Momentum Hari Pahlawan: Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ini Rekam Jejak KH Anwar Musaddad

- 4 November 2020, 13:25 WIB
KH Anwar Musaddad Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional asal Jabar
KH Anwar Musaddad Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional asal Jabar /nu.or.id

GALAMEDIA - Dalam peringatan Hari Pahlawan, 10 November tahun ini, Pemprov Jabar kembali mengusulkan KH Anwar Musaddad sebagai pahlawan nasional asal Jawa Barat.

Berikut rekam jejak dan perjuangan ulama yang lahir pada 3 April tahun 1910 M. Sejak berusia 4 tahun, ia telah menjadi yatim. Ia bersama adik-adiknya dibesarkan oleh ibunya, Siti Marfu’ah, seorang wiraswasta pengusaha batik Garutan dan dodol Garut “Kuraesin”.

Pada waktu usia sekolah, ia masuk HIS (setingkat SD) Kristen karena sebagai pribumi yang bukan anak pegawai negeri (ambtenar) dan bukan dari kalangan bangsawan (menak).

Baca Juga: Momentum Hari Pahlawan: Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ini Rekam Jejak dan Perjuangan KH Muhyidin

Ia tidak dapat masuk HIS Negeri. Kemudian masuk MULO (setingkat SMP) di Kristelijk di Garut, dan AMS (setingkat SMA) Kristelijk di Sukabumi.

Setelah menamatkan sekolah menengah, ia kemudian belajar di Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut, selama dua tahun. Pada tahun 1930, ia menimba ilmu ke Mekah selama 11 tahun di Madrasah Al-Falah.

Di Mekah, ia memuntut ilmu kepada para ulama terkenal Mekah masa itu. Antara lain Sayyid Alwi Al Maliki, Syekh Umar Hamdan, Sayyid Amin Qubti, Syekh Janan Toyyib (Mufgi Tanah Haram asal Minang), Syekh Abdul Muqoddasi (Mufti Tanah Haram asal Solo).

Baca Juga: Hari Pahlawan: Ini Dua Tokoh Asal Jabar yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Pulang ke tanah air, masa berakhirnya penjajahan Belanda. Pada masa penjajahan Jepang, ia diangkat menjadi kepala Kantor Urusan Agama Priangan. Pada masa revolusi kemerdekaan (1945-1949), bersama KH Yusuf Taujiri dan KH Mustofa Kamil, ia memimpin pasukan Hizbullah, melawan agresi Belanda yang ingin kembali menjajah RI.

Sempat ditangkap Belanda (1948) dan mendekam di penjara. Baru dibebaskan setelah pengakuan kedaulatan (1950).

Pesantren Cipari, tempat Anwar Musaddad menutut ilmu sebelum berangkat ke Mekah, adalah sebuah pesantren multifungsi. Selain mendidik para santri menyelami ilmu-ilmu agama Islam, untuk mencapai taraf tafaquh fiddin (ahli agama), juga menggembleng para santri untuk mencintai tanah air dan siap melawan penjajah.

Pada tahun 1953, ia mendapat tugas dari Menteri Agama KH Fakih Usman untuk mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) di Yogyakarta, yang menjadi cikal-bakal Institut Agama Islam Negeri (IAIN), yang kini berkembang menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

Baca Juga: Terbaru, Harga Emas Hari Ini, Rabu 4 November 2020, Harga Emas Ada yang Naik, Turun, dan Stabil

Ia diangkat menjadi guru besar dalam bidang Ushuluddin di IAIN Yogyakarta dan menjadi fakultas tersebut pada tahun 1962-1967.

Dalam Dies Natalis IAIN Al-Jami’ah ke-5 ia menyampaikan pidato berjudul "Peranan Agama dalam Menyelesaikan Revolusi". Kemudian di tahun 1967, ia ditugaskan merintis IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Ia kemudian menjadi rektor pertamanya hingga tahun 1974.

Di bidang politik, Anwar Musaddad menjadi anggota parlemen (DPR) dari Partai Nahdlatul Ulama (NU) hasil pemilihan umum tahun 1955. Menjadi anggota DPR-GR 1960-1971. Kiprahnya di NU ia pernah menjadi Wakil Rais ‘Am PBNU pada Muktamar NU di Semarang (1980).

Baca Juga: Hari Pahlawan: Bung Tomo dan Radio Pemberontakan, Sarana untuk Solidaritas dan Memperbesar Semangat

Di bidang pendidikan, untuk menggembleng sumber daya manusia yang lengkap sempurna, ketika menjadi Rektor IAIN Sunan Gunung Djati, Anwar Musaddad juga mendirikan Sekolah Persiapan IAIN (SP IAIN) di Garut, Cipasung Tasikmalaya, Cilendek Bogor, Ciparay Bandung, Majalengka.

Tujuannya, agar jumlah mahasiswa IAIN meningkat. Tujuan lainnya, sebagai perwujudan obsesi Anwar Musaddad “mengulamakan intelektual” dan “mengintelktualkan ulama”.

Sejak tahun 1976, Anwar Musaddad tinggal di Garut dengan mendirikan Pesantren Al-Musaddadiyah yang mengelola pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Kiai yang terkenal sebagai ahli perbandingan agama, khususnya kristologi ini wafat pada tahun 2.000 dalam usia 91 tahun.***

 

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x