Mengenal BarberShop Tertua di Bandung, Dari Sukarno Hingga Aji Masaid Pernah Berkunjung

- 20 Oktober 2020, 15:22 WIB
Barber Shop Sawargi barber shoptertua di Bandung
Barber Shop Sawargi barber shoptertua di Bandung /Nazmi Syahida/Job/

 

GALAMEDIA - Kota Bandung terkenal dengan berbagai macam tempat yang memiliki nilai sejarah tinggi. Baik itu museum, kuliner, bahkan hingga tempat pangkas rambut. Ya, salah satunya Barbershop Sawargi yang berada di Jalan Saad No. 16, kota Bandung.

Galamedia mencoba mencari barber shop tersebut, nampak dari depan bangunannya tidak seperti barber shop pada umumnya, karena terlihat seperti rumah - rumah zaman dulu. Hanya saja, ditandai dengan plang bertulis BarberShop Sawargi.

Akhirnya bertemu dengan pemilik sekaligus pengelolanya saat ini, Risyad Erawan. Ia merupakan pemilik generasi ke-3 dari pendiri awalnya sang kakek, Ero Saefulloh. Di kediamannya yang jadi barbershop, Risyad bercerita, jika tempat pangkas rambut yang dikelolanya saat ini telah ada dari tahun 1949.

Baca Juga: Mahasiswa Demo di Dekat Istana Negara: Kembalikan Suara-suaraku, Demokrasi...

69 tahun telah berlalu, banyak juga tokoh - tokoh besar yang telah mengunjungi barber shopnya ini. Tak disangka seperti Presiden pertama Indonesia Sukarno maupun wakilnya Mohammad Hatta, Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Faisal Tanjung, bahkan Jenderal Ibrahim Adjie pun yang merupakan salah seorang sahabat karib kakeknya pernah dipangkas rambutnya di sini.

"Mulai berkembangnya sekitar tahun 1953, saat kakek sempat belajar dari seorang dokter berkebangsaan Jepang, karena saat masih zaman penjajahan meski sudah merdeka," ucapnya.

Sang kakek wafat di tahun 2003 lalu, dan selanjutnya Barber Shop Sawargi dikelola oleh sang ayah, Ahmad Tosin. Dan di tahun 2000-an, barbershop Sawargi dalam pengelolaan penuh generasi ke-tiga, Risyad.

Baca Juga: Awas!!! Polisi Endus Aksi Demo di Dekat Istana Negara Bakal Dibikin Rusuh

Namun kala itu, cerita Risyad, jika kakeknya senang bercerita, sehingga beberapa perjalanan cerita barber shop-nya kini banyak yang ia ketahui.

Banyak suka duka tentu telah dilalui Ero Saefulloh bersama keluarga. Pasalnya, ia (Ero) bukan warga Bandung asli. Sebelumnya ia tinggal di Garut dan akhirnya merantau ke kota Bandung ini. Saat itu, kampung halamannya tengah dihadapkan pada konflik Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia (DI TII). Salah satu sejarah yang semua orang tahu, karena terdapat di buku catatan sejarah di Sekolah.

Bahkan, kata Risyad, jika kakeknya adalah salah seorang yang pernah dibawa oleh para gerombolan itu (DI/TII), tapi bersyukurnya bisa kembali pulang. Hingga akhirnya, peristiwa itu memaksanya untuk hijrah dan pindah ke Bandung.

Untuk bisa berratahan hidup di Kota Bandung, Ero mencoba membuka pangkas rambut dengan kios sederhana di Jalan Saad Bandung. Namun lama - kelamaan, kios pngkas rambut Ero Saefulloh ini banyak ditadatangi orang. Agar bisa dikenal banyak orang, kios pangkas rambutnya dinamai barber shop Sawargi.

Baca Juga: Rabiul Awal Identik dengan Maulid Nabi Muhammad, Berikut Keutamaan Bulan Maulid Itu

Saat di Bandung, bukan hanya para tokoh pahlawan yang datang berkunjung sekedar untuk beristirahat bahkan memangkas rambut ke Sawargi, "Para penjajah dari bangsa Jepang dan Belanda juga turut datang," katanya.

Banyak hal yang indah menjadikan barber shop sawargi bertahan hingga kini. Yakni, nuansa klasik yang dimiliki, dan pelayanan yang bersifat kekeluargaan.

"Furnitur seperti kursi masih klasik, sekarang udah engga ada yang produksi. Bahkan selebritis Aji Massaid pernah menawar ingin membeli," imbuhnya.

Pelayanan kekeluargaan untuk kenyamanan konsumen merupakan salah satu prinsip dan amanat dari Ero, sang kakek . Hal itu pun yang menjadi ciri khas tersendiri. Hingga kini, bersama para pelanggan yang datang sudah seperti keluarga, meski yang datang untuk tidak bercukur tetapi hanya untuk saling sapa mengobrol dan minum kopi.

Baca Juga: Bapas Bogor Melawan, Ajukan Banding Atas Dicabutnya Asimilasi Habib Bahar

Sejumlah kalangan yang datang pun beragam dan bisa dikatakan rata. Seperti jajaran pejabat, pengusaha, aparat kepolisian, dan anak-anak muda pun silih ganti berdatangan. Tak dipungkiri, meskipun bergaya jadul, namun dirinya tetap mengikuti style rambut sesuai perkembangan zaman.

"Tahun 2010-an mulai tuh gaya rambutnya unik-unik. Kita engga menutup mata, ya tetap mengikuti perkembangan zaman juga," ungkapnya.

Uniknya, barbershop ini memiliki hair tonic buatan sendiri yang diwariskan dari resep kakek. Banyak diantara kalangan yang membeli secara terpisah, karena menginginkan hair tonic miliknya. Sebab, tidak dijual dimanapun.

Risyad sedikit menyayangkan Kota Bandung yang kental dengan nilai heritagenya tidak terlalui diakui oleh pemerintah, seperti berupa reward. Tidak hanya pangkas rambut miliknya, namun seperti toko - toko kue yang sudah legendaris pun banyak.

Baca Juga: Prabowo Subianto Temui Menhan Austria, Tentukan Nasib 15 Jet Tempur Eurofighter

Pun, ia syukuri masih banyak yang melirik dari pihak media atau wartawan, dan komunitas lainnya.

"Tempat yang memiliki nilai heritage kan bisa memberikan harum bagi Kota Bandung, setidaknya hal itu perlu di apresiasi, sedikitnya menyayangkan dari para wali kota setiap generasi belum ada," tutupnya. (nazmi/job)***

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x