar, maka benda-benda ini juga akan hancur setelah terjadinya ledakan besar yang diakibatkan kekuatan energi yang melampaui batas kemampuannya.

Al-Qur'an telah menggambarkan akhir alam semesta ini yang menyerupai awal pembentukannya, sebagaimana yang terdapat pada surah Al-Anbiya ayat 104.

Allah SWT berfirman, "(yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya."

Pengungkapan dengan menggunakan kata ‘Kami gulung langit’, adalah cara pengungkapan yang sangat teliti sekali yang dimaksudkan untuk menggambarkan penyusutan alam semesta ini, karena energi yang terdapat di dalamnya telah melebihi batasan yang telah ditentukan.

Dalam Tafsir Al-Wajiz/Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa pada hari kiamat Dia melipat langit yang luas dan besar ini seperti melipat atau menggulung lembaran kertas, lalu bintang-bintangnya berserakan, matahari dan bulan dilipat dan menyingkir dari tempatnya.

Dari yang sebelumnya tidak ada. Yakni mengulangi kembali penciptaan seperti mengawali penciptaan. Maksudnya, akan melaksanakan janji tersebut karena sempurnanya kekuasaan-Nya.

Al-Qur'an di bagian lain ayatnya, mengungkapkan penciptaan kembali alam semesta setalah ia melewati batas energi yang ditentukan.

Allah SWT dalam surah Ibrahim ayat 48 berfirman, "(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit."  

Dalam Aisarut Tafasir/Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi disebutkan ada yang mengartikan “ingatlah.”

Menurut Syaikh As Sa’diy, penggantian bumi di sini bukan penggantian zat, tetapi penggantian sifatnya, yaitu yang sebelumnya terdapat dataran tinggi dan dataran bawah, maka akan diratakan, dan ketika itu langit seperti cairan tembaga (lihat Al Ma’aarij: 8) karena dahsyatnya keadaan di hari itu, kemudian Allah melipat langit itu dengan Tangan Kanan-Nya.

Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang firman Allah Ta’ala, “Yauma tubaddalul ardhu ghairal ardhi was samaawaat”, di manakah manusia ketika itu, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Di atas shirat (jembatan).”

Keluar dan bangkit dari kubur menghadap Allah Azza wa Jalla di tempat berkumpul (padang mahsyar) yang tidak ada satu pun tersembunyi bagi-Nya. Dengan keagungan-Nya, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang agung. Dia menundukkan alam semesta, semuanya di bawah pengaturan-Nya, tidak ada satu pun yang bergerak atau diam kecuali dengan izin-Nya.

Wallahu A'lam.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x