Jejak Asal dan Warisan Mudik Lebaran: Perjalanan Menuju Kebahagiaan

- 4 April 2024, 10:40 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi /Pixels - Mikechie Esparagoza/

GALAMEDIANEWS - Setiap tahun, menjelang Hari Raya Idul Fitri, tradisi mudik menjadi momen yang dinanti-nanti oleh jutaan orang di Indonesia.

Mudik, yang berasal dari kata "udik" yang berarti kembali ke arah pegunungan atau pedalaman, adalah ritual perjalanan pulang ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan kerabat.

Sejarah tradisi mudik ini telah mengakar dalam budaya Indonesia selama berabad-abad. Tidak diketahui secara pasti kapan tradisi ini dimulai, namun ada indikasi kuat bahwa mudik sudah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam.

Pada masa Majapahit, kerajaan ini memerintah wilayah yang luas, bahkan mencapai Sri Lanka dan Semenanjung Malaya. Para pejabat Majapahit dikirim ke wilayah kekuasaan untuk menjaga dan memperluas pengaruh kerajaan.

Baca Juga: Sejarah dan Makna dari Tradisi Mudik di Indonesia

Setelah suatu periode, mereka akan kembali ke pusat kerajaan, termasuk ke kampung halaman, untuk melaporkan kepada raja dan berkumpul dengan keluarga.

Tradisi mudik juga ditemukan pada masa Mataram Islam. Para pejabat yang bertugas di daerah-daerah kekuasaan juga melakukan mudik, terutama saat Idul Fitri. Seperti pada masa Majapahit, salah satu tujuan utama mudik para pejabat Mataram Islam adalah untuk menghadap raja.

Selain perjalanan pejabat kerajaan, masyarakat pada masa itu juga melakukan perjalanan pulang ke kampung halamannya. Mereka melakukan perjalanan ini dengan maksud membersihkan makam leluhur dan memohon keselamatan serta rezeki dari leluhurnya.

Dari sejarah ini, terlihat betapa kentalnya makna tradisi mudik dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Meskipun telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan zaman, esensi dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini tetap dipegang teguh.

Baca Juga: Pastikan Musim Mudik dan Balik Idul Fitri 2024 Berjalan Lancar, Polresta Bandung Lakukan Persiapan Matang

Mudik Lebaran bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga sebuah perjalanan emosional. Ini adalah momen di mana keluarga yang terpisah jarak dan waktu bisa bersatu kembali, merayakan kebersamaan dalam suasana yang penuh kebahagiaan.

Tradisi ini mengajarkan kita tentang arti pentingnya keluarga, solidaritas sosial, dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan.

Dengan demikian, tradisi mudik Lebaran adalah warisan berharga dari nenek moyang kita, yang harus dijaga dan dilestarikan oleh generasi-generasi mendatang.

Semoga tradisi ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia dan terus membawa kebahagiaan bagi semua yang melakukannya.***

Editor: Tatang Rasyid

Sumber: yatimmandiri.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x