Tradisi Unik Malam 1 Suro, Waktunya Kirab Kebo Kyai Slamet

- 18 Juli 2023, 14:02 WIB
Tradisi Kirab Pusaka di malam satu Suro dan kebo bule Kyai Slamet di Surakarta Sumber photo
Tradisi Kirab Pusaka di malam satu Suro dan kebo bule Kyai Slamet di Surakarta Sumber photo /

GALAMEDIANEWS  - Tradisi Unik Malam 1 Suro khususnya bagi masyarakat Jawa masih kental dengan pengaruh budaya sering dianggap keramat dan melakukan beberapa ritual khusus di bulan suro.

Malam satu suro juga dianggap kental dengan hal-hal mistis dimana ada banyak hal gaib yang disangkut pautkan dengan malam ini.

Malam 1 Suro juga bertepatan dengan 1 Muharram yang merupakan tahun baru Islam, sehingga banyak terjadi kesalah pahaman bahwa ritual budaya jawa yang dilakukan di malam 1 Suro adalah ajaran Islam. seperti mencuci pusaka keraton atau kegiatan tradisi  unik lainnya.

Rabu tanggal 19 Juli 2023 merupakan tahun baru kalender hijriyah 1 Muharram 1445 H. Hari ini bertepatan juga dengan tahun baru tahun penanggalan kalender Jawa yaitu 1 Suro 1957. Kalalu ada yang beranggapan itu adalah sama maka ternyata penanggalan tahun kalender jawa dan tahun hijriyah itu berbeda.

Masyarakat Jawa sangat kental dengan tradisi unik yang menganggap malam 1 Suro adalah keramat, dan banyak melakukan ritual dan tiap daerah berbeda-beda. Malam satu suro menandai bergantinya tahun, sehingga pada lembaran baru ini diharapkan berubahnya sifat kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.

 Baca Juga: Tahun Baru Islam: Begini Tradisi 1 Muharram atau Malam 1 Suro di Masyarakat Jawa dan Sunda

BeberapaTradisi pada malam satu suro

1. Mengarak Kyai Slamet

Tahun Baru Hijriyah atau bagi masyarakat Jawa di Indonesia lebih dikenal dengan malam 1 Suro merupakan malam yang amat sakral. Pada malam ini, masyarakat Jawa di Indonesia melakukan berbagai macam ritual tergantung dengan daerahnya masing-masing. Seperti Kirab Malam Satu Suro Keraton Surakarta.

Kerbau yang diberi nama Kyai Slamet di Keraton Surakarta dan sudah dilakukan turun temurun warisan budaya para leluhur.

 Baca Juga: Makna dan Filosofi Pawai Obor Tradisi Masyarakat Bandung Sambut Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1445 Hijriah

 Malam Satu Suro, ribuan orang sekitar keraton Solo berdatangan untuk acara Kirab ini. Mulaii dari Raja, keluarga, para abdi dalem dan masyarakat umum akan mengarak kebo bule yang konon merupakan salah satu pusaka bagi Sri Susuhunan Pakubuwono II pemberian Bupati Ponorogo.

Kerbau itu diberikan bersama dengan pusaka Kyai Slamet, sehingga kerbaunya dinamakan Kyai Slamet. Kebau bule yang sekarang berada di kawasan keraton ialah keturunan dari Kebo Kyai Slamet pada ratusan tahun silam.

Semua peserta kirab menggunakan pakaian warna hitam, dimana laki-laki menggunakan pakaian adat Jawa berwarna hitam atau yang dikenal dengan busana Jawi jangkep, dan wanita menggunakan kebaya berwarna hitam.

Barisan kebo bule berada di paling depan beserta pawangnya, barisan kedua dan selanjutnya ialah abdi dalem bersama putra-putri Sinuwun dan juga Pembesar Keraton yang membawa sepuluh pusaka Keraton.

Selama prosesi kirab berlangsung tak satupun peserta kirab mengucapkan satu patah kata, hal tersebut memiliki makna perenungan diri terhadap apa yang sudah dilakukan selama setahun kebelakang.

Yang unik ialah selesainya ritual ini dilaksanakan, banyak masyarakat yang mengambil kotoran kebo bule. Bagi sebagian orang, hal ini dipercaya membawa keberkahan dan juga kemakmuran.

2. Tradisi Baritan pada Malam 1 Suro di Lereng Gunung Raung

Didaerah Jawa Timur khususnya warga lereng gunung Raung pun menggelar tradisi pada malam satu suro yaitu tradisi Baritan. Warga minta diselamatlkan dari bencana atau mara bahaya terutama dari letusan gunung Raung.

Tradisi ritual tolak bala Baritan biasanya digelar di pelataran kampung, seperti acara selamatan pada umumnya, membuat piring dari daun pisang yang diisi dengan makanan sehari-hari.

Lalu mereka memanjatkan doa kepada Allah dengan tujuan mohon pengampunan dan perlindungan dari segala bentuk kejahatan.

3. Memandikan Pusaka atau upacara Jamasan

Jamas pusaka adalah ritual yang banyak di berbagai daerah terutama pusaka-pusaka keraton dari Cirebon, Surakarta, Yogya dan lainnya

 Upacara Jamasan Pusaka ini adalah tradisi rutin yang diselenggarakan setiap tahun pada Bulan Suro untuk membersihkan benda-benda pusaka.Kegiatan Jamasan Pusaka ini dilaksanakan untuk menjaga, merawat dan menghormati warisan pusaka peninggalan leluhur.

4. Tradisi 'kungkum' di  Tugu Suharto Semarang

Tradisi kungkum di malam satu Suro banyak dilakukan masyarakat  semarang dalam menyambut 1 Suro. tepatnya di pertemuan arus sungai antara Kali Garang dan Kali Kreo, Semarang.

Sebagian masyarakaut meyakini dengan mandi di kawasan Tugu Suharto pada malam 1 Suro akan menghilangkan kesialan serta penyakit atau sengkolo..

Kepercayaan berkah Tugu Soeharto karena  saat itu Pak Harto yang masih berpangkat Mayor bertugas di Semarang

Itulah beberapa tradisi yang sampai sekarang masih marak dilaksanakan menyambut 1 Suro yang berbarengan dengan 1 Muharram 1445 H.***

Editor: Nadya Kinasih

Sumber: pariwisatasolo.surakarta.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x