10 Jenis Depresi, Berikut Penjelasan dan Gejala-gejalanya yang Wajib Diketahui

- 29 Oktober 2020, 10:05 WIB
Ilustrasi depresi
Ilustrasi depresi /

GALAMEDIA - Penyakit tidak hanya terlihat secara fisik. Ada juga penyakit psikis, di antaranya depresi. Depresi adalah gangguan mood atau suasana hati yang dapat memengaruhi rutinitas sehari-hari.

Orang yang mengalami depresi bisa merasa sedih, hampa, kehilangan minat terhadap segala hal, sulit berkonsentrasi, hingga berpikir ingin mati dan bunuh diri.

Seseorang dianggap memiliki depresi jika gejala-gejala tersebut berlangsung selama dua minggu atau lebih. Gangguan depresi memiliki beragam jenis, mulai dari depresi mayor hingga bipolar.

Baca Juga: Terbaru, Harga Emas Hari Ini, Kamis 29 Oktober 2020, Harga Emas Stabil, Investasi Ngaak Ya?

Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini seperti di kutip galamedia dari laman klikdokter.

Jenis-Jenis Depresi yang Perlu Anda Ketahui
Depresi termasuk dalam gangguan mental yang serius. Kondisi ini umum ditemui di masyarakat. Namun terkadang, banyak pula yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami depresi sehingga dapat membahayakan diri sendiri.

Ada berbagai macam jenis depresi, mulai dari yang ringan hingga cukup parah dan dapat mengancam nyawa. Yuk, simak jenis-jenis depresi yang sering terjadi di masyarakat.

1. Depresi Klinis
Disebut juga gangguan depresi mayor (major depressive disorder/ MDD), jenis depresi ini merupakan yang paling umum terjadi. Seseorang didiagnosis depresi mayor jika mengalami minimal 5 dari gejala berikut:

Baca Juga: Bermasalah di Pompa Bahan Bakar, Toyota Recall 5,84 Juta Unit di Seluruh Dunia

Kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai
Perasaan hati depresif
Berat badan naik atau turun
Sulit tidur (insomnia) atau malah tidur terus-menerus
Gangguan otot
Kelelahan
Sulit konsentrasi
Merasa bersalah dan tidak berguna
Berpikir atau mencoba untuk bunuh diri

2. Depresi Atipikal
Depresi atipikal merupakan jenis depresi yang mempunyai gejala seperti depresi klinis, namun tidak khas. Gejalanya meliputi kenaikan berat badan, nafsu makan bertambah, tidur terus-menerus, anggota gerak terasa berat, dan sensitif terhadap penolakan.

Satu yang khas adalah perasaan hati pada jenis depresi ini dapat membaik ketika ada suatu kejadian yang positif atau menyenangkan.

3. Bipolar
Sesuai dengan gejalanya, bipolar mempunyai arti dua kutub yang sangat bertolak belakang, yaitu mood manik dan depresif. Pada episode manik seseorang mengalami peningkatan suasana hati, euforia, banyak bicara, rasa percaya diri meningkat, banyak energi, hingga sulit tidur.

Baca Juga: Jadwal Acara TV, Kamis 29 Oktober 2020 di Trans TV, Keluarga Bosque dan Santuy Malam

Namun, kira-kira seminggu setelahnya dapat berubah drastis mengalami episode depresi. Gejala depresi pada bipolar mirip dengan gangguan depresi mayor.

Jika seseorang mengalami gejala depresi berat dan mania, baik secara terpisah atau bercampur, terus-menerus atau hilang-timbul, berlangsung minimal 2 tahun maka disebut sebagai gangguan siklotimia.

4. Distimia
Distimia dikenal juga dengan istilah Persistent Depressive Disorder (PDD). Jenis depresi ini dapat terjadi dalam waktu yang lama. Gejala distimia ditandai dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, dan yang khas adalah mood lebih baik saat pagi hari dan memburuk ketika sore atau malam hari.

Berbeda dengan depresi mayor yang gejalanya berat dan berlangsung minimal dua minggu, gejala PDD lebih ringan dan berlangsung selama dua tahun atau lebih. Depresi jenis ini banyak terjadi pada anak dan remaja perempuan yang selalu bersikap negatif, selalu mengeluh, dan pesimis.

Baca Juga: Jadwal Acara TV, Kamis 29 Oktober 2020 di Indosiar, Yuk Nonton Live: Konser Indahnya Islam

5. Depresi dengan Gejala Psikotik
Depresi yang berat sering disertai dengan gejala psikotik seperti keyakinan yang tidak nyata (delusi), melihat atau mendengar yang tidak nyata (halusinasi), melihat suatu benda yang bentuknya berbeda dari aslinya (ilusi), dan merasa atau menjalani hidup seperti orang lain (depersonalisasi).

6. Depresi Pasca Melahirkan
Depresi pasca melahirkan disebut juga dengan postpartum depression. Umumnya muncul 1-4 minggu setelah melahirkan.

Gejalanya mirip dengan depresi pada umumnya. Namun berbeda dengan sindrom baby blues yang dapat hilang dengan sendirinya, depresi pasca melahirkan memerlukan terapi. Pria yang menjadi ayah juga dapat mengalami gangguan ini.

7. Gangguan Depresi Musiman
Gejalanya sama dengan depresi mayor, namun berubah sesuai pola musim (musiman). Biasanya depresi musiman muncul saat musim salju atau gugur, kemudian kembali normal pada musim lainnya. Gangguan ini jarang terjadi di Indonesia dan lebih sering menyerang orang-orang yang tinggal di negara empat musim.

Baca Juga: Kaidah Fikih sebagai Landasan Praktik Audit Syariah pada Bank Syariah

8. Gangguan Penyesuaian dengan Mood Depresi
Gangguan ini muncul akibat adanya stresor (putus cinta, kehilangan orang tercinta, meninggal, pindah negara, dan sebagainya). Namun, gejala akan membaik seiring dengan berjalannya waktu.

9. Gangguan Depresi Akibat Kondisi Medis Umum
Biasanya gangguan terjadi akibat adanya kondisi medis, seperti stroke, kanker, infeksi, Parkinson, dan lainnya.

10. Gangguan Depresi Akibat Zat
Depresi juga dapat muncul pada orang-orang yang menyalahgunakan zat-zat tertentu, seperti alkohol, obat golongan sedatif-hipnotik, opioid, dan halusinogen.***

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x