Gawat! Puasa Intermitten selama Berhari-hari Berbahaya bagi Tubuh, Butuh Waktu Lama Hilangkan Kalori

- 10 Maret 2024, 21:23 WIB
Ilustrasi: puasa intermiten dianggap berbahaya, meski bermanfaat baik untuk kesehatan, hal ini jika dilakukan berhari hari, dan dapat menyebabkan dehidrasi./  Pexels @Thirdman
Ilustrasi: puasa intermiten dianggap berbahaya, meski bermanfaat baik untuk kesehatan, hal ini jika dilakukan berhari hari, dan dapat menyebabkan dehidrasi./ Pexels @Thirdman /

GALAMEDIANEWS – Tahukah anda bahwa puasa intermitten berhari–hari justru berbahaya bagi tubuh dan sangat butuh waktu lama untuk menurunkan berat badan, biasanya puasa sebagai idaman untuk melakukan diet, tapi justru hal ini tak efektif untuk dilakukan.

Puasa intermitten adalah sistem berpuasa yang dilakukan dengan memberi jeda waktu makan, biasanya 16 jam berpuasa dan 8 jam boleh mengkonsumsi makanan.

Tubuh manusia memang bisa bertahan lama untuk menjalani hidup tanpa makan sebelum akhirnya berdampak untuk kesehatan. Namun, berdasarkan pengamatan medis, puasa memang memberikan manfaat untuk manusia.

Baca Juga: Mitos atau Fakta; Makan Sehari Sekali Membantu Proses Diet

Menurut penelitian, tapi harus digarisbawahi bahwa melakukan puasa intermitten selama berhari – hari justru berbahaya untuk kesehatan. Para peneliti Eropa dan Inggris menemukan bahwa dibutuhkan dibutuhkan lebih dari 3 hari untuk semua organ dalam tubuh untuk mengubah produksi protein dengan memprediksi apa manfaat kesehatan yang bakal terjadi jika melakukan puasa tujuh hari hanya dengan meminum air.

Penelitian ini dilakukan dengan meminta 12 peserta melakukan puasa intermitten selama seminggu kemudian diambil sampel darahnya.

“Untuk pertama kalinya, kita dapat melihat mengenai apa yang terjadi pada tingkat molekuler pada seluruh tubuh saat berpuasa. Hasil kami telah memberikan bukti mengenai manfaat kesehatan yang didapat saat menjalani puasa selain penurunan berat badan, tapi hal ini baru terlihat setelah 3 hari melakukan pembatasan kalori total dna lebih lambat dari apa yang diperkirakan sebelumnya,” ujar epidemiologi dari Queen Mary University of London.

Menghilangkan kalori dalam tubuh nyatanya butuh waktu lama, sehingga akan memicu risiko yang serius dan tidak sebanding dengan hasil yang diharapkan.

Dokter umumnya menyarankan agar anak- anak, remaja, orang hamil atau penderita diabetes atau orang yang memiliki mag tidak melakukan puasa intermitten.

Adapun risiko lain dari puasa bisa terjadi dehidrasi karena sekitar 20% asupan cairan berasal dari makanan, maka harus mengkonsumsi banyak air.

Puasa selama berhari – hari bisa berbahaya dan mengenai potensi manfaatnya masih belum diketahui pasti. Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah menunjukkan bahwa puasa intermitten dapat meningkatkan beberapa aspek kesehatan termasuk penurunan berat badan dan tekanan darah, peningkatan kepadatan tulang dan pengendalian nafsu makan.

Beberapa percobaan yang telah dilakukan menemukan bukti bahwa mengalami kelaparan dalam waktu singkat dapat memperlambat proses penuaan dan memperpanjang umur seseorang.

Penelitian terbaru telah menemukan bahwa terdapat 3000 protein yang diukur dalam sampel darah yang menunjukkan bahwa perubahan sistematik yang besar terjadi setelah mengkonsumsi air selama 7 hari, namun perubahan protein yang diperkirakan dapat memberikan manfaat kesehatan terlihat 3 hari melakukan puasa.

Baca Juga: 5 CARA TIDUR yang Bikin LANGSING, Kok Bisa? Simak Caranya Menurut Spesialis Diet agar BB Turun Saat Tidur

Hal ini termasuk perubahan protein yang terkait dengan perbaikan rheumatoid arthritis dan kesehatan jantung. Hasil ini sekaligus ditujukkan untuk mendukung uji coba sebelumnya, bahwa puasa memerlukan bahwa beberapa hari sebelum akhirnya bermanfaat untuk kesehatan daripada sekedar mengurangi asupan kalori.

Dikutip dari sciencealert pada Minggu, 10 Maret 2024, sebagian besar protein yang kembali ke kondisi awal saat seseorang mulai makan lagi, menunjukkan perubahan biologis dari puasa selama jangka waktu tertentu untuk mendapatkan manfaat kesehatan dalam durasi yang panjang,

Para peneliti menuliskan, kekurangan makanan telah menjadi situasi awal sepanjang evolusi manusia, dan tubuh kita adalah hasil dari proses seleksi untuk fleksibilitas metabolisme yang tinggi untuk dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama tanpa adanya makanan.


“Hasil kami telah memberikan peluang untuk secara sistematis mengindentifikasi mengenai potensi manfaat kesehatan dengan melakukan puasa dan menerjemahkan pengetahuan ini ke dalam intervensi yang untuk para peserta yang tidak mematuhi skema puasa untuk durasi waktu yang lama atau pola makan yang meniru puasa,” kata peneliti.***

Editor: Feby Syarifah

Sumber: ScienceAlert


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x