Dampak El Nino terhadap Iklim di Indonesia

- 18 Februari 2024, 13:20 WIB
Perkembangan El Nino dan dampaknya di Indonesia.
Perkembangan El Nino dan dampaknya di Indonesia. /Sumber : BMKG/

GALAMEDIANEWS – Cuaca di Indonesia saat ini mengalami perubahan yang sangat cepat. Bulan Desember yang lalu mengalami intensitas hujan yang tinggi. Di Bulan Januari ini masih masuk musim hujan hanya saja intensitasnya berkurang. Bahkan di beberapa wilayah di Indonesia sudah mulai kurang intensitas hujannya. Ternyata cuaca yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh El Nino.

Memahami El Nino saat ini jadi lebih tahu akan keberadaan di suatu daerah dan lebih waspada ketika akan bepergian dalam waktu yang panjang. El Nino diartikan sebagai fenomena iklim yang memiliki tanda dengan pemanasan suhu permukaan laut secara berkala di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur.

Biasanya, peristiwa El Nino terjadi setiap 2 hingga 7 tahun dan dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga dua tahun. Pemanasan suhu permukaan laut mengganggu pola sirkulasi atmosfer yang biasa terjadi, yang menyebabkan dampak iklim di seluruh dunia termasuk ke negara Indonesia.

Baca Juga: UPDATE Terbaru BLT El Nino 2024: Dijadwalkan Cair Mulai Februari, Cek Daftar Penerima dengan Dua Cara Ini

Iklim yang terjadi di muka bumi ini adalah merupakan sistem yang sangat dinamis dan kompleks, kejadiannya dipengaruhi oleh berbagai adanya fenomena atmosfer dan kejadian di lautan. Dua peristiwa penting yang mempengaruhi pola cuaca global adalah El Nino dan La Nina.

Pola iklim ini, yang merupakan bagian dari El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang lebih besar, walaupun terjadi secara tidak teratur tetapi efeknya bisa memiliki konsekuensi yang luas pada kondisi cuaca, pertanian, ekosistem, dan ekonomi di seluruh dunia sampai mempengaruhi iklim yang ada di Indonesia juga.

Baca Juga: Daftar Bansos Cair pada 2024, Ada PKH, BLT El Nino, Hingga BPNT: Cek Daftar Penerimanya dengan Mudah di Sini

Perkembangan iklim yang terjadi dalam bentuk El Nino-Southern Oscillation (ENSO) diartikan sebagai anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya. Kondisi di atas rata-rata ini yang berdampak kepada perubahan Iklim di Samudera Pasifik. ENSO dapat bervariasi bentuknya dan terjadi dalam tiga kondisi (fase):

1. Fase Netral: kondisi di mana angin pasat berhembus dari timur ke arah barat melintasi Samudra Pasifik menghasilkan arus laut yang juga mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Pada saat fase Netral terjadi, suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.

2. Fase El Nino: kondisi di mana angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah atau bahkan berbalik arah. Pelemahan ini dikaitkan dengan meluasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan tengah Pasifik. Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia. Hal ini berarti Indonesia akan mengalami peningkatan risiko kekeringan di berbagai daerah yang ada.

Baca Juga: Cek Penerima BLT El Nino Rp400 Ribu, Segera Cair Mulai Januari 2024

3. Fase La Nina: kondisi di mana hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya. Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin. Bagi Indonesia, hal ini berarti risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.

Kejadian-kejadian yang di pengaruhi karena adanya peristiwa El Nino dan La Nina akan berdampak luas dan yang paling dirasakan langsung oleh masyarakat. Dampak yang paling dirasakan adalah dapat mengganggu keberlangsungan pertanian, sumber daya air yang kurang, dan infrastruktur yang terganggu.

Pemerintah dalam hal ini diwakilkan badan meteorologi, dan berbagai industry yang terdampak dari adanya kondisi ini selalu melakukan pemantauan peristiwa ENSO dengan cermat untuk mempersiapkan dan merespons konsekuensi yang mungkin terjadi. Memahami siklus ENSO juga sangat membantu dalam memahami prediksi iklim jangka panjang secara keseluruhan.

Kondisi El Nino sekarang menunjukkan kondisi anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah yang lebih panas dari normalnya. Sementara anomali suhu permukaan laut di wilayah Pasifik bagian barat dan perairan Indonesia yang biasanya hangat (warm pool) menjadi lebih dingin dari normalnya.

Anomali yang terjadi ini mengakibatkan daerah pertumbuhan awan bergeser dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik bagian tengah sehingga menyebabkan berkurangnya curah hujan di Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan pada bulan januari 2024 di beberapa daerah dirasakan hujan yang tidak merata bahkan sudah ada yang merasakan tidak turun hujan sejak awal bulan januari. ***

Editor: Heriyanto Retno

Sumber: bmkg.co.id bpbd.jatimprov.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x