GALAMEDIANEWS – Saat ini, kehadiran vape atau rokok elektrik sudah terlihat dimana-mana dan dikonsumsi oleh banyak orang.
Perokok yang berhenti menggunakan sigaret dan beralih ke vape masih menghadapi risiko tinggi terkena kanker paru-paru dibandingkan dengan mereka yang benar-benar berhenti mengonsumsi nikotin.
Presentasi dalam pertemuan tahunan The American Thoracic Society di San Diego, menunjukkan bahwa di antara para perokok yang beralih ke vape, risiko kanker paru-paru utamanya tinggi pada mereka sudah dianggap berisiko tinggi dan direkomendasikan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Penulis hasil studi, Yeon Wook Kim menjelaskan, berdasarkan studi tentang peningkatan risiko kanker paru-paru pada pengguna e-sigaret setelah berhenti merokok, potensi bahaya menggunakan e-sigaret sebagai alternatif harus dipertimbangkan ketika mengintegrasikan intervensi penghentian merokok untuk mengurangi risiko kanker paru-paru.
Dikutip dalam laman Medical Daily, studi berbasis populasi besar tentang peningkatan risiko kanker paru-paru pada pengguna e-sigaret setelah berhenti merokok tersebut melibatkan lebih dari 4,3 juta orang di Korea Selatan.
Peneliti mengevaluasi hubungan antara beralih dari rokok konvensional ke e-sigaret dan risiko terkena kanker paru-paru.
Semua peserta penelitian merupakan perokok konvensional. Peneliti mengkategorikan peserta berdasarkan perubahan kebiasaan menggunakan e-sigaret.
Kategorinya meliputi mantan perokok yang sudah lima tahun lebih berhenti merokok dengan penggunaan e-sigaret dan tanpa penggunaan e-sigaret; mantan perokok yang berhenti kurang dari lima tahun tanpa penggunaan e-sigaret dan dengan penggunaan e-sigaret; serta perokok tanpa penggunaan e-sigaret dan dengan penggunaan e-sigaret.