Bahan Pengawet Makanan dapat Berdampak pada Bakteri Komensal yang Memicu Risiko Keseimbangan Mikrobioma Usus

- 7 Maret 2024, 21:26 WIB
Ilustrasi: bahan pengawet makanan./  Pexels/@Ella Olsson
Ilustrasi: bahan pengawet makanan./ Pexels/@Ella Olsson /

GALAMEDIANEWS – Mengkonsumsi makanan dengan bahan pengawet ternyata sangat tak baik untuk kesehatan. Hal ini dikarenakan akan memicu risiko keseimbangan mikrobioma usus.

Menurut penelitian tentang bahan pengawet makanan yang digunakan akan menghilangkan patogen dan berdampak terhadap bakteri baik sehingga akan memicu risiko terjadinya keseimbangan mikribioma usus.

Penjual makanan biasanya memang menggunakan bahan pengawet agar makanan itu bisa bertahan lama. Zat tersebut dapat menghilangkan mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada makanan yang telah terkontaminasi.

Makanan seperti gula, garam, cuka dan alkohol biasanya memiliki masa kadaluarsa yang lama, tapi produk makanan kontemporer seringkali mencantumkamkan bahan makanan yang tidak jelas seperti natrium benzoat, kalsium propionat, dan kalium sorbat pada label makanan tersebut.

Baca Juga: Cara Membersihkan Perut dan Usus Secara Alami , 3 Resep Pembersih Usus Besar

Bakteri yang menghasilkan bahan kimia yang disebut bakteriosin akan membunuh mikroba pesaing. Bahan kimia ini dapat berfungsi sebagai pengawet alami dengan membunuh patogen berbahaya dalam makanan. Lanthipeptida, adalah suatu bakteriosin dengan amikroba yang sangat kuat, dan seringkali digunakan dalam produksi makanan yang disebut sebagai lantibiotik (gabungan ilmiah antara lanthipeptida dan antibiotik).

Lantiobiotik sangat mempengaruhi mikrobioma usus ketika dikonsumsi. Mikroba akan hidup dalam keseimbangan yang rumit, dan bakteri komensal akan memberikan manfaat bagi tubuh dengan memecah nutrisi, memproduksi metabolit, dan melindungi dari patogen.

Jika, banyak bakteri komensal yang terbunuh oleh adanya bahan pengawet makanan yang bersifat antimikroba, bakteri opportunistik akan menggantikannya dan makanan itu sebaiknya tidak dikonsumsi karena sudah terkontaminasi.

Dikutip dari laman scitechdaily.com pada Kamis, 7 Maret 2024. Sebuah studi yang diterbitkan dalam ACS Chemical Biology dari Universitas Chicago menemukan bahwa salah satu kelas lantibiotik memiliki efek kuat terhadap patogen dan bakteri komensal usus yang menjaga kesehatan tubuh.

Nisin merupakan lantibiotik yang digunakan untuk pembuatan bir dan sosis hingga keju dan saus sachet karena ini diproduksi oleh bakteri yang hidup di kelenjar susu sapi, namun mikro di usus manusia akan mnenghasilkan lantibiotik serupa.

“Nisin pada dasarnya adalah antibiotik yang telah lama dikonsumsi oleh manusia, namun dampaknya terhadap mikroba usus masih belum dianalisis secara mendalam. Meskipun, hal ini sangat efektif dalam mencegah kostaminasi makanan, hal ini akan memiliki dampak lebih besar pada mikroba usus manusia,” ucap Zhang, Ph.D., seorang sarjana pascadoktoral di laboratorium Eric Pamer, MD, Profesor Kedokteran Donald F. Steiner dan Direktur Institut Keluarga Duchossois di Uchicago.

Baca Juga: Usus yang Kotor Bisa Menjadi Sumber Penyakit, Ini Gejala Usus Tidak Sehat

Berbagai lantibiotik yang memiliki efek berbeda akan membunuh patogen dan bakteri komersial.

“Penelitian ini merupakan salah satu penelitian pertama yang telah menunjukkan bahwa usus komensal rentan terhadap lantibiotik, yang terkadang akan lebih sensitif dibandingkan pantogen. Dengan banyaknya lantibiotik yang ada dalam makanan, kemungkinan akan berdampak terhadap kesehatan usus,” ujar Zhang.

‘Tampaknya lantibiotik dan bakteri penghasilnya tidak selalu baik untuk kesehatan, jadi kami akan mencari cara untuk melawan potensi bagaimana pengaruh buruknya dengna memanfaatkan sistem antimikroba yang lebih bermanfaat,” ucap Zhang lagi menyambungkan.

 
 

Editor: Feby Syarifah

Sumber: scitechdaily.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah